Ketika ada sebuah planet yang bermassa mirip dengan Bumi, maka asumsi awal yang akan dibuat adalah komposisinya tentunya mirip dengan Bumi. Sebuah planet batuan. Tapi bagaimana kalau ternyata tidak demikian? Bagaimana kalau ternyata planet gas juga bukan planet yang bermassa Jupiter, Saturnus atau Uranus aka berupa planet raksasa?Pemahaman yang dimiliki astronom seakan tak pernah bisa memahami dengan sempurna obyek-obyek langit yang mengagumkan tersebut.
Dan inilah yang terjadi ketika David Kipping dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics (CfA) menemukan planet baru di sebuah bintang yang diamati oleh Wahana Kepler. Exoplanet yang diumumkan keberadaannya pada saat Pertemuan Astronom Amerika (American Astronomical Society/ AAS) yang ke- 223 di awal Januari 2014 tersebut membawa cerita baru bagi para ahli keplanetan. David Kipping berhasil menemukan sebuah planet yang massanya serupa dengan Bumi! Apa yang diharapkan dari planet tersebut? Planet serupa Bumi lainnya yang mungkin bisa menjadi rumah bagi kehidupan di alam semesta? Sayangnya, kenyataannya tidak demikian.
Kemiripan exoplanet yang mengitari bintang KOI 314 tersebut berakhir pada massa yang mirip Bumi. Sisanya semuanya berbeda. Bahkan pemahaman umum kalau planet seperti Bumi memiliki komposisi batuan pun dilanggar oleh planet KOI-314c tersebut.
Planet Asing di Bintang Target Kepler
Exoplanet KOI-314c merupakan sebuah dunia baru yang sangat hangat. Terlalu hangat untuk keberadaan air dalam wujud cair di permukaan. Artinya impian ada kehidupan di planet ini harus dilupakan. Ukurannya juga 60% lebih besar dari Bumi, yang mengindikasikan keberadaan atmosfer gas yang sangat tebal, sehingga tampak seperti planet Uranus dan Neptunus yang diperkecil. Kerapatan KOI-314c juga berhasil diketahui dan planet ini diketahui lebih padat dari air. Kondisi planet yang padat tersebut memberi indikasi kalau planet KOI-314c diselimuti oleh atmosfer hidrogen dan helium dengan ketebalan ratusan mil.
Meskipun memiliki massa yang sama dengan Bumi, namun jelas ia bukan Bumi 2.0 dan kehadiran KOI-314c menjadi bukti tidak ada batasan jelas antara planet batuan seperti Bumi dan planet air atau planet gas raksasa.
KOI-314c tampak memulai kehidupannya sebagai planet Neptunus mini yang dengan berlalunya waktu, akan kehilangan atmosfer gasnya oleh radiasi intens dari sang bintang induk. Seperti namanya, KOI yang artinya Kepler Object of Interest, maka KOI-314c merupakan salah satu planet yang dideteksi oleh Wahana Kepler pada bintang KOI-314, bintang yang jadi target pengamatan Kepler. Planet KOI-314c sendiri merupakan satu dari tiga buah planet yang mengitari bintang katai meraha yang berada pada jarak 200 tahun cahaya dari Bumi.
Dalam pengamatannya, Wahana Kepler menggunakan metode transit untuk melihat perubahan pada cahaya bintang saat sebuah planet melintas di antara bintang dan pengamat (Kepler). Biasanya, Wahana Kepler hanya bisa mengukur ukuran planet yang bisa diketahui dari jumlah cahaya yang dihalangi saat melintas di hadapan bintang induknya.
Planet yang satu ini cukup unik. KOI-314c mengorbit bintang induknya dekat dengan planet KOI-314b saudaranya sehingga gangguan gravitasi yang terjadi di antara kedua planet tersebut kemudian menyebabkan perlambatan atau percepatan terjadinya waktu transit keduanya pada bintang. Nah, perbedaan waktu transit inilah yang digunakan untuk menghitung massa planet.
Permukaan planet KOI-314c memiliki temperatur 104 ºC, sama seperti temperatur air mendidih! Tak mungkin air bisa berwujud cair disini dan kehidupan pun tak mungkin bertumbuh. KOI-314c diketahui mengelilingi bintang katai merah induknya setiap 23 hari. Itu planet KOI-314c. Planet KOI-314b saudaranya ternyata lebih panas lagi dan mengitari bintang induknya dalam waktu hanya 14 hari. Tapi planet KOI-314b juga punya kemiripan dengan Bumi, yakni ukurannya tapi beratnya 4 kali lebih berat dari Bumi.
Tapi yang menjadi teka teki dari KOI-314c adalah kemampuannya untuk memiliki gravitasi yang cukup untuk mempertahankan atmosfernya. Jawabannya masih harus menunggu James Webb telescope beroperasi di tahun 2018, karena dibutuhkan pengukuran yang lebih presisi untuk bisa mengetahui komposisi si planet KOI-314c saat cahaya dari bintang induknya menyaring tebalnya atmosfer KOI-314c setiap 23 hari.
1 komentar