Kuliah di astronomi? wah bisa ngeramal nasib dong!
Itulah reaksi yang umum ditemui ketika berbicara tentang astronomi. Saat mendengar kata astronomi, orang akan langsung mengasosiasikannya dengan astrologi, karena astronomi masih kurang dikenal dan dipahami masyarakat. Bagi masyarakat, astronomi itu ilmu yang mengawang-awang. Padahal tanpa disadari perjalanan kehidupan manusia tak pernah lepas dari ilmu klasik yang satu ini.
Kalender, penentuan hari keagamaan dengan melihat bulan baru (hilal), penentuan tahun baru berdasarkan Matahari dan Bulan, perubahan iklim, merupakan sebagian kecil dari pemanfaatan astronomi dalam kehidupan. Tidak hanya itu, astronomi dalam berabad–abad perkembangannya juga mempengaruhi peradaban bangsa-bangsa. Di Mesir, konon penempatan piramid disusun mengikuti pola rasi bintang Orion. Sementara bagi bangsa afro-amerika, rasi Ursa Mayor atau Biduk Besar memberi jasa yang tidak sedikit dengan menjadi petunjuk arah utara saat mereka melarikan diri dari perbudakan di daerah selatan sebelum pecah perang saudara.
Dalam pelayaran dan pertanian, rasi bintang memegang peranan penting untuk menjadi petunjuk arah dan penanda waktu bercocok tanam. Bagi pelaut, bintang Polaris dan rasi bintang crux merupakan petunjuk navigasi arah utara dan selatan. Sementara bagi petani di Sukabumi, rasi Orion (waluku) dan bintang tujuh (Pleiades) digunakan sebagai penanda waktu bercocok tanam. Di Indonesia, keingintahuan akan fenomena astronomi terbilang cukup tinggi terlihat saat peristiwa konjungsi terdekat planet Mars, Planetarium Jakarta dan Observatorium Bosscha diserbu ribuan pengunjung yang ingin menyaksikan peristiwa langka itu. Keingintahuan juga muncul terkait topik, apakah Bumi mengelilingi Matahari, mengapa Pluto bukan lagi planet, atau apa itu planet layak huni? Benarkah planet layak huni artinya kita bisa hidup disana, dan masih banyak lagi.
Menyadari kebutuhan informasi astronomi bagi masyarakat, tahun 2004 kami membangun portal centaurusonline dan mencetak satu edisi majalah Centaurus pada tahun 2005. Setelah centaurusonline dihentikan, kami beralih ke format blog pada medio Maret 2007. Langitselatan merupakan media informasi dan edukasi astronomi secara populer. Nama langitselatan dipilih karena kita berada di bawah naungan langit Selatan yang uniknya tidak banyak dikenal orang dibandingkan langit Utara yang astronominya sudah berkembang pesat. Tidak dipungkiri negara seperti Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa sudah mampu membangun eksplorasi ruang angkasa. Bagaimana dengan Asia, Asia Tenggara, dan lebih spesifik lagi dengan Indonesia?
Observatorium Bosscha dan Astronomi ITB yang dikenal sebagai pilar astronomi di Asia Tenggara, sudah tidak sendiri. Geliat astronomi terlihat dengan dibangunnya observatorium di Malaysia dan Thailand. Pengiriman dua astronot Malaysia ke ISS juga menjadi langkah awal pembangungan space sciences di Malaysia. Tahun 2008 rencananya akan diresmikan jejaring kerjasama astronomi di Asia Tenggara. Di tahun yang sama, Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah IOAA (International Olympiad in Astronomy and Astrophysics) yang kedua. Ironinya, Observatorium Bosscha saat ini masih terus menggalakkan program “saving Bosscha” dari pembangunan kawasan pembangunan Bandung Utara.
Bagaimana dengan sosialisasi astronomi di masyarakat dan dalam pendidikan? Astronomi sudah menjadi bagian dari kurikulum pendidikan untuk jenjang SD sampai dengan SMU. Namun sayangnya kemampuan pendidik untuk mentransfer ilmu astronomi kepada siswa masih minim. Nah, untuk menjembatani penyampaian informasi yang benar secara populer, langitselatan yang dimotori anak-anak muda berlatar belakang pendidikan astronomi hadir memperkenalkan konsep fun astronomy pada masyarakat.
Sejak medio maret 2007, langitselatan tidak hanya berkembang sebagai media online tapi juga pembentukan komunitas, melalui forum langitselatan dan kegiatan public outreach seperti Star Party. Untuk periode mendatang, langitselatan juga akan membangun komunitas astronomi untuk anak-anak. Diharapkan dengan memperkenalkan astronomi sejak dini, akan terbangun awareness terhadap astronomi.
tulisan ini telah dimuat dalam rubrik Tentang, Media Indonesia, Rabu 11 Juli 2007
bner bgd tuh. . . .
klo qta blejar astro, ,pzt org mikir qta bsa nyaingin madam sahara. . pdhal bda bdg. .
bhkn ad yg nyamain astro sma klimatologi. . . ? ? ?
dan emang pengetahuan masy ind tntng astronom tuh masih rada minim, ,
pdhl kn qta dah pny fasilitas yg memadai bwd itu smw. . .
klo soal pembelajaran di skula magh, , astro tuh g pernah di ajarin. .
klo yang maw bca ndiri aja. . karna gru ny jga g ngerti” amet tentang astro, , pling yng mereka taw sebatas tata surya, , tp ngebedain bntang ma planetb juga g bisa. . sedih yagh. . .
klo boleh ngasih saran. . teteh” ma akang” di astro itb dteng ke skula” geura, , trus terangin degh astronomi yg sebenernya. .(ky ngasih penyuluhan gitu) biar g salah kaprah. . .
biz nya ada orang yang maw taw tntang astro tapi g taw harus nanya ke spa, , dn takut di angggap aneh. .
kalau dalam pelayaran biasanya bintang apa atau rasi yang biasanya digunakan untuk menentukan arah/mengetahui mana utara. kalau ada rasi apa saja. kenapa para pelaut dulu sangat ahli dalam hal navigasi penentuan arah
untuk belahan selatan yg sering digunakan sebagai penunjuk arah adalah crux sedangkan di utara, polaris digunakan sebagai penunjuk arah utara. para pelaut bisa menguasai rasi2 bintang sebaga penunjuk arah karena mereka mengenal posisi rasi2 bintang tersebut di langit.
lagian namanya pelaut pasti ngerti navigasi…. hhehehe
Waaah, padahal saya mau masuk fakultas astronomi….. Tapi, cuma ada di ITB ya???
Di Indonesia payah sekali tentang astronomi!!!!!! Indonesia lebih mementingkan hal-hal yang berhubungan dengan industri, politik, ekonomi dsb…. Padahal Astronomi itu penting sekali!!!!!!!
Yaaah beginilah negara Indonesia…. Mudah-mudahan kedepannya astronomi semakin terkenal di indonesia….
Susah g c msuk fakultas astronomi di itb?
ga gitu susah asal paham matematika, fisika
Paham Matematika & Fisika blm tentu paham Astronomi. Karena Obyeknya tak ada di bumi. Visualisasi dan imajinasi yang tinggi mungkin bisa membantu pemahaman bagaimana alam di luar planet bumi itu…..
BEtul sekali pak Setio. Matematika dan Fisika memang hanya dua dari sekian banyak yang dibutuhkan untuk memahami Astronomi. Kedua bidang ilmu itu hanyalah bagian pmbelajaran kognitif dan logika. Visualisasi dalam pikiran, keadaan ekstrim atau yg tak dapat dicapai oleh pemikiran logika memang memerlukan imajinasi yg tidak sembarang imajinasi. Terkadang perlu membayangkan di luar empat dimensi (ruang dan waktu) yg agak sulit diterima akal, tetapi bisa saja dicari analogi dengan fenomena atau kejadian sehari-hari. Astronomi memang menarik dalam pengembangan pemikiran manusia.
Masyarakat Indonesia kurang familiar dengan ilmu Astronomi. Itu krn obyek ilmu tsb berada di luar bumi (keseharian mereka). Padahal kalau sdh mengenal ilmu astronomi yang dibahas tak ada habisnya…. “Ngak ade matinye” (kata orang betawi)
Aslm, cuman mau beri Informasi untuk organisasi, baik mencakup penelitian aneh atau apa yang lebih penting untuk meneliti “SEGITIGA BERMUDA” Bahwa saya Atas nama Dijehaji Hunteryoung, Negara Indonesia, Kota Gorontalo Siap untuk Meneliti SEGITIGA BERMUDA MESKIPUN NYAWA TARUHANNYA. Ini Serius.
Mengapa saya Berani ingin meneliti Karena Di dunia ini tak ada yang tak mungkin, tolong yah.. Wassalam 🙂