fbpx
langitselatan
Beranda » Fenomena Langit Bulan Juli 2019

Fenomena Langit Bulan Juli 2019

Jangan lewatkan Gerhana Bulan Sebagian, oposisi Saturnus, maupun hujan meteor delta Aquariid selatan dan alpha Capricornid yang akan menghiasi fenomena langit bulan Juli.

Gerhana Bulan Sebagian 7-8 Agustus 2017. Dipotret dari 81 Skyresto - Hotel Kytos - Bandung. Kredit: langitselatan
Gerhana Bulan Sebagian 7-8 Agustus 2017. Dipotret dari 81 Skyresto – Hotel Kytos – Bandung. Kredit: langitselatan

Merkurius & Mars. Si pembawa pesan dan si planet merah masih bisa diamati kala kala senja di ufuk barat setelah Matahari terbenam. Sepanjang bulan Juli, Merkurius dan Mars yang berada di Cancer akan terus turun mengejar Matahari di ufuk barat.  Di awal bulan Juli, Mars dan Merkurius akan tampak membentuk segitiga dengan Bulan dan kedua planet juga akan berkonjungsi 2 hari kemudian.

Merkurius hanya bisa diamati sampai pertengahan bulan Juli sebelum akhirnya mencapai konjungsi inferior saat Merkurius berada sejajar di antara Matahari dan Bumi. Pada saat ini Merkurius hilang dari pandangan dan baru akan muncul di ufuk timur di penghujung bulan Juli.

Mars si planet merah, masih terus tampak di ufuk barat setelah Matahari terbenam sampai akhir Juli. Meskipun demikian, Mars cukup rendah di ufuk barat dengan ketinggian 14,1º dari Matahari.

Venus. Selama bulan Juli, Venus sulit diamati karena berada terlalu rendah di ufuk timur. Di awal Juli, Venus masih berada 12º dari horison, akan tetapi mulai pertengahan sampai akhir Juli, ketinggian Venus hanya berkisar 7º – 8º.

Jupiter & Saturnus. Kedua planet raksasa ini masih bisa diamati sepanjang malam selama bulan Juli. Jupiter yang terbit sore hari bisa diamati sampai dini hari. Meski sudah melewati oposisi Jupiter masih terang di langit malam dan akan tampak berpasangan dengan Bulan tanggal 13 Juli.  Setelah Jupiter berpapasan dengan Bulan, Saturnus juga berpapasan dengan Bulan pada 16 Juli 2019.

Bulan ini giliran Saturnus si planet cincin yang mencapai oposisi dan menemani pengamat sejak Matahari terbenam sampai fajar menyingsing.  Sama seperti Jupiter yang setia di rasi Ophiuchus selama bulan Juli, Saturnus juga maish tetap berada di rasi Sagittarius.

Uranus & Neptunus. Planet es raksasa ini terlalu redup untuk diamati dengan mata tanpa alat. Siapkan teleskop jika ingin melihat kedua planet es tersebut. Selama bulan Juli, Uranus dan Neptunus bisa diamati setelah tengah malam sampai fajar menyingsing. Uranus bisa ditemukan di Aries, sedangkan Neptunus di rasi Aquarius.

Bulan

Fase Bulan untuk Juli 2019. Kredit: Fajar Ariadi
Fase Bulan untuk Juli 2019. Kredit: Fajar Ariadi

Bulan tetap jadi atraksi menarik untuk dilihat karena kecerlangannya. Selain itu, konjungsi Bulan dan planet juga jadi suguhan menarik lainnya.

3 Juli. Bulan Baru. Waktunya pengamatan. Langit akan gelap tanpa cahaya Bulan. Saat yang tepat untuk melakukan astrofotografi Deep Sky atau Bima Sakti. Pada saat ini, Bulan terbit hampir bersamaan dengan terbitnya Matahari. Jadi Bulan dan Matahari akan tampak sepanjang hari. Pengamat bisa menikmati planet-planet tanpa gangguan cahaya Bulan.

5 Juli. Bulan di perigee. Bulan mencapai jarak terdekatnya dengan Bumi yakni 363.726 km.

9 Juli. Bulan Perbani Awal. Bulan akan tampak sejak Matahari terbenam sampai tengah malam saat Bulan terbenam. Para pengamat langit bisa menikmati langit bebas cahaya Bulan mulai tengah malam sampai jelang dini hari.

17 Juli. Bulan Purnama. Bulan akan berada di atas cakrawala sejak Matahari terbenam sampai fajar tiba. Kesempatan baik untuk mengamati Bulan dan kawah-kawahnya. Setelah fase purnama, Bulan secara perlahan akan bergeser waktu terbitnya semakin malam.

21 Juli.  Bulan di titik apogee. Bulan mencapai jarak dari Bumi pada jarak 405.481 km

25 Juli. Bulan Perbani Akhir. Bulan terbit tengah malam dan terbenam siang hari. Bulan tampak dari tengah malam sampai jelang fajar.

Gerhana

3 Juli – Gerhana Matahari Total

Totalitas dari balik awan di Maba. Kredit: Fajar Ariadi / langitselatan
Totalitas dari balik awan di Maba. Kredit: Fajar Ariadi / langitselatan

Gerhana Matahari Total 2019 akan menjadi gerhana yang paling ditunggu oleh para astronom dan pemburu gerhana. GMT 2019 akan menjadi perayaan 100 tahun uji coba teori relativitas umum Einstein yang dilakukan satu abad lampau.

Gerhana Matahari Total 2019 hanya bisa diamati pengamat dari wilayah Pasifik Selatan dan Amerika Selatan, dengan totalitas gerhana bisa diamati oleh pengamat di wilayah Chile dan Argentina. sebagian besar wilayah gerhana akan mencakup area lautan pasifik.

Baca juga:  Hujan Meteor Orionid 2012

17 Juli – Gerhana Bulan Sebagian

Gerhana Bulan Sebagian 7-8 Agustus 2017. Dipotret dari 81 Skyresto - Hotel Kytos - Bandung. Kredit: langitselatan
Gerhana Bulan Sebagian 7-8 Agustus 2017. Dipotret dari 81 Skyresto – Hotel Kytos – Bandung. Kredit: langitselatan

Gerhana Bulan kedua dan terakhir di tahun 2019 terjadi tanggal 17 Juli dengan sebagian Bulan masuk dalam bayang-bayang Bumi.

Gerhana Bulan Sebagian (GBS) 17 Juli 2019 bisa diamati dari wilayah Amerika Selatan, Eropa, Asia dan Australia. Pengamat di sleuruh wilayah Indonesia bisa mengamati GBS mulai tengah malam sampai saat matahari terbit. Bahkan Bulan terbenam dalam kondisi masih gerhana.

Gerhana Bulan Sebagian 17 Juli 2019 dimulai dengan gerhana penumbra pukul 01:43 WIB dini hari dan berakhir pukul 07:17 WIB. Untuk fase gerhana sebagian akan dimulai saat Bulan memasuki umbra Bumi pukul 03:01 WIB dan baru akan keluar dari umbra Bumi pukul 05:59 WIB.

Untuk wilayah Indonesia tengah dan timur, Bulan sudah terbenam sebelum meninggalkan bayangan inti Bumi. Sedangkan di wilayah barat, Bulan terbenam saat memasuki gerhana penumbra.

Hujan Meteor

Hujan meteor alpha Capricornid dan delta Aquariid Selatan pada tanggal 30 Juli 2019 pukul 20:30 WIB. Kredit: Star Walk
Hujan meteor alpha Capricornid dan delta Aquariid Selatan pada tanggal 30 Juli 2019 pukul 20:30 WIB. Kredit: Star Walk

30 Juli – Hujan Meteor Delta Aquariid Selatan

Hujan meteor Delta Aquariid merupakan hujan meteor yang berasal dari pecahan komet Marsden dan Kracht Sungrazing. Sama seperti eta Aquariid, hujan meteor delta Aquariid selatan yang berlangsung dari 12 Juli – 23 Agustus, juga tampak berasal dari rasi Aquarius. Hujan meteor ini akan mencapai puncaknya pada tanggal 30 Juli dengan 16 – 25 meteor per jam dengan kecepatan 41 km/det.

Tapi jika ingin melakukan pengamatan, hujan meteor Aquariid sudah bisa diamati sejak pukul 19:45 waktu lokal sampai fajar menyingsing. Bulan sabit tua yang berusia 28 hari baru terbit jelang fajar. Karena itu, pengamatan tidak akan terganggu cahaya Bulan.

30 Juli – Alpha Capricornid
Selain delta Aquariid selatan, pada tanggal 30 Juli hujan meteor alpha Capricornid akan mencapai puncaknya. Hujan meteor yang berlangsung dari 3 Juli sampai 15 Agustus akan tampak datang dari arah rasi Capricorn dan berasal dari komet 45P Honda-Mrkos-Pajdusakova. Dugaan lain asal hujan meteor ini dari asteroid 2002 EX12 yang kemudian dikenal sebagai komet 169P/NEAT.

Puncak hujan meteor Capricornid akan terjadi tanggal 30 Juli dengan laju 5 meteor per jam. Akan tetapi, biasanya ada bola api yang terbentuk dan melintas di langit malam. Rasi Capricorn sudah terbit sejak Matahari terbenam dan pengamat bisa menikmati hujan meteor alpha Capricornid sepanjang malam sampai fajar menyingsing. Bulan sabit tipis yang terbit jelang fajar tidak akan menjadi polusi cahaya untuk pengamatan.

Peristiwa

 5 Juli — Aphelion

Aphelion, jarak terjauh Bumi dari Matahari. Kredit: langitselatan
Aphelion, jarak terjauh Bumi dari Matahari. Kredit: langitselatan

Bumi bergerak mengelilingi Matahari dalam lintasan elips. Artinya ada saat dimana Bumi berada pada titik terdekatnya dengan Matahari dan ada kalanya Bumi berada sangat jauh dari Matahari. Pada tanggal 6 Juli, Bumi berada di titik terjauh dari Matahari dengan jarak 1,0168 AU atau 152.520.000 km.

4 Juli — Bulan — Merkurius — Mars

Segitiga Bulan, Merkurius, dan Mars pada tanggal 4 Juli pukul 18:30 WIB. Kredit: Star Walk
Segitiga Bulan, Merkurius, dan Mars pada tanggal 4 Juli pukul 18:30 WIB. Kredit: Star Walk

Bulan, Mars dan Merkurius membentuk segitiga di rasi Cancer dan bisa diamati di ufuk barat setelah Matahari terbenam sampai sekitar pukul 19:00 WIB saat ketiganya semakin mendekati horison. Bulan sabit tipis yang baru berusia 2 hari berada 3,25º di utara Merkurius dan 0,08º di utara Mars.

Mars terbenam lebih dahulu pukul 19:05 WIB disusul Merkurius pukul 19:14 WIB dan akhirnya Bulan juga menghilang di ufuk barat pukul 19:23 WIB

6 Juli — Merkurius — Mars

Konjungsi Merkurius dan Mars pada tanggal 6 Juli pukul 18:30 WIB. Kredit: Star Walk
Konjungsi Merkurius dan Mars pada tanggal 6 Juli pukul 18:30 WIB. Kredit: Star Walk

Mars dan Merkurius berkonjungsi dengan Mars berada 3,8º di Utara Merkurius. Akan tetapi, pasangan planet ini tidak dapat diamati karena hanya 8º di atas horison.

9 Juli – Oposisi Saturnus

Oposisi Saturnus. Kredit: langitselatan
Oposisi Saturnus. Kredit: langitselatan

Planet yang cincinnya tampak indah itu akan berada pada posisi terdekatnya dengan Bumi tanggal 9 Juli. Saat oposisi, Saturnus akan berada pada jarak 9,03 AU dengan diameter piringan 18,4’’.

Jadi jangan lewatkan! Saturnus akan tampak lebih terang dibanding waktu lainnya dengan kecerlangan 0,1 magnitudo dan dapat dinikmati kehadirannya sepanjang malam di rasi Sagittarius. Gunakan teleskop dan kameramu untuk memotret planet cincin ini.

13 —14 Juli — Bulan — Jupiter

Bulan dan Jupiter tampak berpasangan di ufuk timur sejak Matahari terbenam sampai saat keduanya terbenam jelang fajar. Setelah Matahari terbenam, Bulan dan Jupiter yang sudah terbit sejak pukul 14:49 WIB dan 15:12 WIB bisa diamati di arah timur dengan ketinggian ~38º di atas horison timur.

Baca juga:  Fenomena Langit Bulan Desember 2018

Bulan tampak terpisah 2,3º di utara Jupiter dan keduanya bisa diamati di rasi Ophiuchus sampai saat keduanya terbenam beriringan jelang Matahari terbit. Jupiter terbenam lebih dahulu pada pukul 03:32 WIB disusul Bulan pada pukul 03:34 WIB.

16 Juli — Bulan — Saturnus

Konjungsi Bulan dan Saturnus pada tanggal 16 Juli pukul 19:30 WIB. Kredit: Star Walk
Konjungsi Bulan dan Saturnus pada tanggal 16 Juli pukul 19:30 WIB. Kredit: Star Walk

Pertemuan Bulan dan planet di bulan Juli diakhiri oleh papasan Bulan dan Saturnus di rasi Sagittarius sepanjang malam. Saturnus terbit terlebih dahulu pada pukul 17:14 WIB disusul Bulan pukul 17:22 WIB. Bulan berada 3,8º di selatan Saturnus.

21 Juli — Konjungsi Inferior Merkurius

Konjungsi Inferior Merkurius. Kredit: langitselatan
Konjungsi Inferior Merkurius. Kredit: langitselatan

Merkurius berada sejajar di antara Matahari dan Bumi dan terpisah 4°57′ dari Matahari. Pada posisi ini, Merkurius berada pada papasan terdekatnya dengan Bumi dengan jarak 0,58 AU. Karena itu Merkurius tidak akan tampak bagi pengamat karena planet terdekat Matahari ini terbit dan terbenam hampir bersamaan dengan Matahari.

28 Juli — Bulan — Aldebaran

Konjungsi Bulan dan Aldebaran pada tanggal 28 Juli pukul 03:30 WIB. Kredit: Star Walk
Konjungsi Bulan dan Aldebaran pada tanggal 28 Juli pukul 03:30 WIB. Kredit: Star Walk

Bulan dan Aldebaran, bintang terang di Taurus berkonjungsi dan hanya terpisah 2,5º. Pasangan ini bisa diamati sejak keduanya terbit beriringan pada pukul 02:01 WIB (Bulan) disusul Aldebaran pukul 02:11 WIB.

31 Juli — Bulan — Merkurius

Konjungsi Bulan dan Merkurius pada tanggal 31 Juli pukul 05:30 WIB. Kredit: Star Walk

Bulan dan Merkurius berkonjungsi dengan Bulan berada 4,5º di Utara Merkurius. Akan tetapi, pasangan planet ini tidak dapat diamati karena hanya 8º di atas horison.

Rasi Bintang & Bima Sakti

Awal Juli menjadi waktu terbaik untuk bisa menikmati keindahan langit malam saat Bulan menuju fase Bulan Baru. Bimasakti dapat diamati mulai tengah malam membentang dari Timur Laut ke Barat Daya.

Setelah Matahari terbenam, ada Regulus di rasi Leo, Spica di Virgo, Crux, Rigel Kentaurus di Centaurus,  Arcturus di rasi Bootes, Antares di Scorpius, dan Vega di rasi Lyra yang bisa diamati sepanjang malam sampai jelang fajar. Jelang tengah malam, pengamat bisa mengamati Altair di rasi Aquila. Tengah malam sampai dini hari ada Archenar di rasi Eridanus, Rigel dan Betelgues di Orion dan Aldebaran di rasi Taurus.

Bintang-bintang tersebut cukup terang untuk dapat dijadikan panduan dalam pengamatan.

Peta Bintang 1 Juli 2019

Peta Bintang 15 Juli 2019

Kampanye Langit Gelap

1 — 3 & 24 — 31 Juli — Kampanye Globe At Night

Di bulan Juli, Kampanye Globe At Night atau Kampanye langit gelap untuk membangun kesadaran akan pentingnya langit gelap dan efek dari polusi cahaya diadakan dari 1 – 3 Juli dan dilanjutkan tanggal 24 – 31 Juli.  Pengamat diajak untuk mengamati rasi bintang yang sudah ditentukan dari berbagai lokasi untuk mengenali bintang yang bisa dilihat di rasi tersebut. Berapa banyak bintang yang bisa dikenali akan menjadi indikasi tingkat polusi cahaya di area tersebut.

Untuk kampanye Juli, para pengamat di langit utara diajak untuk melakukan pengamatan rasi Herkules dan bagi pengamat di langit selatan pengamatan dilakukan pada rasi Scorpius. Tujuannya untuk mengetahui seberapa banyak bintang di rasi tersebut yang tampak.

Pengamat bisa menggunakan modul yang sudah disediakan untuk melakukan identifikasi bintang dan melihat tingkat polusi cahaya di lokasinya.

Clear Sky!

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

1 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini

  • biasanya konjungsi merkurius seperti ada bulatan hitam di tengah matahari
    tapi sayang sekali tak nampak
    dulu dikira ada gerhana titik hitam di tengah matahari
    rupanya itu merkurius