fbpx
langitselatan
Beranda » Fenomena Langit Bulan Oktober 2019

Fenomena Langit Bulan Oktober 2019

Fenomena langit bulan Oktober akan menyajikan rangkaian planet-planet yang bisa diamati dengan mata tanpa alat dan hujan meteor Orionid.

Uranus. Kredit: NASA
Uranus. Kredit: NASA

Merkurius & Venus. Duo planet dalam bisa diamati selama bulan Oktober sejak Matahari terbenam, sampai keduanya terbenam di ufuk barat. Di awal Oktober, Venus masih sangat rendah di ufuk barat saat Matahari terbenam. Kedua planet akan terus menanjak naik setiap harinya di ufuk barat dan di penghujung bulan Oktober kedua planet ini akan tampak segaris dengan Bulan dan dua hari kemudian, kedua planet dalam ini berkonjungsi pada tanggal 31 Oktober.  

Mars. Sejak awal Oktober, Mars sudah mulai muncul di ufuk timur sebelum Matahari terbit. Mars yang berada di rasi Virgo ini akan tampak rendah di ufuk timur dan sulit diamati. Di sepanjang oktober, Mars akan terus naik di ufuk timur dengan ketinggian 14º pada pertengahan Oktober dan terus menanjak naik sampai 20º di akhir Oktober.

Jupiter & Saturnus. Kedua planet raksasa ini masih bisa diamati selama bulan Oktober setelah Matahari terbenam sampai jelang tengah malam. Jupiter terbit terlebih dahulu pukul 10 pagi disusul Saturnus sekitar 2 jam kemudian.  Di awal Oktober, Jupiter sudah melewati meridian pengamat saat Matahari terbenam, sedangkan Saturnus berada tepat di meridian. Jupiter bisa diamati di rasi Ophiuchus sampai tengah malam, sedangkan Saturnus di rasi Sagittarius bisa diamati sampai tengah malam.

Kedua planet akan berpapasan dengan Bulan di awal Oktober. Jupiter akan terlebih dahulu berjumpa dengan Bulan disusul Saturnus dua hari kemudian. Jupiter kembali berpapasan dekat dengan Bulan di akhir Oktober.

Uranus & Neptunus. Planet es raksasa ini terlalu redup untuk diamati dengan mata tanpa alat. Siapkan teleskop jika ingin melihat kedua planet es tersebut. Selama bulan Oktober, Uranus dan Neptunus bisa diamati sejak Matahari terbenam sampai jelang fajar. Uranus bisa ditemukan di Aries, sedangkan Neptunus di rasi Aquarius.

Bulan

Fase Bulan selama bulan Oktober 2019. Kredit: Fajar Ariadi / langitselatan
Fase Bulan selama bulan Oktober 2019. Kredit: Fajar Ariadi / langitselatan

Bulan tetap jadi atraksi menarik untuk dilihat karena kecerlangannya. Selain itu, konjungsi Bulan dan planet juga jadi suguhan menarik lainnya.

5 Oktober. Bulan Perbani Awal. Bulan akan tampak sejak Matahari terbenam sampai tengah malam saat Bulan terbenam. Para pengamat langit bisa menikmati langit bebas cahaya Bulan mulai tengah malam sampai jelang dini hari.

10 Oktober.  Bulan di titik apogee. Bulan mencapai jarak dari Bumi pada jarak 405.899 km

13 Oktober. Bulan Purnama. Bulan akan berada di atas cakrawala sejak Matahari terbenam sampai fajar tiba. Kesempatan baik untuk mengamati Bulan dan kawah-kawahnya. Setelah fase purnama, Bulan secara perlahan akan bergeser waktu terbitnya semakin malam.

21 Oktober. Bulan Perbani Akhir. Bulan terbit tengah malam dan terbenam siang hari. Bulan tampak dari tengah malam sampai jelang fajar.

26 Oktober. Bulan di perigee. Bulan mencapai jarak terdekatnya dengan Bumi yakni 361.311 km.

28 Oktober. Bulan Baru. Waktunya pengamatan. Langit akan gelap tanpa cahaya Bulan. Saat yang tepat untuk melakukan astrofotografi Deep Sky atau Bima Sakti. Pada saat ini, Bulan terbit hampir bersamaan dengan terbitnya Matahari. Jadi Bulan dan Matahari akan tampak sepanjang hari. Pengamat bisa menikmati planet-planet tanpa gangguan cahaya Bulan.

Hujan Meteor 

9 Oktober – Hujan Meteor Draconid

Hujan meteor Draconid di rasi Draco pada tanggal 9 Oktober 2019 pukul 18:30 WIB di arah utara. Kredit Star Walk
Hujan meteor Draconid di rasi Draco pada tanggal 9 Oktober 2019 pukul 18:30 WIB di arah utara. Kredit Star Walk

Hujan meteor minor yang tampak datang dari rasi Draco ini akan berlangsung dari tanggal 6 – 10 Oktober. Puncaknya tanggal 9 Oktober dengan laju 10 meteor per jam. Hujan meteor Draconid ini berasal dari sisa debu komet 21P Giacobini-Zinner. Hujan meteor ini bisa dinikmati setelah Matahari terbenam sampai rasi Draco terbenam pukul 21:00 WIB.  Bulan masih cukup terang di langit malam. Rasi Draco bisa ditemukan di arah utara. Agak sulit untuk menemukan rasi yang satu ini karena posisinya yang cukup rendah di horison. carilah lokasi pengamatan yang bebas polusi cahaya untuk berburu meteor Draconid.

Baca juga:  Apa yang Keliru, Schiaparelli?

Puncak hujan meteor akan terjadi tanggal 11 Oktober pukul 13:00 WIB.

10 — 11 Oktober – Hujan Meteor Taurid Selatan

Hujan meteor Taurid Selatan di perbatasan rasi Cetus dan Taurus pada tanggal 10 Oktober 2019 pukul 22:00 WIB. Kredit Star Walk
Hujan meteor Taurid Selatan di perbatasan rasi Cetus dan Taurus pada tanggal 10 Oktober 2019 pukul 22:00 WIB. Kredit Star Walk

Hujan meteor Taurid berasal dari butiran debu Asteroid 2004 TG10 dan sisa debu Komet 2P Encke, berlangsung sejak 10 September – 20 November dan tidak pernah menghasilkan lebih dari 5 meteor per jam. Menariknya, hujan meteor taurid ini kaya dengan bola api.

Puncak hujan meteor yang tampak datang dari rasi Taurus berlangsung tanggal 10 Oktober, hanya dengan 5 meteor per jam yang lajunya hanya 28 km/detik. Hujan meter Taurid bisa diamati setelah Matahari terbenam saat rasi Cetus juga terbit di arah timur sampai jelang fajar saat rasi ini akan terbenam di barat. Bulan cembung besar akan menjadi sumber utama polusi cahaya.

Puncak hujan meteor akan terjadi tanggal 11 Oktober pukul 04:00 WIB.

21 — 22 Oktober – Hujan Meteor Orionid

Hujan meteor Orionid yang tampak muncul dari rasi Orion pada tanggal 21 Oktober 2019 pukul 23:30 WIB. Kredit Star Walk

Hujan meteor Orionid yang berasal dari sisa debu komet Halley akan kembali menghiasi langit malam dari 2 Oktober sampai 7 November. Sesuai namanya, hujan meteor Orionid tampak muncul dari rasi Orion si Pemburu dan mencapai puncak pada tanggal 21 Oktober.

Saat malam puncak, pengamat bisa menikmati 25 meteor per jam yang melaju dengan kecepatan 66 km/detik. Rasi Orion terbit pukul 22:19 WIB di arah timur dan bisa diamati sampai fajar menyingsing. Bulan perbani akhir yang terbit tengah malam akan menjadi sumber polusi cahaya yang mengganggu pengamatan.

Puncak hujan meteor akan terjadi tanggal 22 Oktober pukul 07:00 WIB.

Peristiwa

3 Oktober — Bulan — Jupiter

Konjungsi Bulan dan Jupiter pada tanggal 3 Oktober 2019 pukul 21:00 WIB. Kredit: Star Walk
Konjungsi Bulan dan Jupiter pada tanggal 3 Oktober 2019 pukul 21:00 WIB. Kredit: Star Walk

Bulan dan Jupiter tampak berpasangan sejak Matahari terbenam sampai saat keduanya terbenam tengah malam. Setelah Matahari terbenam, Bulan dan Jupiter yang sudah terbit sejak pagi bisa diamati di arah barat daya dengan ketinggian ~60º di atas horison selatan. Jupiter terlebih dahulu terbenam pukul 22:20 WIB disusul Bulan 5 menit kemudian.

Bulan perbani awal tampak terpisah 1,8º di utara Jupiter dan keduanya bisa diamati di rasi Ophiuchus sampai terbenam pada tengah malam.

5 Oktober — Bulan — Saturnus

Konjungsi Bulan dan Saturnus pada tanggal 5 Oktober 2019 pukul 21:00 WIB. Kredit: Star Walk
Konjungsi Bulan dan Saturnus pada tanggal 5 Oktober 2019 pukul 21:00 WIB. Kredit: Star Walk

Setelah berpapasan dengan Jupiter, Bulan kemudian berpapasan sangat dekat dengan Saturnus di rasi Sagittarius.   Kedua objek ini bisa diamati di rasi Sagittarius pada ketinggian 74º di arah selatan setelah Matahari terbenam. Keduanya bisa diamati sampai tepat tengah malam saat Bulan dan Saturnus terbenam beriringan. Bulan berada 3,3º di selatan Saturnus.

 20 Oktober — Elongasi Timur Maksimum Merkurius

Elongasi Timur terbesar Merkurius. Kredit: langitselatan
Elongasi timur terbesar Merkurius. Kredit: langitselatan

Merkurius dan Matahari membentuk sudut maksimal terhadap Bumi. Elongasi Timur maksimum yang dicapai Merkurius 24,6º. Artinya, Merkurius akan berada 24,6º di arah barat Matahari. Merkurius yang berada di rasi Libra bisa diamati dengan kecerlangan 0 magnitudo setelah Matahari terbenam sampai pukul 19:16 WIB.

28 Oktober – Oposisi Uranus

Oposisi Uranus. Kredit: langitselatan
Oposisi Uranus. Kredit: langitselatan

Uranus, si planet es raksasa akan berada pada jarak terdekatnya dengan Bumi yakni 18,83 AU.  Planet yang bergerak menggelinding ini akan tampak unik sebagai titik warna biru kehijauan di teleskop. Untuk menemukannya, arahkan teleskop ke rasi Aries. Saat oposisi Uranus sedang berada di rasi Aries dengan kecerlangan 5,7 magnitudo.

Baca juga:  Fenomena Langit Bulan Mei 2021

29 Oktober — Bulan — Merkurius — Venus

Bulan, Merkurius, dan Venus tampak segaris di langit senja 29 Oktober 2019 pukul 18:30 WIB.
Bulan, Merkurius, dan Venus tampak segaris di langit senja 29 Oktober 2019 pukul 18:30 WIB.

Bulan sabit tipis setelah Bulan baru akan tampak segaris dengan Merkurius dan Venus sejak Matahari terbenam. Ketiganya akan terbenam beriringan didahului oleh Bulan pada pukul 18:53 WIB disusul Venus pukul 19:03 WIB dan Merkurius pukul 19:05 WIB.

30 Oktober — Merkurius — Venus

Pasangan Merkurius dan Venus di langit senja 30 Oktober 2019 pukul 18:30 WIB.
Pasangan Merkurius dan Venus di langit senja 30 Oktober 2019 pukul 18:30 WIB.

Merkurius dan Venus tampak berpasangan di rasi Libra sejak Matahari terbenam sampai saat keduanya terbenam beriringan. Merkurius terlebih dahulu terbenam pukul 19:02 WIB disusul Venus dua menit kemudian.

31 Oktober — Bulan — Jupiter

Pasangan Bulan dan Jupiter di langit senja 31 Oktober 2019 pukul 18:30 WIB.
Pasangan Bulan dan Jupiter di langit senja 31 Oktober 2019 pukul 18:30 WIB.

Bulan dan Jupiter tampak berpasangan sejak Matahari terbenam sampai saat keduanya terbenam tengah malam. Setelah Matahari terbenam, Bulan dan Jupiter yang sudah terbit sejak pagi bisa diamati di arah barat daya dengan ketinggian ~40º di arah selatan. Jupiter terlebih dahulu terbenam pukul 20:50 WIB disusul Bulan pada pukul 21:07 WIB.

Bulan sabit tipis tampak terpisah 1,3º di utara Jupiter dan keduanya bisa diamati di rasi Ophiuchus sampai terbenam pada tengah malam.

Rasi Bintang & Bima Sakti

Awal dan akhir Oktober menjadi waktu terbaik untuk bisa menikmati keindahan langit malam saat Bulan baru melewati fase Bulan Baru. Bimasakti dapat diamati mulai tengah malam membentang dari Timur Laut ke Barat Daya.

Setelah Matahari terbenam, ada Antares di Scorpius, Vega di rasi Lyra, Altair di rasi Aquila, Archenar di rasi Eridanus, Deneb di rasi Cygnus dan Rigel Kentaurus di Centaurus,.  Mulai tengah malam sampai dini hari ada Canopus di rasi Carina, Sirius di rasi Canis Major, Procyon di rasi Canis Minor, Pollux dan Castor di Gemini, Aldebaran dan Betelguese di Orion, Aldebaran di Taurus yang bisa diamati sampai jelang tengah malam.

Bintang-bintang tersebut cukup terang untuk dapat dijadikan panduan dalam pengamatan.

Peta Bintang 1 Oktober 2019

Peta Bintang 15 Oktober 2019

Kampanye Langit Gelap

19 — 28 Oktober — Kampanye Globe At Night

Di bulan Oktober, Kampanye Globe At Night atau Kampanye langit gelap untuk membangun kesadaran akan pentingnya langit gelap dan efek dari polusi cahaya diadakan dari 19 – 28 Oktober.  Pengamat diajak untuk mengamati rasi bintang yang sudah ditentukan dari berbagai lokasi untuk mengenali bintang yang bisa dilihat di rasi tersebut. Berapa banyak bintang yang bisa dikenali akan menjadi indikasi tingkat polusi cahaya di area tersebut.

Untuk kampanye bulan Oktober, para pengamat di langit utara diajak untuk mengamati rasi Pegasus, sedangkan di belahan selatan mengamati rasi Grus. Tujuannya untuk mengetahui seberapa banyak bintang di rasi tersebut yang tampak.

Pengamat bisa menggunakan modul yang sudah disediakan untuk melakukan identifikasi bintang dan melihat tingkat polusi cahaya di lokasinya.

Clear Sky!

 

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini