fbpx
langitselatan
Beranda » Kiprah langitselatan dalam Communicating Astronomy with the Public

Kiprah langitselatan dalam Communicating Astronomy with the Public

Pada bulan Maret 2018, langitselatan berkesempatan untuk ikut serta dalam konferensi Communicating Astronomy with the Public 2018 di Fukuoka, Jepang.

Foto bersama peserta Communicating Astronomy with the Public 2018. Kredit: CAP Conference
Foto bersama peserta Communicating Astronomy with the Public 2018. Kredit: CAP Conference

Sesuai namanya, Communicating Astronomy with the Public (CAP) Conference merupakan ajang pertemuan para komunikator astronomi dari berbagai negara di dunia untuk berbagi cerita terkait komunikasi dan edukasi astronomi di setiap negara. Konferensi CAP diselenggarakan oleh IAU Komisi C2 Communicating Astronomy with the Public setiap 2 tahun sejak tahun 2005 saat CAP pertama diselenggarakan di Munich. Jerman. Tentu saja untuk panitia lokal akan berbeda setiap tahunnya bergantung pada negara pelaksana. CAP pertama kali dimulai saat pertemuan  “Communicating Astronomy to the Public” yang sekaligus menjadi titik awal keberadaan komisi 55 IAU Communicating Astronomy with the Public. Komisi 55 dikemudian hari bertransformasi menjadi Komisi C2 di bawah Divisi C IAU: Edukasi, Penjangkauan dan Warisan (Astronomi & Budaya). Konferensi serupa juga pernah diadakan di Tenerife pada tahun 2002.

Pentingnya Komunikasi Sains

Komunikasi sains menjadi kajian utama CAP. Bagaimana menjembatani para astronom yang notabene adalah ilmuwan yang terbiasa dengan bahasa ilmiah dan rumit untuk bisa dipahami masyarakat umum yang terbiasa dengan bahasa yang lebih sederhana. Astronomi yang indah tak sekedar jadi kajian yang sekedar membuat orang takjub dan bertanya-tanya. tapi bagaimana para astronom, komunikator dan astronom amatir bisa memberi jawaban sekaligus menginspirasi masyarakat untuk mengenal sains dan astronomi. Hal inilah yang kemudian jadi kajian utama CAP dalam setiap konferensinya.

Untuk pertemuan ke-7 pada tahun 2018, Jepang dipercaya menjadi tuan rumah dan konferensi pun diselenggarakan di Fukuoka, tepatnya di Fukuoka City Science Museum yang baru diresmikan. CAP2018 merupakan konferensi dengan jumlah peserta terbanyak sejak tahun 2005 yakni, 446 peserta dari 53 negara. Seperti pertemuan internasional pada umumnya, CAP juga bertujuan untuk membangun jaringan kolaborasi dan kerjasama internasional antar peserta. Bukan hanya kolaborasi yang dibangun, di pertemuan CAP semua peserta bisa berbagi dan sekaligus sama-sama belajar berbagai metode komunikasi astronomi yang sudah diterapkan di berbagai negara.

Tidak ada yang instan dalam komunikasi astronomi. Tidak ada satu metode yang bisa berlaku umum dan berhasil di semua negara. Setiap metode yang diterapkan punya kelebihan dan kekurangan dan bisa memberi hasil yang berbeda di negara yang berbeda pula.

Kondisi setiap negara, kebutuhan pendidikan sains dan pemahaman sains yang berbeda jelas menjadikan setiap metode yang diterapkan untuk memperkenalkan astronomi jadi unik dan menarik. Untuk itu perlu uji coba dan evaluasi yang dilakukan terus menerus untuk memperoleh hasil yang diharapkan.

Berbagai paparan yang diberikan oleh peserta CAP memperlihatkan inovasi, konsistensi dan bagian dari pembelajaran yang tidak singkat. Astronomi juga tidak berdiri sendiri. Paparan para komunikator astronomi memperlihatkan bagaimana mereka mengkolaborasikan astronomi dan berbagai bidang lainnya sebagai metode komunikasi yang efektif. Selain itu, pemanfaatan teknologi dan media sosial serta dampaknya juga menjadi materi menarik lainnya yang dipaparkan peserta baik dari negara berkembang maupun negara maju. Salah satu yang menarik adalah bagaimana memperkenalkan astronomi kepada penyandang disabilitas utamanya para tuna netra. Sangat menarik untuk melihat berbagai metode dan peraga yang dikembangkan untuk memperkenalkan astronomi pada tuna netra. Sesuatu yang juga mulai jadi perhatian para penggiat astronomi di Indonesia.

Baca juga:  Mengamati Burung di Ruang Angkasa
Booth bahasa isyarat di ruang utama presentasi CAP2018. Materi paparan umum diterjemahkan dalam bahasa isyarat untuk penyandang disabilitas. Kredit: Avivah Yamani
Materi paparan umum diterjemahkan dalam bahasa isyarat untuk penyandang disabilitas. Kredit: Avivah Yamani

Selain metode, tentu ada banyak juga cerita perkembangan astronomi di berbagai negara dan bagaimana membangun jaringan penerjemah materi astronomi di seluruh dunia. Astronomi dalam cerita rakyat, perpaduan dengan seni dan dongeng, bagaimana astronomi bisa dibawa ke media massa, dan elektronik, atau bagaimana membuat rilis pers yang baik dan efektif jadi sebagian kecil dari kajian selama CAP 2018. Pemanfaatan teleskop kecil, materi yang ada di sekeliling kita untuk peraga astronomi, atau perkembangan komunitas astronomi di berbagai negara dan bagaimana astronomi beradaptasi dengan media sosial juga jadi kajian menarik.

Selama CAP 2018, para peserta diberi kesempatan untuk mendengarkan 5 paparan pembicara tamu, 24 kuliah umum, 165 paparan dalam sesi paralel, 24 workshop / pelatihan dalam 20 topik berbeda, 4 sesi diskusi, serta 111 poster. Selain itu ada satu sesi khusus yakni paparan dan juga workshop terkait perayaan 100 tahun IAU yang akan diselenggarakan pada tahun 2019. Satu hal yang berbeda pada CAP 2018, untuk semua sesi kuliah umum disediakan juga terjemahan untuk para penyandang disabilitas dalam bahasa isyarat.

Dari 20 pelatihan yang dilaksanakan, ada workshop bagaimana menangani polusi cahaya, bagaimana cara melakukan presentasi yang efektif, bagaimana membuat dan mempersiapkan podcast, membangun peraga untuk tuna netra, bagaimana menghadapi ancaman misinformasi di era informasi, maupun bagaimana menangani pseudosains dan memaparkan astronomi secara efektif kepada para politisi.

Menarik ? tentu saja!

IAU100

Selama CAP 2018, ada satu topik utama yang terus menerus dikemukakan. Perayaan 100 tahun International Astronomical Union pada tahun 2019. Tentu saja kalau sekedar merayakan ulang tahun sebuah organisasi tidak ada yang menarik. Nah, untuk melanjutkan warisan Tahun Astronomi 2009 yang sukses di seluruh dunia, pada tahun 2019 seluruh komunitas astronomi akan merayakan 100 tahun perkembangan astronomi di dunia.

Dengan mengusung tema Uniting the world to Explore the Universe atau “Mempersatukan Dunia Untuk Mengeksplorasi Alam Semesta”. kita juga akan merayakan satu dekade  Tahun Astronomi Internasional 2009, 100 tahun Relativitas Umum, 50 Tahun Pendaratan di Bulan, dan tentunya perayaan perkembangan astronomi selama satu abad. Satu abad lalu, planet di bintang lain masih menjadi ide dan harapan untuk ditemukan. Tapi saat ini, kita sudah berhasil menemukan ribuan planet baru di bintang lain. Gelombang gravitasi yang dulu hanya ada dalam tataran konsep sekarang berhasil ditemukan. Perjalanan antariksa bukan sekedar mimpi dalam cerita sains fiksi.

Berbagai perkembangan di astronomi tentu perlu didukung oleh masyarakat yang melek sains. Dan ini juga yang jadi bagian dari tujuan IAU100. Membawa astronomi ke masyarakat yang lebih luas lagi. Salah satu program yang akan dilaksanakan adalah astronomi inklusi. Membawa astronomi pada masyarakat penyandang disabilitas. Kampanye langit gelap dan bagaimana kita bisa menjaga langit gelap juga menjadi salah satu kajian utama IAU100. Masalah masa kini di perkotaan yang berimbas tidak hanya pada langit malam yang jadi laboratorum para astronom tapi juga pada pola kehidupan di sekitar kita.

Selain dalam paparan umum dan workshop, kajian terkait IAU100 juga dibahas dengan lebih spesifik dalam pertemuan khusus bersama para Koordinator Nasional untuk IAU OAU selama CAP berlangsung. Tujuannya agar para koordinator juga bertindak sebagai Koordinator IAU100 di negaranya masing-masing.

LS dan CAP

Avivah Yamani dari LS saat memaparkan kajian tentang eksploitasi astronomi di media sosial. kredit: CAP 2018
Avivah Yamani dari LS saat memaparkan kajian tentang eksploitasi astronomi di media sosial. kredit: CAP 2018

langitselatan memulai kiprahnya di CAP sejak tahun 2007 saat CAP diselenggarakan di Athena, Yunani. Dan sejak itu kami selalu mengikuti CAP kecuali pada tahun 2016 saat CAP dilaksanakan di Kolombia, dan tim LS sibuk mempersiapkan edukasi dan perjalanan untuk Gerhana Matahari Total 9 Maret 2016.  Semenjak tahun 2007, kami sudah memperkenalkan langitselatan dan pemanfaatan media daring sebagai metode untuk memperkenalkan astronomi pada masyarakat Indonesia yang menyebar di berbagai daerah. CAP menjadi wadah bagi tim LS untuk berbagi cerita perkembangan media astronomi dan komunitas astronomi di Indonesia pada dunia. Dari pertemuan internasional seperti CAP, IAU General Assembly dan APRIM inilah langitselatan bisa berkolaborasi dengan berbagai komunitas astronomi internasional dan ikut ambil bagian dalam pengembangan astronomi yang dilakukan oleh IAU.

Baca juga:  Apakah Bintang Berdenyut?

Kehadiran di konferensi internasional juga memiliki arti penting lainnya. Apa yang dilakukan LS di Indonesia akan ditinjau dan dikritisi maupun diberi masukan oleh komunikator astronomi lainnya dari berbagai negara. Kondisi tiap negara yang berbeda tentu akan memperkaya wawasan kami dalam memperkenalkan astronomi di dunia maya untuk masyarakat Indonesia.

Pada CAP 2018, langitselatan diberi kesempatan memaparkan kajian terkait eksploitasi astronomi di media sosial dan bagaimana langitselatan menghadapi tantangan tersebut. Selain dalam paparan umum, tim LS juga membawa paparan dalam bentuk poster terkait proyek terbaru kami yang dimulai pada tahun 2017 yakni Kamus Astronomi.

Tak hanya itu. Tim LS juga ikut ambil bagian sebagai pengajar dalam dua workshop berbeda yakni “Elevator Pitches and Debunking Pseudoscience for Asia and Beyond“ dan “Podcasting 102: It’s about more than audio”. Dalam pelatihan pertama, para peserta diajak untuk menangani pseudosains yang menyebar di masyarakat dan bagaimana melakukan pembicaraan efektif untuk memperkenalkan sains pada politisi. Ide utamanya adalah untuk membangun masyarakat yang melek sains dan punya pola pikir ilmiah. Dengan demikian masyarakat tidak dengan mudah meyakini berita yang salah atau hoax. Pada pelatihan kedua, para peserta diajak untuk belajar mempersiapkan podcast. Tidak sekedar bagaimana membuat audio tapi juga mengenali konten yang akan dibuat dan bagaimana mendistribusikannya pada publik. Audio di sini bisa berupa podcast yang diunduh secara bebas oleh publik maupun untuk siaran radio.

Selama CAP, tim LS tidak sekedar berbagi cerita tentang perkembangan di Indonesia. Kami juga menjalin kerjasama dengan rekan-rekan berbagai negara dan ikut terlibat dalam Astronomers Without BordersGlobal Hands-on Universe, Universe AwarenessGalileo teacher Training Project, Tahun Astronomi Internasional 2009 dan berbagai proyek IAU lainnya. Pada tahun 2018, LS juga akan ikut aktif ambil bagian dalam IAU 100.

Selain tim LS, untuk pertama kalinya ada peserta lain dari Indonesia. Kali ini dari Astronomi ITB, LAPAN, HAAJ, HIMASTRON ITB, Observatorium Bosscha, UAD, dan UGM. Kajian yang dibawakan dari Indonesia cukup beragam. Di antaranya pembangunan Observatorium Timau dan Pusat Sains Tilong, Komunikasi dan Edukasi Astronomi oleh HAAJ dengan sumber daya terbatas sejak dibentuk pada tahun 1984 dan kiprahnya dalam membangun komunitas astronomi di Indonesia, pengembangan astronomi untuk penyandang tuna netra, berbagai kegiatan penjangkauan masyarakat oleh HIMASTRON ITB, membangun kepedulian astronomi lewat Olimpiade Astronomi maupun Olimpiade Kebumian, kemampuan masyarakat mengenali hoax, dan bagaimana Observatorium Bosscha melakukan penjangkauan publik dengan fasilitas minimum yang tersedia di observatorium.

Penutupan CAP2018 oleh Hidehiko Agata ketua LOC CAP 2018. Kredit: Avivah Yamani
Penutupan CAP2018 oleh Hidehiko Agata ketua LOC CAP 2018. Kredit: Avivah Yamani

Tidak ada pertemuan yang tak berakhir. CAP 2018 pun akhirnya ditutup dan setiap peserta kembali ke negaranya masing-masing untuk kembali membangun kesadaran sains dan astronomi di seluruh dunia dengan berbagai metode yang tentu saja menarik dan bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

[divider_line]

Bagi yang tertarik dengan poster Kamus Astro di CAP 2018 bisa diunduh di laman ini.

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini