Apa yang ada di balik kelamnya malam? Itu yang sering terpikir dan menjadi pertanyaan banyak orang. Penelitian demi penelitian dibuat dan ssatu per satu hasilnya terkuak dan mengejutkan manusia. Tapi sayangnya di balik keluasan alam semesta misteri pun seperti tak pernah habis. Ada saja yang masih belum terungkap. Dan selalu ada sesuatu yang akan terus mengejutkan manusia tentang alam semesta ini.
Alam semesta, laboratorium raksasa yang bahkan tak bisa disentuh obyek-obyekya oleh manusia. Bahkan Bima Sakti, galaksi yang menjadi rumah bagi Matahari dan planet-planetnya masih menjadi misteri. Pembelajaran pun masih terus berlangsung, sesuatu yang tak kan pernah berakhir sepanjang umur kehidupan manusia di Bumi.
Penelitian yang terus berlngsung untuk mengenal lebih jauh Galaksi Bima Sakti kembali membuahkan hasil. Para peneliti berhasil menemukan sejumlah besar area tempat kelahiran bintang-bintang masif yang sebelumnya tak pernah diketahui. Dengan diketahuinya area tersebut, tak pelak akan memberikan informasi penting bagi manusia terkait struktur galaksi sekaligus memberi petunjuk baru mengenai komposisi kimia di Galaksi Bima Sakti.
Area – area baru yang jadi lokasi kelahiran bintang memiliki hubungan yang sangat erat dengan lokasi kelahiran bintang lainnya yang selama ini sudah dikenal. Dan yang pasti ketika semua area ini dihubungkan, mereka akan membangun kesatuan baru yang memberikan informasi dan pemahaman mengenai proses pembentukan bintang. Tak hanya itu, perbandingan komposisi kimia dari setiap area yang memiliki jarak berbeda dari pusat galaksi juga tentunya akan menjadi sesuatu yang menarik untuk dipelajari sehingga peradaban manusia bisa memahami komposisi kimia Bima Sakti.
Area pembentukan bintang atau area H II yang dilihat oleh Thomas Bania, dari Boston University, Loren Anderson dari Astrophysical Laboratory of Marseille, Perancis, Dana Balser dari National Radio Astronomy Observatory (NRAO), dan Robert Rood dari University of Virginia, merupakan lokasi atom hidrogen mengalami ionisasi atau melepaskan elektron-elektronya. Ionisasi ini ditimbulkan atau disebabkan oleh radiasi kuat dari bintang muda yang masif di tempat tersebut. Area ini memang tidak mudah ditemukan karena tak bisa dilihat dengan cahaya tampak karena ia tersembunyi di balik gas dan debu Bima Sakti. Untuk itu para peneliti menggunakan teleskop radio atau teleskop infra merah untuk bisa menembus gas dan debu tadi.
Penemuan area yang besar ini dimungkinkan setelah dilakukan survey infra merah dengan menggunakan Teleskop Spitzer milik NASA dan teleskop radio Very Large Array (VLA) milik National Science Foundation (NSF). Dengan menggunakan kedua alat tersebut, obyek yang diamati ini tampak terang pada citra yang dihasilkan keduanya dan menunjukkan kalau area tersebut memang kandidat area H II.
Para astronom juga menggunakan teleskop radio yang sangat sensitif, Robert C. Byrd Green Bank Telescope (GBT) milik NSF di West Virginia untuk mendeteksi frekuensi radio tertentu yang dipancarkan elektron saat mereka mengalami penggabungan ulang dengan proton untuk membentuk hidrogen. Bukti penggabungan ulang inilah yang bisa digunakan untuk menyatakan bahwa area tersebut memang berisi hidrogen terionisasi sehingga bisa dinyatakan kalau itu memang area H II.
Analisis lanjut yang dilakukan memberikan informasi lokasi dari area H II tersebut. Hasilnya menunjukkan konsentrasi tersebut berada pada ujung batang pusat Bimasakti dan di lengan spiralnya. Analisis yang dibuat juga menunjukkan 25 dari area yang ditemukan itu berada jauh dari pusat galaksi dibanding jaraknya ke Matahari.
Penemuan ini penting untuk mempelajari proses kimia yang terjadi dalam evolusi Galaksi. Ada bukti yang ditemukan kalau kelimpahan elemen berat mengalami perubahan seiring bertambahnya jarak dari pusat galaksi. Nah dengan penemuan area yang baru ini diharapkan akan memberi khazanah baru dalam mempelajari kecenderungan dan efeknya pada proses kimia dalam evolusi Galaksi.
Sumber : NRAO
1 komentar