fbpx
langitselatan
Beranda » LEAP: Ekspedisi Antariksa

LEAP: Ekspedisi Antariksa

Artikel PemenangLomba Esai Artikel Astronomi Populer (LEAP) LS
Penulis: I Putu Yoga Tunas Sugitha (Luwuk, Sulawesi Tengah)

Saya memulai perjalanan dari daerah tempat tinggal, lalu berangkat ke kota, selanjutnya pergi ke Jakarta. Setelah di Jakarta, saya melanjutkan perjalanan ke Florida, Amerika Serikat, yang merupakan pusat peluncuran ke luar angkasa. Saya pergi keluar angkasa menggunakan pesawat luar angkasa berawak Orion yang dibawa oleh roket ARES-4 ke luar angkasa. Setelah pesawat Orion terlepas dari roket induknya, pesawat ini menuju Bulan.

Sebelum saya berangkat ke Bulan, disana sudah dibangun tempat peluncuran pesawat luar angkasa Daedalus-V3 yang akan membawa saya dan awak lainnya untuk melakukan 2 misi, yaitu mencari planet baru untuk perencanaan pemindahan umat manusia dan mencari informasi yang detail mengenai obyek antariksa.

Ilustrasi eksplorasi luar angkasa. Kredit: ESA
Ilustrasi eksplorasi luar angkasa. Kredit: ESA

Setelah tiba di Bulan saya dan awak lainnya beristirahat sambil mempersiapkan keperluan selama perjalanan. Saya dan awak lainnya masuk ke pesawat luar angkasa Daedalus-V3. Di pesawat ini saya sebagai Cosmology Specialist yang bertugas memetakan perjalanan, observasi terhadap objek antariksa, membuat koordinat perjalanan dan mengumpulkan informasi tentang objek antariksa yang diamati. Di dalam pesawat, saya dan awak lainnya menggunakan sabuk pengaman dan memeriksa semua sistem keamanan saat pesawat di kemudikan. Saat aba-aba terakhir peluncuran, mesin pesawat dihidupkan. Pesawat pun siap meluncur untuk melakukan perjalanan mengarungi alam semesta.

Pesawat kami mempunyai ukuran 200 kali roket Saturn V yang meluncurkan Apollo kebulan. Pesawat kami menggunakan sumber energi yang tidak bisa habis, dari ledakan bom hidrogen berskala besar. Pesawat kami mempunyai tangki bahan bakar dengan kemampuan membuat atom hidrogen dalam skala besar, sehingga pesawat kami mempunyai kecepatan 99,9% kali kecepatan cahaya- 299.999 km/s. Pesawat kami juga menggunakan sumber energi listrik dari generator termoelektrik radioisotop atau RTG (radioisotope thermoelectric generator) yang berbahan bakar plutonium. Kelemahan dari sistem operasi pesawat ini adalah ketidakmampuan melakukan komunikasi dengan orang di Bumi untuk jarak yang sangat jauh, sehingga kami tidak dibantu menggunakan berbagai macam peralatan dalam pesawat dan mengendalikan pesawat Daedalus-V3.

Misi ini kami awali dengan meneliti bintang Barnard yang tampaknya mempunyai sistem planet yang mengelilinginya. Bintang ini berjarak 5,9 tahun cahaya dari Bumi. Setelah melakukan penelitian terhadap objek yang mengelilingi bintang ini dengan menggunakan berbagai macam peralatan dan sensor. Tetapi hasilnya kami tidak menemukan adanya bukti yang mendukung adanya air maupun atmosfer yang mengandung oksigen. Penelitian untuk misi ini kami terus lanjutkan, beberapa bintang yang cukup dekat dengan Tata Surya telah kami selidiki tetapi tidak satupun objek yang mengelilingi sebuah bintang yang mendukung berlangsungnya kehidupan. Akhirnya kami mencoba pergi ke sistem bintang Gliese 581. Nasib baik, kami menemukan sebuah planet yang berada pada zona Goldilocks yaitu zona di mana suatu objek planet mempunyai suhu yang stabil sehingga suatu makhluk hidup bisa bertahan hidup.

Pesawat Daedalus-V3 berhenti di atmosfer planet yang kami beri nama planet Gliese 581b yang terdapat pada sistem bintang Gliese 581 yang berada pada rasi Libra. Saya dan beberapa awak lainnya mendarat di planet ini menggunakan wahana berawak Polar 5 dan membawa stasiun yang digunakan untuk membuat portal yang menghubungkan planet Gliese 581b ini dengan planet bumi. Setelah stasiun selesai di buat, saya mencoba berkomunikasi dan memberitahukan kepada beberapa Ilmuwan di bumi untuk datang ke planet ini serta membawa berbagai peralatan untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap planet ini, setelah perjalanan beberapa Ilmuwan menggunakan portal yang memerlukan waktu selama 2 hari, saya dan awak lainnya menyerahkan tugas tersebut kepada mereka, karena itu bukan salah satu tugas utama kami. Saya dan beberapa awak kembali ke pesawat induk menggunakan wahana berawak Polar 5, setelah sampai di pesawat induk dan bergabung bersama awak lainnya dipesawat.

Target penyelidikan selanjutnya sekaligus yang terakhir adalah sebuah bintang di rasi Cygnus yang tampaknya mempunyai sistem keplanetan yang mengitarinya. Kami mulai menyelidiki setiap objek exoplanet secara detail, dari semua penyelidikan yang kami lakukan hanya 1 objek exoplanet berada pada zona Goldilocks tetapi mempunyai ukuran sama seperti planet Venus di Tata Surya kita dan diperkirakan mempunyai percepatan gravitasi hampir sama dengan percepatan gravitasi planet Bumi. Exoplanet ini kami beri nama exoplanet Kepler 28H, saya bersama 3 awak turun ke exoplanet ini dengan wahana Polar 5 yang bermuatan stasiun portal yang terakhir. Setelah pembuatan stasiun selesai, kami mengabari beberapa ilmuwan di Bumi untuk datang ke exoplanet ini melalui portal untuk melakukan penelitian selanjutnya terhadap exoplanet Kepler 28H. Misi pertama untuk pencarian planet baru telah selesai kami lakukan.

Misi kedua adalah mencari informasi yang detail mengenai objek benda-benda di luar angkasa. Misi kedua ini kami mulai dengan meneliti Bintang Algol, diantara dua bintang ini terlihat seperti  terdapat pancaran gas yang panas. Pesawat kami mendekati bintang ini, saya mulai mempersiapkan peralatan untuk meneliti bintang ini, kami meneliti bintang pada jarak yang aman agar pesawat kami terhindar dari kerusakan yang disebabkan oleh badai bintang atau peristiwa terlontarnya massa bintang yang lain. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa salah satu bintang mengalami prominesa, gas disemburkan dari permukaan bintang melengkung jauh ke angkasa karena pengaruh magnetik di sekitar bintik bintang. Panjangnya bisa lebih dari 40.000 km. Saat prominesa terjadi gas yang disemburkan bintang tidak melengkung kembali kepermukaan bintang melainkan tertarik oleh gravitasi bintang lain yang cukup dekat. Target selanjutnya adalah Galaksi Radio 0313-192 yang merupakan galaksi spiral pertama yang diketahui mempunyai jet raksasa yang memancarkan emisi di gelombang radio. Saya dan beberapa awak mulai melakukan penyelidikan terhadap galaksi tersebut dan hasilnya adalah sebagian besar bintang yang menyusun galaksi ini telah mengalami ledakan dahsyat yang melontarkan semua materi penyusun sebuah bintang atau disebut dengan supernova, setelah mengalami supernova sisa dari bintang  yang berupa neutron bergabung membentuk sebuah bintang neutron. Bintang neutron yang berputar dikenal dengan istilah pulsar, karena ia memancarkan denyut gelombang radio secara teratur.

Baca juga:  Supermoon? Bulan Purnama Perigee!

Kami menyaksikan peristiwa berakhirnya daur kehidupan sebuah bintang kelas F dengan suhu permukaan mencapai 6600oC dan mempunyai massa 10 kali lebih besar daripada matahari, bintang ini terletak  di salah satu lengan spiral Galaksi Andromeda. Peristiwa ini mulai ketika bintang tersebut kehabisan bahan bakar lalu berubah menjadi bintang yang mempunyai ukuran sangat besar menjadi Raksasa Merah (Red Giant). Saat bintang raksasa merah ini berevolusi mengelilingi Galaksi Andromeda bintang ini bertemu dengan bintang lain yang cukup dekat dengannya, sehingga materi bintang yang lain tertarik oleh gaya gravitasi bintang raksasa merah yang mengakibatkan bertambahnya massa bintang, karena bertambahnya massa bintang tersebut sehingga bintang ini mengalami ledakan dahsyat yang menyebabkan terlontarnya materi penyusun bintang, selanjutnya materi bintang yang meledak membentuk sebuah nebula planeter. Nebula ini kemudian runtuh kedalam dirinya sendiri akibat tarikan gravitasi dan membentuk sebuah bintang katai putih atau bintang kerdil putih. Bintang ini adalah bintang dingin yang akan tetap stabil, ditopang gaya tolak menolak antar elektron akibat kaidah larangan Pauli (Pauli exclusion principle). Bintang ini akan meredup dan menjadi bintang katai hitam, lalu terus meredup, hingga  padam dan menghilang diantariksa.

Nebula Cone. Kredit: Adam Block/Mount Lemmon SkyCenter/University of Arizona
Nebula Cone. Kredit: Adam Block/Mount Lemmon SkyCenter/University of Arizona

Pesawat Daedalus – V3 kami menuju ke sebuah nebula yang indah yaitu Nebula Cone M17 untuk menyaksikan kelahiran sebuah bintang yang cukup massif dan diperkirakan termasuk kategori bintang kelas B dengan suhu permukaan sekitar 15.000oC. Suatu bintang terbentuk ketika sejumlah besar gas (sebagian besar gas hidrogen) mulai runtuh kedalam dirinya sendiri akibat tarikan gravitasi. Saat kumpulan gas terus menyusut, atom- atom gas makin sering bertabrakan dengan kecepatan makin tinggi sehingga gas memanas. Akhirnya, gas akan menjadi sangat panas sehingga atom-atom hidrogen yang bertabrakan tidak lagi memantul, melainkan bersatu membentuk atom baru yang lebih berat yaitu helium dan juga menghasilkan panas. Panas yang dihasilkan dari reaksi fusi nuklir meningkatkan tekanan gas sampai bisa mengimbangi tarikan gravitasi, sehingga gas berhenti menyusut. Sebuah bintang dewasa yang baru terbentuk akan tetap stabil seperti itu untuk waktu yang lama karena panas yang dihasilkan dari reaksi fusi nuklir mengimbangi tarikan gravitasi. Namun akhinya bintang akan kehabisan hidrogen dan bahan bakar nuklir laninnya. Faktanya, makin banyak bahan bakar yang dimiliki suatu bintang, makin cepat habisnya. Itu karena pada bintang yang lebih massif, diperlukan panas lebih banyak untuk mengimbangi tarikan gravitasinya.

Kami mencoba menyelidiki sebuah awan Oort yang terdapat diruang antar bintang. Awan ini berbeda dengan nebula, jika nebula merupakan tempat kelahiran suatu bintang maka awan Oort merupakan terbentuknya sebagian besar komet periode panjang, yang mempunyai lintasan orbit yang panjang ketika mengelilingi suatu bintang. Sebuah komet periode panjang terbentuk dari sebagian besar gas, es dan materi lainnya. Proses pembentukan komet memakan waktu sekitar 15 tahun waktu bumi.

Sebuah sistem bernama Cygnus X-1, terletak di galaksi Bimasakti. Saya menduga sistem ini terdiri atas satu lubang hitam dan satu bintang normal yang saling mengorbit karena merupakan sumber kuat sinar X. Saya pun melakukan penyelidikan terhadap sistem ini dan mendapatkan hasil bahwa zat telah tertiup hingga terbang dari permukaan bintang yang kelihatan. Selagi jatuh menuju pasangannya yang tak kelihatan, zat yang terbang itu bergerak spiral (seperti air yang keluar dari lubang bak mandi), dan menjadi sangat panas, memancarkan sinar X.

Agar hal itu bisa terjadi, benda yang tak terlihat haruslah sangat kecil, misalnya bintang kerdil putih, bintang neutron, atau lubang hitam. Berdasarkan pengamatan saya atas orbit bintang yang kelihatan, bisa diketahui kemungkinan terkecil massa benda yang tak terlihat. Dalam kasus Cygnus X-1, batas terkecil massa itu sekitar enam kali massa Matahari; menurut temuan Chandrasekhar batas itu terlalu besar untuk bintang kerdil putih, dan bintang neutron. Oleh karena itu banda tak terlihat di Cygnus X-1 pasti lubang hitam.

Galaksi M84 & M86. Kredit: Scott Rosen's Astrophotography
Galaksi M84 & M86. Kredit: Scott Rosen’s Astrophotography

Galaksi M86 dan M84 merupakan galaksi elips yang terlihat seperti sarang lebah kosmis dengan milyaran bintang bertebaran di semua arah dan diisi oleh bintang-bintang tua. Galaksi M86 berjarak sekitar 2.500.000 tahun cahaya dan galaksi tetangganya M84 berjarak 2.501.000 tahun cahaya dari planet Bumi, untuk perjalanan kesana dari galaksi Cartwheel, pesawat antariksa kami harus melakukan akselerasi dan kecepatan penuh serta untuk mempersingkat waktu perjalanan pesawat kami menggunakan efek wormhole agar waktu yang kami perlukan menjadi 2 tahun. Ini cukup singkat dan juga demi alasan keamanan perjalanan melalui tabung tipis wormhole semua peralatan detektor maupun sensor yang dapat mengganggu atau merusak tembus ke tujuan malah beralih kearah lubang hitam (black hole). Selama perjalanan ke galaksi tersebut banyak hal yang kami lakukan dari pemeriksaaan kesehatan setelah lama diluar angkasa yang selalu terpapar radiasi berbahaya yang dipancarkan oleh benda – benda di antariksa meskipun seluruh awak berada didalam pesawat yang terlindung oleh selubung bagian luar pesawat dan melakukan aktivitas seperti olahraga agar tubuh tetap bisa bergerak walau tinggal dipesawat yang mengalami zero gravity (keadaan dengan gravitasi kecil ataupun tanpa gravitasi).

Baca juga:  Cerita tentang Supermoon si Bulan Super

Kami telah  sampai di  galaksi M86 setelah melakukan perjalanan selama kurang lebih 2 tahun, berbagai detektor, sensor dan peralatan yang telah dihentikan sekarang diaktifkan agar membantu kami mendapatkan informasi lebih rinci terhadap obyek yang sedang kami selidiki. Saya bersama beberapa awak mempersiapkan peralatan untuk penelitian terhadap beberapa bintang tua yang mengelilingi galaksi ini. Setelah selesai melakukan penyelidikan terhadap galaksi M86, kami melanjutkan penyelidikan terhadap galaksi tetangga dari galaksi M86 yaitu galaksi M84. Singkat waktu perjalanan kami ke galaksi M84 telah sampai dan saya langsung melakukan penyelidikan terhadap beberapa bintang di galaksi ini. Dari hasil penelitian terhadap kedua galaksi, saya dan beberapa awak membuat sebuah kesimpulan bahwa galaksi ini disusun oleh bintang – bintang yang sebagian besar merupakan bintang tua dan termasuk kategori bintang kelas A,B dan O yang bisa mengalami supernova. Kami duga setelah sebagian besar bintang meledak dan materi penyusun bintang runtuh kedalam dirinya oleh tarikan gravitasi lalu memadat hingga sekian padat sampai menjadi lubang hitam, maka galaksi- galaksi ini akan menjadi sebuah lautan lubang hitam. Hal ini mengingatkan saya pada kutipan kata – kata pujangga Dante  mengenai pintu masuk neraka, terkait batas lubang hitam (cakrawala peristiwa).” Lupakan semua harapan, wahai engkau yang memasukinya. “ Apa pun atau siapa pun yang melewati batas akhir lubang hitam akan segera mencapai daerah dengan kerapatan tak terhingga dan akhir waktu.

Tujuan penyelidikan selanjutnya sekaligus untuk mengakiri misi kami adalah sebuah lubang hitam yang berada di galaksi kecil tak teratur yang mengorbit Bimasakti yaitu awan Magellanic kecil, untuk melakukan perjalanan secara normal ini memerlukan waktu beratus – ratus tahun. Jadi untuk mempersingkat perjalanan ini menjadi 1 tahun, pesawat kami harus menguras energi yang sangat banyak untuk membuat efek wormhole sekaligus spacewarp agar perjalanan kami menjadi sangat singkat dan lagi – lagi untuk alasan keamanan peralatan yang bisa mengganggu sistem dihentikan. Singkat waktu kami mulai melakukan penelitian terhadap lubang hitam ini, setelah melakukan penelitian saya membuat sebuah kesimpulan bahwa lubang hitam ini termasuk lubang hitam primordialdan lubang hitam ini terbentuk pada awal kemunculan supernova pertama sekitar 1 milyar tahun sesudah latar belakang emisi radiasi kosmik atau awal terbentuknya alam semesta.

Semua misi telah kami selesaikan dengan hampir sempurna dan tanpa masalah. Lagi – lagi kami membuat efek wormhole agar kami bisa langsung tiba di daerah Sabuk Kuiper, di  Tata Surya di lengan orion galaksi Bimasakti. Perjalanan ini hanya memerlukan 7 hari, dan selama diperjalanan ini saya dan awak lainnya melakukan pemeriksaan terhadap pesawat kami agar selama proses pengereman tidak terjadi masalah. Kami telah sampai di Sabuk Kuiper, sebelum melanjutkan perjalanan pulang ke Bumi, saya sempat mengeluarkan probe Nova R3 untuk mengambil sampel materi di Sabuk Kuiper untuk diteliti di Bumi. Lalu kami melakukan proses pengereman untuk mengurangi kecepatan. Ketika mendekati planet yang mungil tetapi sangat indah dan terdapat berbagai macam kehidupan membuat saya rindu akan kampung halaman, lalu sebuah layar komputer menyala tanda pesan dari orang – orang di Bumi yang memberitahukan kepada kami agar melakukan pendaratan langsung di Bumi bukan  di Bulan. Pesawat kami memasuki atmosfer Bumi ketika memulai pendaratan di wilayah dataran yang cukup luas di Tanjung Canaveral, Florida, Amerika Serikat.

Saya dan beberapa awak lainnya dikarantina untuk memastikan tubuh kami siap beraktivitas seperti biasa, setelah lama beraktivitas di zero gravity. Akhirnya waktu yang saya nantikan telah terjadi, saya bisa bertemu keluarga saya. Itulah sedikit cerita saya tentang ekspedisi ke antariksa.

LEAP

Lomba Esai Astronomi Populer (LEAP) yang diselenggarakan oleh langitselatan. 10 Terbaik akan kami tampilkan tulisannya di langitselatan dengan akun LEAP.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini