Peresmian jam raksasa Mekkah pada awal Ramadhan 1431 H, pada 11 Agustus 2010, membangkitkan kembali keinginan sebagian ulama Islam, terutama di negara-negara Arab, untuk menjadikan Mekkah sebagai pusat waktu. Beberapa argumentasi diajukan, antara lain bahwa Mekkah dianggap sebagai Pusat Dunia, setidaknya kalau dilihat dari distribusi sebaran benua.
Author: T. Djamaluddin
Lulus dari ITB (1986), dan kemudian bekerja di LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional). Melanjutkan pendidikan S2 dan S3 ke Jepang di Department of Astronomy, Kyoto University, dengan tesis master dan doktornya berkaitan dengan materi antar bintang dan pembentukan bintang.
Saat ini bekerja di LAPAN Bandung sebagai Peneliti Utama IVe (Profesor Riset) Astronomi dan Astrofisika. Juga mengajar di Program Magister dan Doktor Ilmu Falak di IAIN Semarang. Terkait dengan kegiatan penelitiannya, saat ini ia menjadi anggota Himpunan Astronomi Indonesia (HAI), International Astronomical Union (IAU), dan National Committee di Committee on Space Research (COSPAR), serta anggota Badan Hisab Rukyat (BHR) Kementerian Agama RI dan BRH Daerah Provinsi Jawa Barat.