fbpx
langitselatan
Beranda » “Senyum” Bintang Paling Masif di Alam Semesta

“Senyum” Bintang Paling Masif di Alam Semesta

Berdasarkan pengamatan terbaru, bintang masif R136a1 yang massanya paling besar di Alam Semesta, tidak semasif perkiraan sebelumnya. 

Foto: Perbandingan ketajaman kecerlangan bintang R136a1 dan bintang tetangga di gugus R136. Kiri: Citra yang dipotret dengan kamera Zorro pada Teleskop Gemini Selatan 8,1 meter Gemini South di Chile. Kanan: Citra yang dipotret Teleskop Antariksa Hubble NASA/ESA. Kredit: International Gemini Observatory/NOIRLab/NSF/AURA. Olah citra: T.A. Rector (University of Alaska Anchorage/NSF’s NOIRLab), M. Zamani (NSF’s NOIRLab) & D. de Martin (NSF’s NOIRLab); Teleskop Antariksa Hubble NASA/ESA
Perbandingan ketajaman citra bintang R136a1 dan bintang tetangga di gugus R136. Kiri: Citra yang dipotret dengan kamera Zorro pada Teleskop Gemini Selatan 8,1 meter di Chile. Kanan: Citra yang dipotret Teleskop Antariksa Hubble NASA/ESA. Kredit: International Gemini Observatory/NOIRLab/NSF/AURA. Olah citra: T.A. Rector (University of Alaska Anchorage/NSF’s NOIRLab), M. Zamani (NSF’s NOIRLab) & D. de Martin (NSF’s NOIRLab); Teleskop Antariksa Hubble NASA/ESA

Bintang R136a1. Inilah bintang paling masif yang sudah ditemukan di alam semesta. Bintang ini berada pada jarak 160.000 tahun cahaya di Nebula Tarantula.  

Para astronom mengamati dan memotret bintang R136a1 dengan teleskop Gemini Selatan di Chile. Hasilnya, mereka memperoleh citra paling tajam yang pernah diperoleh untuk bintang raksasa ini. Tapi, dari citra yang dipotret, sepertinya massa R136a1 tidak semasif yang diduga sebelumnya.

Pada umumnya, bintang seperti R136a1 massanya bisa lebih dari 100 kali massa Matahari. Pertanyaannya, bagaimana bintang-bintang masif seperti R136a1 terbentuk?

Bintang Masif nan Panas

Para astronom memang mempelajari evolusi bintang dan setidaknya sudah mengetahui gambaran besar pembentukan bintang sampai kematiannya. Tapi, pembentukan bintang-bintang masif masih menyisakan misteri. Bintang-bintang sangat masif yang juga sangat panas ini hidupnya sangat singkat. Singkatnya, bintang-bintang ini mati muda. Hal ini karena bintang-bintang masig hanya butuh beberapa juta tahun untuk membakar habis materi di pusat bintang. 

Beberapa juta tahun itu bukan waktu yang lama dalam astronomi. Sebagai perbandingan, Matahari butuh 10 miliar tahun untuk membakar habis materi di pusat dan pada akhirnya mati sebagai bintang katai putih. Dan saat ini, Matahari bahkan baru akan mencapai separuh waktu hidupnya. Umur Matahari sekarang 4,6 miliar tahun. Bayangkan betapa cepatnya bintang masif seperti R136a1 berakhir hidupnya. 

Bintang R136a1 berada dalam gugus bintang R136 yang dihuni oleh ratusan bintang muda. Di gugus bintang ini ada delapan bintang masif dengan tiga bintang Wolf-Rayet dan yang lainnya bintang kelas O. Bintang kelas O merupakan bintang-bintang panas dengan temperatur lebih dari 30.000 K.

Pengamatan

Kehadiran bintang-bintang muda dalam gugus bintang sama sekali tidak mempermudah astronom untuk mengamati bintang R136a1. Justru gugus bintang yang padat dengan jarak antar bintang relatif dekat, waktu hidupnya singkat, dan jarak yang jauh, jadi tantangan tersendiri untuk bisa membedakan atau memisahkan bintang-bintang sebagai bintang tunggal. 

Dari hasil pengamatan sebelumnya, para astronom memperkirakan massa bintang R136a1 sekitar 250 – 320 kali lebih masif dari Matahari. Tapi, dalam pengamatan terbaru, tampaknya massa bintang R136a1 tidak semasif itu. Diperkirakan R136a1 massanya “hanya” 170 – 230 kali massa Matahari. 

Meskipun tidak semasif sebelumnya, bintang R136a1 masih tetap jadi bintang dengan massa paling besar yang sudah terdeteksi. 

Pengukuran Massa

Untuk mengetahui massanya, para astronom yang dipimpin oleh Venu M. Kalari dari NOIRLab membandingkan kecerlangan bintang R136a1 dengan yang diprediksi berdasarkan teori. Pengamatan terbaru ini para astronom bisa memilah kecerlangan bintang R136a1 dari bintang-bintang tetangga di gugus bintang R136. Akibatnya, kecerlangan bintang juga jadi lebih rendah dan tentu saja, massa bintang juga jadi lebih kecil. 

Yang pasti, hasil ini bisa membantu para astronom untuk memahami bagaimana elemen berat bisa terbentuk di Alam Semesta. Elemen berat di sini merupakan unsur yang lebih berat dari helium. Elemen berat di Alam Semesta terbentuk dalam ledakan bintang yang massanya 150 kali lebih masif dari Matahari, atau lebih tepatnya dari peristiwa ketidakstabilan pasangan supernova. Jika bintang R136a1 massanya lebih rendah dari perkiraan sebelumnya, maka hal yang sama juga bisa terjadi pada bintang lainnya dan itu artinya, perisiwa ketidakstabilan pasangan supernova juga lebih langka dari dugaan awal. 

Fakta keren:

Instrumen utama pada teleskop Gemini Selatan di Cile yang digunakan untuk memotret gugus bintang R136 adalah kamera optik yang dinamai Zorro yang berarti Serigala dalam bahasa Spanyol. 


Sumber: Artikel ini merupakan publikasi ulang yang dikembangkan dari Space Scoop Universe Awareness edisi Indonesia. Space Scoop edisi Indonesia diterjemahkan oleh langitselatan.

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Manager 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini