fbpx
langitselatan
Beranda » Fenomena Langit Bulan Juni 2020

Fenomena Langit Bulan Juni 2020

Fenomena langit bulan Juni 2020 diwarnai oleh Gerhana Bulan Penumbra, Gerhana Matahari Sebagian, serta pertemuan Bulan dan Planet di langit malam.

Bulan Purnama. Kredit: Avivah Yamani / langitselatan
Bulan Purnama. Kredit: Avivah Yamani / langitselatan

Planet

Merkurius. Selama bulan Juni, Merkurius masih bisa diamati di rasi gemini setelah Matahari terbenam. Akan tetapi, planet ini tidak selamanya cukup tinggi di ufuk barat setelah Matahari tenggelam.  Waktu terbaik mengamati Merkurius adalah awal Juni saat Merkurius menanjak naik di ufuk barat kala senja menuju titik elongasi timur maksimumnya dari Matahari. Setelah itu, Merkurius akan terus mengejar Matahari sampai akhir Juni ketika Dewa Pembawa Pesan menghilang di balik cahaya Matahari saat menuju konjungsi inferiornya di awal Juli.

Sebelum benar-benar menghilang dari langit senja, Merkurius akan berpapasan dengan Bulan di penghujung bulan Juni meski agak sulit diamati karena cahaya senja yang mendominasi.

Venus. Bintang Kejora ini bisa diamati di rasi taurus pada bulan Juni. Awal Juni, Venus sudah menghilang dari langit senja di balik cahaya Matahari saat menuju konjungsi inferiornya. Pada saat konjungsi inferior, Venus akan berada di antara Matahari dan Bumi. Karena itu Venus akan menghilang untuk beberapa waktu dari pandangan pengamat. Setelah konjungsi inferiornya, Venus bisa diamati sebelum Matahari terbit mulai pertengahan Juni. Planet ini akan terus menanjak naik di langit fajar dan cukup tinggi untuk diamati pada penghujung bulan Juni.

Mars, Jupiter & Saturnus. Ketiga planet ini bisa diamati setiap malam selama bulan Juni. Dua planet gas raksasa Jupiter dan disusul Saturnus terbit sebelum tengah malam dan disusul Mars setelah lewat tengah malam. Awal Juni, Bulan berpapasan dengan Jupiter dan Saturnus sehingga tampak membentuk segitiga di langit malam. Selang empat hari, Bulan berpapasan dengan Mars.

Selama bulan Juni, Mars bisa diamati di rasi Aquarius dan pada akhir Juni, planet merah tersebut sudah berada di rasi Pisces. Sementara itu, planet Jupiter dan Saturnus bisa diamati di rasi Sagittarius dan Capricornus.

Uranus & Neptunus. Planet es raksasa ini terlalu redup untuk diamati dengan mata tanpa alat. Siapkan teleskop jika ingin melihat kedua planet es tersebut.

Di awal Juni, planet Uranus bisa diamati jelang fajar. Akan tetapi, planet ini terus beranjak naik di langit malam setiap harinya sehingga menjelang akhir juni, sudah bisa diamati lewat tengah malam sampai fajar.  Sementara itu, Neptunus bisa diamati sejak tengah malam sampai fajar selama bulan Juni.

Bulan

Fase Bulan selama Juni 2020. Kredit: Fajar Ariadi/langitselatan
Fase Bulan selama Juni 2020. Kredit: Fajar Ariadi/langitselatan

Bulan tetap jadi atraksi menarik untuk dilihat karena kecerlangannya. Selain itu, konjungsi Bulan dan planet juga jadi suguhan menarik lainnya.

3 Juni. Bulan di perigee. Bulan mencapai jarak terdekatnya dengan Bumi yakni 364.366 km.

6 Juni. Bulan Purnama. Bulan akan berada di atas cakrawala sejak Matahari terbenam sampai fajar tiba. Kesempatan baik untuk mengamati Bulan dan kawah-kawahnya. Setelah fase purnama, Bulan secara perlahan akan bergeser waktu terbitnya semakin malam.

Pada saat Bulan Purnama Juni, Bumi akan masuk ke area penumbra yang menghalangi sebagian cahaya Matahari ke BUlan dan kita di Bumi bisa menyaksikan Gerhana Bulan Penumbra.

13 Juni. Bulan Perbani Akhir. Bulan terbit tengah malam dan terbenam siang hari. Bulan tampak dari tengah malam sampai jelang fajar.

15 Juni.  Bulan di titik apogee. Bulan mencapai jarak dari Bumi pada jarak 404.595 km

21 Juni. Bulan Baru. Waktunya pengamatan. Langit akan gelap tanpa cahaya Bulan. Saat yang tepat untuk melakukan astrofotografi Deep Sky atau Bima Sakti. Pada saat ini, Bulan terbit hampir bersamaan dengan terbitnya Matahari. Jadi Bulan dan Matahari akan tampak sepanjang hari. Pengamat bisa menikmati planet-planet tanpa gangguan cahaya Bulan

28 Juni. Bulan Perbani Awal. Bulan akan tampak sejak Matahari terbenam sampai tengah malam saat Bulan terbenam. Para pengamat langit bisa menikmati langit bebas cahaya Bulan mulai tengah malam sampai jelang dini hari.

Baca juga:  Masa Lalu Mars Yang Dingin Untuk Air

30 Juni. Bulan di perigee. Bulan mencapai jarak terdekatnya dengan Bumi yakni 368.958 km.

Gerhana

6 Juni – Gerhana Bulan Penumbra

Puncak Gerhana Bulan Penumbra pukul 02:26 WIB dari bandung. Kredit: Star Walk
Puncak Gerhana Bulan Penumbra pukul 02:26 WIB dari bandung. Kredit: Star Walk

Gerhana Bulan Penumbra yang terjadi tanggal 6 Juni merupakan gerhana kedua untuk musim gerhana 2020. Kontak pertama Gerhana Bulan Penumbra 6 Juni terjadi pukul 00:45:50 WIB dan berakhir pada pukul 04:04:03 WIB. Puncak gerhana terjadi pukul 02:26:14 WIB.

Untuk Gerhana Bulan Penumbra 6 Juni 2020, seluruh masyarakat Indonesia bisa mengamati gerhana ini. Akan tetapi, sebagian masyarakat Papua tidak bisa mengamati GBP sampai akhir karena Bulan sudah terbenam ketika fase akhir gerhana masih berlangsung. Selain Indonesia, sebagian Amerika Selatan dan Amerika Utara, negara-negara di Eropa, Afrika, Asia, dan Australia berkesempatan menikmati gerhana ini.

21 Juni – Gerhana Matahari Cincin

Puncak Gerhana Matahari Sebagian pukul 17:34 WIT dari Ternate. Kredit: Star Walk
Puncak Gerhana Matahari Sebagian pukul 17:34 WIT dari Ternate. Kredit: Star Walk

Setelah terjadi tanggal 26 Desember, Gerhana Matahari Cincin kembali menyambangi penduduk Bumi pada tanggal 21 Juni 2020. GMC ini istimewa karena bertepatan dengan Solstis Bulan Juni atau yang identik dengan Solstis Musim Panas di belahan utara, saat Matahari tepat berada pada titik tertinggi di utara.

GMC 21 Juni akan berlangsung selama 6 jam 41 menit 15 detik, dengan durasi cincin selama 39 detik. Lintasan cincin akan dimulai dari Republik Kongo, kemudian melintasi Republik Demokratik Kongo, Republik Afrika Tengah, Sudan Selatan, Sudan, Etiopia, Eritrea, Yaman, Arab Saudi, Oman, berlanjut ke Pakistan, India, Tibet, China, Taiwan, dan berakhir di Lautan Pasifik.

Untuk GMC 21 Juni 2020, Indonesia memang tidak dilewati jalur cincin. Akan tetapi, masyarakat Indonesia masih bisa mengamati Gerhana Matahari Sebagian, kecuali sebagian Lampung dan Bengkulu, serta sebagian pulau Jawa. Ketertutupan Matahari pun beragam. Semakin ke selatan, semakin kecil Matahari yang digerhanai Bulan. Sementara yang berada di bagian utara bisa menikmati gerhana sebagian sampai sekitar 30%.

Peristiwa

4 Juni — Konjungsi Inferior Venus

Konjungsi inferior Venus. Kredit: langitselatan
Konjungsi inferior Venus. Kredit: langitselatan

Venus berada sejajar di antara Matahari dan Bumi dan terpisah 0,48° dari Matahari. Pada posisi ini, Venus berada pada papasan terdekatnya dengan Bumi dengan jarak 0,29 AU. Karena itu Venus tidak akan tampak bagi pengamat karena planet terdekat Matahari ini terbit dan terbenam hampir bersamaan dengan Matahari. Jika bisa diamati, maka piringan Venus akan tampak lebih besar dengan diameter 57,8 detik busur.

Peristiwa konjungsi inferior Venus menandai akhir kenampakan planet ini kala senja dan mulai bertransisi untuk hadir kala fajar dalam beberapa minggu lagi.

4 Juni — Elongasi Timur Maksimum Merkurius

Elongasi Timur terbesar Merkurius. Kredit: langitselatan
Elongasi Timur terbesar Merkurius. Kredit: langitselatan

Merkurius dan Matahari membentuk sudut maksimal terhadap Bumi. Elongasi Timur maksimum yang dicapai Merkurius 23,6º. Artinya, Merkurius akan berada 23,6 di arah barat Matahari. Merkurius yang berada di rasi Gemini bisa diamati dengan kecerlangan 0,6 magnitudo setelah Matahari terbenam sampai pukul 19:17 WIB.

8 – 9 Juni — Bulan — Jupiter — Saturnus

Segitiga Bulan, jupiter, dan Saturnus pada tanggal 8 Juni 2020 pukul 22:00 WIB. Kredit: Star Walk
Segitiga Bulan, jupiter, dan Saturnus pada tanggal 8 Juni 2020 pukul 22:00 WIB. Kredit: Star Walk

Bulan tampak bersama Jupiter dan Saturnus membentuk segitiga di langit malam. Bulan terbit lebih dahulu pukul 20:12 WIB disusul Jupiter pukul 20:21 WIB dan terakhir Saturnus pukul 20:43 WIB. Ketiganya bisa diamati sampai fajar dengan Bulan berada 2,1º di selatan Juptier, dan 2,6º di selatan Saturnus. Bulan dan Jupiter akan mencapai meridian pukul 02:32 WIB dengan ketinggian 75º sedangkan Saturnus mencapai mencapai merdian pukul 02:56 WIB dengan ketinggian 76º.

13 Juni — Bulan — Mars

Pasangan Bulan dan Mars pada tanggal 13 Juni 2020 pukul 01:00 WIB. Kredit: Star Walk
Pasangan Bulan dan Mars pada tanggal 13 Juni 2020 pukul 01:00 WIB. Kredit: Star Walk

Bulan setengah berpasangan dengan Mars sejak keduanya terbit di ufuk timur sampai fajar menyingsing. Mars terbit terlebih dahulu pada pukul 23:47 WIB disusul Bulan pada pukul 00:16 WIB. Keduanya hanya terpisah 2,5° dan mencapai ketinggian 87º di atas horison sebelum menghilang di balik cahaya Matahari pada pukul 05:43 WIB.

Baca juga:  Apakah Komet Bisa Menabrak Planet?

19 Juni — Bulan — Venus

Pasangan Bulan dan Venus pada tanggal 19 Juni 2020 pukul 05:00 WIB. Kredit: Star Walk
Pasangan Bulan dan Venus pada tanggal 19 Juni 2020 pukul 05:00 WIB. Kredit: Star Walk

Bulan sabit tipis berjumpa dengan Venus sebelum fajar menyingsing. Bulan sabit yang hanya 5% terbit pukul  04:02 WIB disusul Venus pukul 04:26 WIB. Keduanya hanya terpisah 0,7º. Akan tetapi pasangan Bulan dan Venus ini akan sulit untuk diamati mengingat keduanya tebit 1 jam 33 menit sebelum Matahari terbit, dan ketinggian keduanya pun kurang dari 18º di ufuk timur.

21 Juni – Solstice (Summer Solstice – Belahan Utara ; Winter Solstice – Belahan Selatan)

Ekuinok, Solstis dan 4 musim yang terjadi di Bumi. Kredit: langitselatan
Ekuinok, Solstis dan 4 musim yang terjadi di Bumi. Kredit: langitselatan

Titik balik musim panas bagi masyarakat di Belahan Bumi Utara dan titik balik musim dingin bagi penduduk di Bumi Belahan Selatan. Selain itu, bagi penduduk di belahan selatan, ini merupakan malam terpanjang dan bagi mereka yang berada di utara, ini adalah siang terpanjang.

Titik balik musim panas akan terjadi tanggal 21 Juni pukul: 04:34 WIB, ketika Matahari berada di rasi Gemini.

22 Juni — Bulan — Merkurius

Pasangan Bulan dan Merkurius pada tanggal 22 Juni 2020 pukul 18:00 WIB. Kredit: Star Walk
Pasangan Bulan dan Merkurius pada tanggal 22 Juni 2020 pukul 18:00 WIB. Kredit: Star Walk

Bulan sabit tipis berpasangan dengan Merkurius di langit senja setelah Matahari terbenam. Keduanya sulit diamati karena berada cukup rendah di ufuk barat dengan ketinggian 8º. Merkurius akan terbenam lebih dulu pukul 18:34 WIB disusul Bulan pukul 18:43 WIB.

Rasi Bintang & Bima Sakti

Akhir Juni menjadi waktu terbaik untuk bisa menikmati keindahan langit malam saat Bulan menuju fase Bulan Baru. Bimasakti dapat diamati mulai tengah malam membentang dari Timur Laut ke Barat Daya.

Setelah Matahari terbenam, ada Canopus di rasi Carina, Sirius di rasi Canis Major, Procyon di rasi Canis Minor, Pollux dan Castor di Gemini, yang bisa diamati sampai jelang tengah malam. Selain itu masih ada Regulus di rasi Leo, Spica di Virgo, rasi Crux, Rigel Kentaurus di Centaurus, Arcturus di rasi Bootes, dan Antares di rasi Scorpius, yang bisa diamati sampai lewat tengah malam. Sementara itu, Vega di rasi Lyra, Altair di rasi Aquila, Deneb di rasi Cygnus, dan Archenar di rasi Eridanus bisa diamati mulai tengah malam sampai jelang fajar.

Bintang-bintang tersebut cukup terang untuk dapat dijadikan panduan dalam pengamatan.

 

Peta Bintang 1 Juni 2020

Peta Bintang 15 Juni 2020

Kampanye Langit Gelap

13 — 22 Juni — Kampanye Globe At Night

Di bulan Juni, Kampanye Globe At Night atau Kampanye langit gelap untuk membangun kesadaran akan pentingnya langit gelap dan efek dari polusi cahaya diadakan dari 13 – 22 Juni.  Pengamat diajak untuk mengamati rasi bintang yang sudah ditentukan dari berbagai lokasi untuk mengenali bintang yang bisa dilihat di rasi tersebut. Berapa banyak bintang yang bisa dikenali akan menjadi indikasi tingkat polusi cahaya di area tersebut.

Untuk kampanye bulan Juni, para pengamat di belahan utara bisa mengamati rasi Bootes dan rasi Herkules sementara pengamat di belahan selatan diajak untuk mengamati rasi Crux dan rasi Bootes. Tujuannya untuk mengetahui seberapa banyak bintang di rasi tersebut yang tampak.

Pengamat bisa menggunakan modul yang sudah disediakan untuk melakukan identifikasi bintang dan melihat tingkat polusi cahaya di lokasinya.

Clear Sky!

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini