Semenjak pertama kali ditemukan, planet-planet di luar sistem Tata Surya memang sudah semakin banyak ditemukan. Pada umumnya planet-planet tersebut berada tak jauh dari bintang induknya. Yang menjadi pertanyaan, bagaimana mendeteksi exoplanet yang mengorbit jauh dari bintang induknya? Sebuah tantangan yang harus dihadapi oleh para pemburu planet.
Dari segi ukuran planet itu jauh lebih kecil dibandingkan bintang dan ia tidak memancarkan cahaya. Dari Bumi, bintang yang kita lihat pun hanya berupa noktah terang di langit. Jika bintang yang sedemikian besar hanya tampak sebagai noktah lantas bagaimana dengan planet yang jauh lebih kecil lagi ? Apalagi bintang bercahaya sangat terang dan planet tidak memiliki cahaya. Akibatnya si planet tidak akan tampak dari Bumi, dan untuk mendeteksinya harus menggunakan berbagai metode tidak langsung. Dan sebagian besra planet yang ditemukan berada tak jauh dari bintang induknya. Sekarang, kalau untuk planet yang dekat saja tidak tampak bagaimana mungkin dengan planet yang jauh?
Mendeteksi Planet Jauh
Dalam pertemuan para astronom di RAS National Astronomy Meeting in Llandudno, Dr. Jonathan Nichols dari Universitas Leicester memaparkan tentang pendeteksian planet-planet jauh dalam sistem extrasolar planet.
Dalam pemaparannya, Nichols menyatakan bahwa pancaran radio dari aurora untuk planet serupa Jupiter seharusnya dapat dideteksi oleh teleskop radio seperti LOFAR yang akan selesai tak lama lagi.
Penelitian yang dilakukan Nichols memang merupakan studi pertama untuk memprediksi pancaran radio dari sistem extrasolar planet yang serupa dengan yang ditemukan di Jupiter dan Saturnus. Pada kedua planet raksasa di tata Surya tersebut, para peneliti mendeteksi keberadaan gelombang radio terkait dengan aurora yang dihasilkan oleh interaksi gas terionisasi yang lepas dari satelit vulkanik seperti Io dan Enceladus. Dari hasil tersebut, para peneliti memperkirakan pancaran radio dari aurora sistem yang memiliki planet serupa Jupiter dapat dideteksi bahkan dari jarak sejauh Pluto atau bahkan lebih jauh lagi dari bintang induknya.
Dari ratusan exoplanet yang sudah dideteksi, kurang dari 10% mengorbit pada jarak planet luar di Tata Surya. Sebagian besar exoplanet tersebut ditemukan melalui metode transit, yang mendeteksi kedipan cahaya saat planet bergerak melintas wajah bintang atau dari goyangan bintang akibat gangguan gravitasi planet yang mengorbit dirinya. Kedua metode tersebut sangat efektif untuk mendeteksi planet yang berada dekat bintang dan bergerak sangat cepat.
Jupiter dan Saturnus membutuhkan waktu 12 dan 30 tahun untuk mengorbit Matahari, nah jika planet yang sama ada di sistem extrasolar, tentunya anda akan sangat beruntung atau harus mengamati perubahan dalam waktu yang sangat panjang untuk bisa mengenali planet seperti itu dengan metode transit atau goyangan.
Nichols juga menganalisa bagaimana pancaran radio untuk planet serupa Jupiter akan dipengaruhi oleh laju rotasi planet, laju aliran plasma yang keluar dari satelit, jarak orbit planet dan kecerlangan sinar ultraunngu (UV) dari bintang induk. Dalam penelitiannya, ia menemukan dalam beberapa skenario, exoplanet yang mengorbit bintang terang UV antara 1 dan 50 Satuan Astronomi akan menghasilkan pancaran radio yang cukup untuk dideteksi dari Bumi. Untuk bintang yang sangat terang dan planet yang berputar sangat cepat, pancaran radionya akan dapat dideteksi oleh sistem yang jauhnya 150 tahun cahaya dari Bumi.
Sistem di Tata Surya merupakan sistem yang stabil dengan planet gas raksasa sebagai planet-planet luar dan planet kebumian merupakan planet dalam, seperti Bumi yang memiliki kehidupan. Penemuan planet serupa Jupiter akan dapat memberi khazanah baru untuk menemukan sistem keplanetan yang di dalamnya terdapat planet-planet yang dapat menyokong kehidupan.
Sumber : RAS NAM
wah..
share yang sangat bagus kak..
tapi yang menjadi pertanyaan saya(maaf masih pemula), bagaimana membedakan tanda goyangan atau kedipan pada sesuatu yang diindikasikan bintang ganda dan ekstrasolar planet?
terima kasih.