fbpx
langitselatan
Beranda » Exoplanet Gliese 486b, Tetangga Baru Bumi Yang Mirip Venus

Exoplanet Gliese 486b, Tetangga Baru Bumi Yang Mirip Venus

Para astronom menemukan planet Bumi-super nan panas yang cocok sebagai kandidat mempelajari atmosfer yang cocok untuk kehidupan.

Permukaan exoplanet Gliese 486b yang mirip Venus. Kredit: RenderArea

Sistem Gliese 486

Gliese 486b. Exoplanet ini ditemukan pada bintang katai merah Gliese 486 yang jaraknya 26,8 tahun cahaya dan berada di rasi Virgo. Jarak ini tentu saja termasuk dekat dari Bumi. 

Exoplanet Gliese 486b ditemukan lewat pengamatan dengan metode transit maupun kecepatan radial. Dengan demikian, para astronom bisa mengetahui massa, ukuran, jarak planet dan kerapatannya

Dari hasil pengamatan dengan teleskop 3,5 meter Calar Alto di Andalusia, Spanyol, diketahui kalau exoplanet Gliese-486 ukurannya 30% lebih besar dan 2,8 kali lebih masif dari Bumi.  Jarak Gliese 486 ke bintang induk hanya 2,5 juta km. Pada jarak yang sedemikian dekat, waktu yang dibutuhkan untuk mengitari bintang induk juga sangat singkat yakni 1,5 hari!

Jarak yang sedemikian dekat tentu punya efek lain. Efek gravitasi bintang pada planet juga jadi lebih besar dan mengunci planet sehingga rotasinya membutuhkan waktu yang sama dengan waktu untuk mengorbit bintang. Dengan kata lain, hanya satu sisi planet yang terus menerus berhadapan dengan bintang. Satu sisi dengan siang abadi, dan sisi lainnya selalu malam.

Diagram komposisi planet berdasarkan massa dan radius. Kredit: Trifonov et al./MPIA graphics department
Diagram komposisi planet berdasarkan massa dan radius. Kredit: Trifonov et al./MPIA graphics department

Kerapatan Gliese 486b memperlihatkan kalau planet ini merupakan planet batuan dengan inti logam, seperti halnya Bumi dan Venus. Siapapun yang berada di planet ini akan merasakan gravitasi 70% lebih kuat dibanding gravitasi Bumi. 

Berada pada jarak sedemikian dekat dengan bintang membuat permukaan planet lebih mirip Venus yang panas dan kering dengan aliran sungai lava. Panas di permukaan planet bisa mencapai 430ºC akibat radiasi yang diterima dari bintang. Tapi, ada yang berbeda. 

Exoplanet Gliese 486b tidak memiliki atmosfer tebal seperti Venus. Atmosfer planet ini termasuk renggang. Tampaknya radiasi dan angin bintang membuat atmosfer di planet ini lepas, sementara gravitasi yang kuat dari planet juga ikut mempertahankan atmosfer. 

Jika Gliese 486b lebih panas 100º mala seluruh pemrukaan akan ditutupi lava dan hanya akan diiisi oleh batuan yang menguap. 

Dari informasi yang ada, planet Gliese 486b bisa dikategorikan sebagai planet Bumi-super panas!  

Berburu Atmosfer

Gliese 486b planet mirip Venus. Kredit RenderArea

Berada hanya 28,6 juta tahun cahaya dari Bumi, Gliese 486b merupakan kandidat penting yang bisa dipelajari atmosfernya dengan teleskop yang lebih mumpuni di masa depan. 

Untuk saat ini, keberadaan atmosfer renggang di Gliese 486b masih belum bisa dikonfirmasi. Bisa mendeteksi dan mengenali komposisi exoplanet batuan yang kecil ini penting untuk tahap lanjut memahami planet.

Jadi, perburuan planet di bintang lain bertujuan untuk mencari planet yang bisa mendukung kehidupan termasuk mencari kehidupan di planet lain. 

Tapi, contoh kehidupan yang kita kenal hanya satu yakni kehidupan di Bumi. Karena itu, planet yang kita cari tentu yang memenuhi persyaratan untuk mendukung kehidupan di Bumi. Planet dengan lautan di permukaan. Maka dicarilah planet batuan di zona laik huni yang temperaturnya hangat untuk mempertahankan air tetap cair. Hal lainnya, atmosfer dari planet juga harus bisa mendukung kehidupan yang kita kenal.

Baca juga:  Menimbang Bahan Pembuat Planet

Nah, untuk mempelajari atmosfer ini tidak mudah. 

Contohnya Bumi, ketebalan atmosfernya 100 km sementara jika dibanding dengan diameter Bumi yang ukurannya 12.742 km. Dari jarak yang sangat jauh, planet hanya bisa ditemukan dengan cara tidak langsung. Dan dengan ketebalan yang sebenarnya tipis dibanding ukuran planet itu sendiri, tentu instrumentasi resolusi tinggi untuk mengenali atmosfer planet. Terutama planet-planet batuan yang kecil. 

Penemuan Gliese 486b yang jaraknya termasuk dekat dalam skala astronomi merupakan kandidat penting untuk mempelajari atmosfer exoplanet dengan European Extremely Large Telescope ataupun James Webb Space Telescope. 

Rencana Masa Depan

Gliese 486b diamati oleh Konsorsium CARMENES (Calar Alto high-Resolution search for M dwarfs with Exoearths with Near-infrared and optical Echelle Spectrographs) dengan spektograf yang dipasang pada teleskop Callar Alto 3,5 meter di Spanyol. Pengamatan yang dilakukan tersebut untuk saat ini “hanya” bisa menyimpulkan keberadaan atmosfer pada planet yang terhitung dekat dengan lingkungan Bumi tersebut.

Pengamatan lanjut dengan teleskop berkemampuan lebih tinggi dibutuhkan di masa depan. Untuk itu, tim CARMENES sudah mempersiapkan apa saja yang akan dilakukan. 

Pengamatan yang pertama adalah spektroskopi transit yang memanfaatkan proses transit planet di depan bintang. Ketika planet transit dan menutupi sebagian kecil permukaan bintang, masih ada sejumlah kecil cahaya yang harus melewati lapisan atmosfer planet sebelum sampai ke Bumi.

Ketika melintasi atmosfer planet, ada senyawa dari atmosfer yang diserap foton dari bintang. Inilah yang menjadi sidik jari planet.

Kita mengetahui komposisi bintang dari spektrumnya, maka ketika cahaya bintang melewati atmosfer, maka spektrum yang kita peroleh bisa memperlihatkan perbedaan dan dengan demikian kita bisa mengetahui komposisi atmosfer Gliese 486b. 

Pengamatan spektroskopi emisi untuk melihat area permukaan yang menerima cahaya bintang. Kredit:  MPIA graphics department

Pengamatan lainnya adalah spektroskopi emisi. Rencananya pengamatan akan dilakukan untuk melihat setiap bagian planet yang menerima cahaya bintang sampai planet menghilang di balik bintang. Ini mirip dengan proses fase Bulan. Spektrum yang diterima akan memberi informasi tentang kecerlangan maupun panas permukaan. 

Tapi tentu saja pengamatan lanjutan tersebut masih harus menunggu sampai instrumen yang dibutuhkan dibangun dan diluncurkan. 

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

1 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini

  • Manusia…lebih suka melihat ke atas..
    Potensi laut saja blm sepenuhnya di pelajari dan dimanfaatkan…serta sibuk merusak planet yg kita tinggali
    Tata surya atau galaksi kita sndiri saja blm mampu dijelajahi..
    Kita bicara jarak ribuan bahkan jutaan thn cahaya,sedangkan transportasi ber teknologi 10 menit cahaya saja kita blm bs membayangkan utk bs membuatnya.
    Tnp teknologi alien yg mendadak dtg ke bumi,manusia butuh lebih dr ribuan thn utk mencapai teknologi itu.
    Dan melihat sifat dasar manusia,sptnya akan lebih lama lg,itupun jika ras manusia masih ada dan tdk musnah krn kelakuan nya sendiri