fbpx
langitselatan
Beranda » Fenomena Langit Bulan Juli 2018

Fenomena Langit Bulan Juli 2018

Fenomena langit bulan Juli masih akan menyajikan berbagai peristiwa langit musim kering yang menarik untuk diamati. Lima planet kasat mata dapat diamati, konjungsi planet dan Bulan secara silih berganti juga jadi pertunjukan menarik. Puncaknya tentu saja Oposisi Mars, Gerhana Bulan Total, serta Hujan meteor Delta Aquarid yang terjadi di penghujung Juli.

Gerhana Bulan Total 31 Januari 2018 merupakan Fenomena Langit Bulan Juli yang paling menarik selain Oposisi mars dan Hujan Meteor. Fotografer: Fikry Maulana
Gerhana Bulan Total 31 Januari 2018 merupakan Fenomena Langit Bulan Juli yang paling menarik selain Oposisi mars dan Hujan Meteor. Fotografer: Fikry Maulana

Planet

Merkurius & Venus. Duo planet terdekat Matahari masih setia menemani para pengamat di arah barat setelah Matahari terbenam. Sampai pertengahan Juli, Merkurius dan Venus bisa ditemukan menanjak naik di langit barat ketika kedua planet menuju titik elongasi maksimumnya. Keduanya juga beriringan berpapasan dengan Bulan pada pertengahan Juli.

Setelah mencapai titik tertingginya di langit senja tanggal 12 Juli, Merkurius kembali mengejar Matahari dan perlahan menghilang di balik cahaya sang Surya meninggalkan langit senja di akhir Juli. Selama bulan Juli, Merkurius bisa ditemukan bergerak dari rasi Cancer ke Leo. Kecerlangannya pun berubah seiring perubahan posisi terhadap matahari. Sempat sangat cerlang pada kisaran 0 – 0,8 magnitudo dari awal sampai pertengahan Juli, planet ini perlahan meredup ketika mendekati Matahari di akhir juli dengan kecerlangan 2,7 magnitudo.

Venus, si bintang kejora masih tinggi di langit senja selama bulan Juli dan tetap setia di rasi Leo dengan kecerlangan -4 magnitudo.  Venus bisa diamati sampai pukul 20:40 waktu lokal.

Mars. Juli adalah waktu terbaik untuk mengamati Mars, si planet merah. Planet ini bisa diamati sepanjang malam di rasi Capricornus sejak Matahari terbenam sampai jelang fajar saat Matahari kembali terbit. Mars akan mencapai kecerlangan maksimum pada akhir bulan Juli saat planet merah tersebut berada pada posisi terdekatnya dengan Bumi. Mars tampak dekat dengan Bulan pada tanggal 1 Juli dan akan tampak kembali beriringan dengan Bulan saat oposisi tanggal 27 Juli.

Jupiter. Planet terbesar di Tata Surya ini masih bisa diamati sampai lewat tengah malam. Saat Matahari terbenam, Jupiter sudah berada di meridian atau di atas kepala dan terbenam tengah malam. Planet gas raksasa ini bisa diamati di rasi Libra dengan kecerlangan -2 magnitudo. Pada bulan Juli, Jupiter juga akan bertemu dan berkonjungsi dengan Bulan pada tanggal 21 Juli.

Saturnus. Baru saja melewati oposisi, si planet cincin ini masih bisa diamati sepanjang malam sejak Matahari terbenam. Saturnus bisa ditemukan di rasi Sagittarius, sang pemanah, dengan kecerlangan 0,1 magnitudo. Tanggal 25 Juli, Saturnus akan tampak berpasangan dengan Bulan sejak Matahari terbenam sampai jelang fajar saat Saturnus dan Bulan terbenam.

Uranus dan Neptunus. Bagi yang punya teleskop, duo planet es raksasa ini akan tampak sepanjang bulan Juli setelah lewat tengah malam sampai fajar menyingsing. Selama bulan Juli, Uranus dan Neptunus akan berada di rasi Aries dan Aquarius.

Bulan

Bulan tetap jadi atraksi menarik untuk dilihat karena kecerlangannya. Gerhana Bulan Total akan jadi daya tarik utama bulan ini.  Selain itu, konjungsi Bulan dan planet juga jadi suguhan menarik lainnya.

6 Juli. Bulan Perbani Akhir. Bulan terbit tengah malam dan terbenam siang hari. Bulan tampak dari tengah malam sampai jelang fajar.

13 Juli. Bulan Baru. Waktunya pengamatan. Langit akan gelap tanpa cahaya Bulan. Saat yang tepat untuk melakukan astrofotografi Deep Sky atau Bima Sakti. Pada saat ini, Bulan terbit hampir bersamaan dengan terbitnya Matahari. Jadi Bulan dan Matahari akan tampak sepanjang hari. Pengamat bisa menikmati planet-planet tanpa gangguan cahaya Bulan.

13 Juli. Bulan di perigee. Bulan mencapai jarak terdekatnya dengan Bumi yakni 357.431 km.

20 Juli. Bulan Perbani Awal. Bulan akan tampak sejak Matahari terbenam sampai tengah malam saat Bulan terbenam. Para pengamat langit bisa menikmati langit bebas cahaya Bulan mulai tengah malam sampai jelang dini hari.

27 Juli. Bulan di apogee. Bulan mencapai jarak terjauhnya dari Bumi pada jarak 406.223 km.

28 Juli. Bulan Purnama. Bulan akan berada di atas cakrawala sejak Matahari terbenam sampai fajar tiba. Kesempatan baik untuk mengamati Bulan dan kawah-kawahnya. Setelah fase purnama, Bulan secara perlahan akan bergeser waktu terbitnya semakin malam.

Saat Purnama, Bulan juga pada titik terjauh dari Bumi sehingga Bulan tampak lebih kecil dan lebih redup dibanding saat berada pada jarak rata-rata. Fenomena ini dikenal sebagai Bulan Purnama Apogee atau Bulan Mikro atau Bulan Mini.  Meskipun demikian, perbedaan ukuran yang hanya ~ 14% lebih kecil tidak akan bisa dibedakan oleh pengamat.

Selain Bulan Purnama mikro, mulai tengah malam sampai fajar, Bulan juga mengalami gerhana total ketika Bulan masuk dalam bayangan inti Bumi. Bulan akan tampak kemerahan. Jadi para pengamat bisa menyaksikan Gerhana Bulan Total Mikro dengan durasi gerhana paling lama sejak tahun 2000.

Baca juga:  Samudra di Bawah Permukaan Europa

Gerhana

13 Juli – Gerhana Matahari Sebagian
Gerhana ketiga tahun 2018 lagi – lagi adalah gerhana Matahari Sebagian (GMS). Gerhana Matahari kedua di musim gerhana ini akan melintasi hanya sebagian kecil wilayah berpenghuni di Australia bagian selatan atau tepatnya di wilayah Viktoria, dan sebagian kecil Australia Selatan. Selain itu, Pulau Tasmania dan sebagian kecil Selandia Baru bagian selatan juga akan mengalami peredupan yang mungkin tidak akan terasa perbedaannya karena cahaya Matahari hanya berkurang < 5%. Lautan India atau Hindia dan Lautan Pasifik jadi wilayah yang akan dilewati GMS.

Puncak gerhana dan bagian terbesar dari GMS 13 Juli lagi-lagi akan terjadi di wilayah tak berpenghuni di Antartika.

28 Juli – Gerhana Bulan Total
Gerhana Bulan Total kedua dan terakhir di tahun 2018 terjadi tanggal 28 Juli saat Bulan masuk dalam bayang-bayang Bumi dan tampak kemerahan bagi pengamat di Bumi.

Skema Gerhana Bulan Total 28 Juli 2018. Kredit: langitselatan
Skema Gerhana Bulan Total 28 Juli 2018. Kredit: langitselatan

Pada GBT 28 Juli 2018, seluruh wilayah Indonesia masih bisa mengamati gerhana bulan total yang dimulai tengah malam sampai fajar. Meskipun demikian, sebagian wilayah Indonesia tidak bisa menyaksikan seluruh proses gerhana, karena Bulan terbenam saat masih dalam kondisi gerhana.

Wilayah Papua bahkan tidak akan dapat mengamati puncak gerhana bulan total karena Bulan sudah terbenam dan Matahari terbit. Wilayah Indonesia barat masih cukup beruntung karena fajar menyingsing saat Bulan sudah ke luar dari bayang-bayang inti Bumi.

Saat gerhana Bulan total, Bulan akan memasuki bayangan Bumi dan tampak kemerahan bagi pengamat di Bumi. Untuk GBT 28 Juli, Bulan akan mulai memasuki bayangan Bumi pukul 00:14 WIB dan menghabiskan waktu 3 jam 54 menit dalam umbra Bumi. Keseluruhan gerhana bulan akan terjadi selama 6 jam 13 menit dengan durasi gerhana total 1 jam 42 menit. Gerhana Bulan Total ini merupakan yang paling lama sejak 18 tahun lalu dan baru akan terlampaui 105 tahun lagi. Proses Gerhana Bulan Total dimulai pukul 01:24 WIB sampai pukul 05:19 dengan puncak gerhana berlangsung pukul 03:22 WIB.

Peristiwa GBT 28 Juli 2018 bisa diamati dari Amerika Selatan, Eropa, Asia, Australia, Afrika, Lautan Atlantik, Lautan Hindia dan Antartika.

Hujan Meteor

Gerhana Bulan Total, Oposisi Mars, Hujan meteor delta aquarid selatan, dan hujan meteor alpha Capricornid pada tanggal 28 Juli pukul 03:00 WIB. Kredit: Star Walk
Gerhana Bulan Total, Oposisi Mars, Hujan meteor delta aquarid selatan, dan hujan meteor alpha Capricornid pada tanggal 28 Juli pukul 03:00 WIB. Kredit: Star Walk

30 Juli – Hujan Meteor Delta Aquarid Selatan

Hujan meteor Delta Aquarid merupakan hujan meteor yang berasal dari pecahan komet Marsden dan Kracht Sungrazing. Sama seperti eta Aquarid, hujan meteor delta Aquarid selatan juga tampak berasal dari rasi Aquarius dan akan mencapai puncaknya pada tanggal 28-29 Juli dengan 16 – 25 meteor per jam.  Tapi jika ingin melakukan pengamatan, hujan meteor Aquarid sudah bisa diamati sejak matahari terbenam sampai fajar menyingsing. Bulan yang sedang dalam fase Purnama bisa menjadi sumber polusi cahaya untuk pengamatan 29 & 30 Juli. Untuk pengamatan 28 Juli tengah malam sampai dini hari, Gerhana Bulan Total bisa menjadi keuntungan tersendiri.

30 Juli Alpha Capricornid
Selain delta Aquarid selatan, pada tanggal 30 Juli hujan meteor alpha Capricornid akan mencapai puncaknya. Hujan meteor yang berlangsung dari 3 Juli sampai 15 Agustus akan tampak datang dari arah rasi Capricorn dan berasal dari komet 45P Honda-Mrkos-Pajdusakova. Dugaan lain asal hujan meteor ini dari asteroid 2002 EX12 yang kemudian dikenal sebagai komet 169P/NEAT.

Puncak hujan meteor Capricornid akan terjadi tanggal 30 Juli dengan laju 5 meteor per jam. Akan tetapi, biasanya ada bola api yang terbentuk dan melintas di langit malam. Rasi Capricorn sudah terbit sejak Matahari terbenam dan pengamat bisa menikmati hujan meteor alpha Capricornid sepanjang malam sampai fajar menyingsing. Lagi-lagi Bulan cembung besar akan jadi sumber utama polusi cahaya untuk hujan meteor yang satu ini.

Peristiwa

6 Juli — Aphelion

Bumi bergerak mengelilingi Matahari dalam lintasan elips. Artinya ada saat dimana Bumi berada pada titik terdekatnya dengan Matahari dan ada kalanya Bumi berada sangat jauh dari Matahari. Pada tanggal 6 Juli, Bumi berada di titik terjauh dari Matahari dengan jarak 1,0167 AU atau 152.505.000 km. Jarak ini hanya 2,5 juta km lebih jauh dari jarak rata-rata Matahari – Bumi.

Meskipun berada pada titik terjauh dari Matahari, tidak berarti memberi pengaruh pada suhu di Bumi. Perubahan temperatur di Bumi justru dipengaruhi oleh distribusi panas di Bumi akibat perubahan tahunan posisi Matahari.

10 Juli — Venus — Regulus

Baca juga:  Rangkaian Pesan Terakhir Wahana Cassini dari Saturnus
Pasangan Venus dan Regulus pada tanggal 10 Juli 2018 pukul 19:00 WIB. Kredit: Star Walk
Pasangan Venus dan Regulus pada tanggal 10 Juli 2018 pukul 19:00 WIB. Kredit: Star Walk

Si Bintang Kejora berjumpa dengan Regulus atau alpha Leonis dan bisa diamati hanya terpisah 1º di langit sejak Matahari menghilang di ufuk barat sampai keduanya terbenam beriringan di ufuk barat didahului Regulus pukul 20:39 WIB dan disusul Venus pukul 20:41 WIB.

12 Juli — Elongasi Timur Maksimum

Elongasi terbesar Merkurius. Kredit: langitselatan
Elongasi Timur terbesar Merkurius. Planet Merkurius mencapai titik tertinggi di ufuk barat. Kredit: langitselatan
Merkurius 12 Juli pukul 18:30 WIB, Planet ini sedang berada pada posisi tertinggi di ufuk barat saat mencapai elongasi timur maksimum. Kredit: Star Walk
Merkurius 12 Juli pukul 18:30 WIB, Planet ini sedang berada pada posisi tertinggi di ufuk barat saat mencapai elongasi timur maksimum. Kredit: Star Walk

Merkurius dan Matahari membentuk sudut maksimal terhadap Bumi. Elongasi Timur maksimum yang dicapai Merkurius 26,4º. Artinya, Merkurius akan berada tinggi 26,4º di arah barat Matahari dan baru terbenam pukul 19:35 WIB. Pengamat bisa mengamati keberadaan Merkurius di ufuk barat setelah Matahari terbenam.

16 Juli — Bulan — Venus

Pasangan Bulan dan Venus setelah Matahari terbenam pada tanggal 16 Juli pukul 19:00 WIB. Kredit: Star Walk
Pasangan Bulan dan Venus setelah Matahari terbenam pada tanggal 16 Juli pukul 19:00 WIB. Kredit: Star Walk

Pengamat bisa menikmati Bintang Kejora dan Bulan Sabit yang berpasangan di langit senja setelah Matahari terbenam. Keduanya hanya terpisah 3,5º di rasi Leo dan tampak beriringan menuju ufuk barat. Venus terbenam lebih dahulu pada pukul 20:44 WIB disusul Bulan dua menit kemudian pada pukul 21:07 WIB. Bulan sabit yang baru berusia 3 hari itu akan tampak dengan kecerlangan -9,1 magnitudo sedangkan Venus dengan kecerlngan -4 magnitudo. 

21 Juli — Bulan — Jupiter

Konjungsi Bulan dan Jupiter tanggal 21 Juli 2018 pukul 22:00 WIB. Pasangan Bulan dan Jupiter sudah bisa diamati sejak Matahari terbenam. Kredit: Star Walk
Konjungsi Bulan dan Jupiter tanggal 21 Juli 2018 pukul 22:00 WIB. Pasangan Bulan dan Jupiter sudah bisa diamati sejak Matahari terbenam. Kredit: Star Walk

Bulan Cembung dan Jupiter berkonjungsi di rasi Libra dan sudah berada di zenit saat Matahari terbenam. Keduanya bisa diamati sampai tengah malam saat Bulan terbenam pukul 00:32 WIB disusul Jupiter pada pukul 00:44 WIB. Keduanya tampak terpisah 4,8º.

25 Juli — Bulan — Saturnus

 

Konjungsi Bulan dan Saturnus tanggal 25 Juli 2018 pukul 19:00 WIB. Pasangan Bulan dan Saturnus sudah bisa diamati sejak Matahari terbenam. Kredit: Star Walk
Konjungsi Bulan dan Saturnus tanggal 25 Juli 2018 pukul 19:00 WIB. Pasangan Bulan dan Saturnus sudah bisa diamati sejak Matahari terbenam. Kredit: Star Walk

Pasangan planet cincin Saturnus dan Bulan akan tampak berpasangan dengan jarak 3,8º dan bisa diamati sejak Matahari terbenam sampai jelang fajar di rasi Sagittarius.

27 Juli — Oposisi Mars

Oposisi Mars 27 Juli 2018. Mars tampak berdampingan dengan Bulan Purnama sejak Matahari terbenam sampai fajar menyingsing. Mulai tengah malam, Bulan mengalami gerhana total. Kredit: Star Walk
Oposisi Mars 27 Juli 2018. Mars tampak berdampingan dengan Bulan Purnama sejak Matahari terbenam sampai fajar menyingsing. Mulai tengah malam, Bulan mengalami gerhana total. Kredit: Star Walk

Waktu terbaik untuk mengamati Mars, si planet merah. Pada saat oposisi, Mars yang bisa diamati di rasi Capricornus akan tampak berada pada posisi berlawanan dengan Matahari. Saat oposisi, Mars berada pada jarak 0,39 AU atau sekitar 58,5 juta km dengan kecerlangan -2,8 magnitudo. Bagi pengamat, piringan Mars akan tampak lebih besar dengan diameter ukuran 24,3’. Planet merah ini akan mencapai jarak terdekatnya dengan Bumi pada tanggal 31Juli 2018.

Jangan kuatir, Mars tidak akan tampak sebesar Bulan. Tidak ada Bulan kembar.  Planet merah ini akan mudah ditemukan di rasi Capricorn sebagai titik merah terang di bawah Bulan purnama.

Rasi Bintang & Bima Sakti

Juli adalah waktu terbaik untuk mengamati keindahan pusat Bima Sakti sepanjang malam. Arah pusat Bima Sakti bisa diamati membentang dari Timur laut ke Barat Daya. Jelang pertengahan Juli menjadi waktu terbaik untuk bisa menikmati keindahan langit malam saat Bulan mencapai fase Bulan Baru.

Setelah Matahari terbenam sampai jelang tengah malam, ada Arcturus di rasi Bootes, Vega di rasi Lyra, Rigel Kentaurus di Centaurus, Acrux di rasi Crux, Vega di rasi Lyra, Altair di rasi Aquila, dan Spica di rasi Virgo yang dapat dijadikan panduan dalam pengamatan.

Tengah malam sampai jelang dini hari ada tambahan Archenar di rasi Eridanus dan Rigel di rasi Orion. Menuju akhir Juli, menjelang fajar pengamat bisa menggunakan juga Betelguese di rasi Orion, Aldebaran di rasi Taurus, Capella di rasi Auriga, Canopus di rasi Carina, dan Sirius di Canis Mayor sebagai panduan pengamatan.

Peta Bintang 1 Juli 2018

Peta Bintang 15 Juli 2018

Kampanye Langit Gelap

4 — 13 Juli — Kampanye Globe At Night
Selama bulan Juli, kampanye Globe At Night atau Kampanye langit gelap  untuk membangun kesadaran akan pentingnya langit gelap dan efek dari polusi cahaya diadakan dari 4 – 13 Juli.  Pengamat diajak untuk mengamati rasi bintang yang sudah ditentukan dari berbagai lokasi untuk mengenali bintang yang bisa dilihat di rasi tersebut. Berapa banyak bintang yang bisa dikenali akan menjadi indikasi tingkat polusi cahaya di area tersebut.

Untuk bulan Juli, para pengamat di langit utara bisa melakukan pengamatan rasi Herkules sedangkan pengamat di selatan bisa mengamati rasi Scorpius si Kalajengking untuk mengetahui berapa banyak bintang di rasi tersebut yang tampak.

Pengamat bisa menggunakan modul yang sudah disediakan untuk melakukan identifikasi bintang dan melihat tingkat polusi cahaya di lokasinya.

Clear Sky!

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

1 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini