fbpx
langitselatan
Beranda » Planet Mars, Gurun Tandus Tak Berpenghuni

Planet Mars, Gurun Tandus Tak Berpenghuni

Mars. Si planet merah yang jadi target manusia untuk mencari jejak kehidupan lain di luar Bumi. Bukan itu saja. Planet Mars juga digadang-gadang bisa menjadi lokasi hunian di masa depan.

Planet Mars. Kredit: NASA
Planet Mars. Kredit: NASA

Tentu saja bukan dalam waktu yang sangat dekat. Mars bisa diamati dengan mata tanpa alat. Akan tetapi, pada tahun 1610, untuk pertama kalinya Mars diamati dengan teleskop oleh Galileo. Pengamat di Bumi bisa melihat kehadiran Mars di langit malam sebagai titik merah terang. Warna merah tersebut diasosiasikan dengan darah sehingga planet ini diberi nama Mars, dewa perang sekaligus penjaga pertanian bagi bangsa Romawi.

Tentang Mars

Di Tata Surya, Mars adalah planet keempat dari Matahari. Jika dilihat sekilas, planet tetangga ini mirip Bumi. Mars punya gunung, gunung berapi, ngarai, es di kutub, juga langit coklat kekuningan di siang hari. Akan tetapi, langit tampak biru jelang Matahari terbit dan terbenam.

Planet ini lebih kecil dari Bumi dengan diameter 6.792 km atau 53% ukuran Bumi. Dengan kata lain, Mars ini hanya setengah ukuran Bumi. Tapi, karena Mars merupakan planet gurun tanpa air, luas daratannya hampir sama dengan daratan di Bumi. Perlu diingat bahwa 2/3 Bumi diisi oleh lautan.

Massa Mars juga lebih kecil dari Bumi. Hanya 639.000.000.000.000.000.000.000 kg atau 639 miliar triliun atau 6,39×1023 kg. Karena massa Mars lebih kecil dari Bumi, gravitasinya juga lebih kecil hanya 3,7 m/det2 atau 0,37 kali gravitasi Bumi. Itu artinya, kita bisa melompat 3 kali lebih tinggi di Mars karena gravitasinya yang lemah.

Mars berada pada jarak 227,9 juta km atau 1,5 AU. Akan tetapi, seperti planet lainnya, orbit Mars juga bukan lingkaran melainkan elips yang lonjong. Karena itu, ada kalanya Mars berada pada titik terdekat dengan Matahari yakni 206,6 juta km dan titik terjauh pada jarak 248,2 juta km.

Seandainya kita bisa mengunjungi Mars, satu hari di Mars hanya sedikit lebih lama dari Bumi. Planet ini butuh 24 jam 37 menit untuk menyelesaikan satu kali putaran orbit. Tapi, satu tahun di Mars hampir 2 tahun di Bumi karena Mars butuh waktu 687 hari untuk mengelilingi Matahari.

Mars juga punya 4 musim seperti di Bumi karena sumbu rotasinya yang miring 25º. Karena satu tahun di Mars hampir 2 tahun di Bumi, maka musim di Mars juga hampir dua kali lebih lama dibanding panjang satu musim di Bumi. Selain itu, orbit Mars yang lonjong juga berpengaruh pada panjang musim dan musim dingin di belahan selatan lebih lama dan lebih ekstrim dibanding musim dingin di belahan utara.

Saking dinginnya, ketika musim dingin di belahan utara, suhu Mars bisa mencapai -125º C. Tapi suhu rata-rata di Mars memang cukup dingin hanya -60º C. Bahkan musim panas di area ekuator Mars hanya mencapai 20º C dan turun sampai -73º Celsius saat malam.

Baca juga:  Si Noktah Biru Tua dalam Sinar-X

Sama seperti Bumi. Mars juga punya satelit. Tak cuma satu, Mars dikelilingi oleh dua bulan yang diberi nama Phobos dan Deimos. Kedua bulan ini bentuknya tidak bulat seperti Bulan, melainkan tidak beraturan. Salah satu dugaan yang populer, Phobos dan Deimos merupakan asteroid yang tertangkap oleh medan gravitasi Mars.

Phobos dan Deimos berada pada jarak 9.377 km dan 23.460 km. Pada jarak yang sangat dekat dengan Mars, dalam waktu 50 juta tahun, Phobos diperkirakan akan menabrak Mars atau malah hancur berkeping-keping membentuk cincin di sekeliling Mars.

Atmosfer & Struktur Mars

Struktur Mars yang terdiri dari inti, selubung silikat, dan kerak batuan. Kredit: NASA
Struktur Mars yang terdiri dari inti, selubung silikat, dan kerak batuan. Kredit: NASA

Mars. Planet ini merupakan planet batuan atau planet kebumian yang tersusun oleh kerak batuan di sisi terluar dengan ketebalan antara 10 – 50 km. Di bawah kerak, ada mantel silikat dengan ketebalan antara 1240 – 1880 km, dan inti besi dengan jejari 1500 – 2100 km.

Mars bukan tempat yang nyaman untuk dihuni. Mars yang kita kenal sekarang adalah planet kering tanpa air di permukaan yang jadi syarat penting bagi tumbuh kembang kehidupan yang kita kenal di Bumi. Tidak ada atmosfer tebal yang melindungi permukaan planet dari paparan radiasi sinar Matahari yang cukup tinggi.

Tapi, Mars di masa lalu berbeda dengan kondisinya saat ini.

Planet Mars terbentuk 4,5 miliar tahun lalu, berbarengan dengan pembentukkan Bumi dan planet lainnya. Setelah terbentuk, Mars mendingin dan memadat dengan cepat sehingga terbentuk kerak tebal. Pendinginan terjadi dari lapisan terluar ke bagian dalam.

Seiring dengan terbentuknya kerak di permukaan, inti Mars yang disusun oleh besi, nikel dan belerang, juga mengalami pendinginan. Akibatnya, aktivitas di inti yang membentuk medan magnetik terhenti dan Mars tidak memiliki medan magnetik yang kuat.

Terhentinya aktivitas pembentukan medan magnetik ini mengubah wajah Mars untuk selamanya.

Kenampakan planet Mars di bulan Mei dan Juni tahun 2018. Tampak badai debu di Mars mulai menutupi permukaan planet tersebut, meski ada perbedaan rotasi karena waktu pengambilan yang berbeda. Kredit: Jefferson Teng
Kenampakan planet Mars di bulan Mei dan Juni tahun 2018. Tampak badai debu di Mars mulai menutupi permukaan planet tersebut, meski ada perbedaan rotasi karena waktu pengambilan yang berbeda. Kredit: Jefferson Teng

Dulu ketika baru terbentuk, Mars belum setandus sekarang. Planet ini pernah melewati zaman basah dengan permukaan dialiri air dan ada atmosfer karbon dioksida yang tebal. Suhu Mars saat periode basah juga diduga cukup hangat. Kondisi yang cocok untuk evolusi kehidupan.

Akan tetapi, terhentinya pembentukan medan magnetik serta gravitasi Mars yang lemah, menyebabkan planet ini tidak mampu mempertahankan atmosfernya. Atmosfer yang pada awalnya tebal, disapu oleh angin Matahari dan pada akhirnya Mars pun berubah. Yang tersisa adalah atmosfer tipis yang didominasi gas karbondioksida, sejumlah kecil nitrogen, serta sangat sedikit argon, oksigen, dan uap air.

Tak hanya itu. Lautan yang diduga pernah menutupi permukaan Mars menguap. Mars memasuki periode kering yang menjadikan planet ini tandus dan berdebu. Yang tersisa adalah jejak endapan di sekitar sungai akibat banjir, palung sungai, serta garis pantai dari danau maupun lautan dangkal kuno yang pernah ada. Sementara itu, di kutub utara dan selatan Mars, air yang tersisa masih tersimpan dalam bentuk endapan es.

Baca juga:  Dua Planet Dalam Panggangan Bintang

Pembentukan permukaan Mars dipengaruhi oleh aktivitas vulkanik yang terjadi di planet ini. Letusan gunung api tersebut memuntahkan lava dan air yang kemudian mengeras membentuk permukaan Mars saat ini. Gunung berapi tertinggi di Mars dan di Tata Surya adalah Mons Olimpus yang berada di dataran tinggi vulkanis Tharsis. Dataran tinggi Tharsis ini diduga terbentuk akibat aktivitas tektonik Mars.

Meskipun tidak memiliki lempeng tektonik seperti di Bumi, aktivitas tektonik tetap terjadi oleh materi panas yang muncul dari bawah tanah ke permukaan. Selain menghasilkan dataran tinggi seperti Tharsis, aktivitas tektonik di Mars juga menghasilkan retakan dan celah seperti yang ditemukan pada lembah Valles Marines.

Mars kini hanyalah gurun kering, tandus, dan berdebu. Seandainya kita bisa ke Mars, ada masalah lain yang harus dihadapi. Ada badai debu yang bisa berlangsung selama satu minggu sampai berbulan-bulan lamanya. Badai debu ini bukan hanya terjadi di satu lokasi tapi di seluruh planet saat musim panas di belahan selatan Mars. Debu yang menutupi permukaan Mars ini mengandung besi yang ketika berinteraksi dengan oksigen menghasilkan karat berwarna merah. Contoh paling mudah adalah besi berkarat di Bumi. Inilah kenapa Mars tampak berwarna merah.

Saat ini berbagai wahana baik wahana pengorbit maupun robot pendarat dan probot penjelajah telah dan akan mengeksplorasi planet merah tersebut. Tujuannya selain untuk mencari bukti jejak kehidupan di Mars juga adalah untuk menilai apakah Mars laik huni atau layak terraforming. Yang dicari tentu saja jejak air dan materi organik serta bahan bahan yang dapat mendukung penghidupan manusia disana. Misi pendaratan di Mars, maupun misi untuk tinggal di Mars pernah dan telah direncanakan.

Akankah kita bisa hijrah ke Mars? Mungkin suatu hari kelak itu akan terjadi. Untuk saat ini mari kita tunggu cerita dari para pengorbit, pendarat, maupun penjelajah Mars.

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

5 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini