fbpx
langitselatan
Beranda » Kaleidoskop Peristiwa Astronomi 2016

Kaleidoskop Peristiwa Astronomi 2016

Di penghujung tahun 2016, kami sajikan kembali beberapa peristiwa yang menurut redaksi langitselatan menarik dan jadi pijakan penting untuk astronomi secara umum maupun untuk Indonesia.

1. Planet Baru di Tepi Tata Surya

Ilustrasi Planet Sembilan. Kredit: Caltech/R. Hurt (IPAC)

Mengawali tahun 2016, kita dikejutkan dengan penemuan planet hipotetik di area terluar Tata Surya, atau tepatnya di area Sabuk Kuiper. Planet ini diberi nama Planet Nine atau Planet Sembilan atau disebut juga Planet of the Apes oleh para penemunya Konstantin Batygin dan Mike Brown. Planet Nine ditemukan lewat hasil perhitungan dan simulasi komputasi yang dipadukan dengan pengamatan. Tapi, planet Nine ini sampai sekarang belum berhasil ditemukan lewat pengamatan.

Para astronom menyimpulkan keberadaan planet Nine dari orbit enam obyek Sabuk Kuiper yang mengelompok di area yang sama dan memiliki sumbu sejajar. Diduga, hal tersebut terjadi akibat ada benda masif yang jadi planet penggembala bagi enam obyek Sabuk Kuiper tersebut. Planet penggembala inilah yang dikenal sebagai planet Nine.

Akan tetapi, planet Nine belum ditemukan oleh pengamatan. Berminat ikut mencari?

2. Gelombang Gravitasi, Kurir Informasi Baru

Perbandingan pasangan lubang hitam GW150914 yang memiliki massa lebih besar (kiri) dan pasangan lubang hitam GW151226 yang massanya jauh lebih kecil. Kredit: LIGO/A. Simonnet.

Lembaran baru telah dimulai dalam ilmu astronomi dan astrofisika. Gelombang gravitasi adalah ‘riak-riak’ pada kain alam semesta. Riak-riak ini disebabkan oleh peristiwa energetik yang dahsyat di ruang angkasa, seperti tabrakan lubang hitam, ledakan bintang, dan kelahiran alam semesta itu sendiri.

Para astronom dari tim Laser Interferometer Gravitational-wave Observatory (LIGO), berhasil menemukan Gelombang Gravitasi lewat peristiwa penggabungan dua lubang hitam GW150914 dengan massa 36 dan 29 kali massa Matahari jadi lubang hitam dengan massa 62 massa Matahari. Penggabungan lainnya yakni GW151226 berhasil diamati tim LIGO meski pada awalnya sulit dikenali.  Peristiwa GW151226 merupakan penggabungan dua lubang hitam bermassa 14 dan 8 kali massa Matahari menjadi lubang hitam 21 massa Matahari. Kedua peristiwa terjadi pada waktu yang berbeda, namun memberi implikasi yang sama. Gelombang Gravitasi hasil tumbukan melewati Bumi dan menyebabkan terjadinya pemelaran dan pemampatan Bumi sesaat.

Gelombang gravitasi adalah kurir informasi baru untuk mengenal alam semesta. Dengan bantuan gelombang gravitasilah kita bisa memahami misteri alam semesta sampai hanya beberapa saat setelah terjadinya dentuman besar, atau satu per triliun triliun triliun detik setelah dentuman besar.

3. Tiga Menit Kegelapan Di Zamrud Khatulistiwa

Totalitas dari balik awan di Maba. Kredit: Fajar Ariadi / langitselatan

Bagi astronom, gerhana matahari total adalah peristiwa biasa. Tapi bagi lokasi yang dilewatinya, tentu peristiwa Bulan melintas dan menutupi piringan Matahari akan jadi momen istimewa. Di tahun 2016, keistimewaan itu jadi milik masyarakat Indonesia. GMT sebelumnya terjadi pada tahun 1983, 1984, 1988 dan 1995.

Gerhana Matahari Total yang terjadi 9 Maret 2016 ini bisa dinikmati seluruh masyarakat Indonesia dari ujung barat sampai ke ujung timur. Jalur totalitas gerhana merentang dari barat sampai ke timur. Melintasi 14 propinsi dari Sumatera Barat sampai ke Maluku Utara. Seluruh masyarakat di di jalur totalitas bisa melihat kegelapan sempuran yang terjadi selama beberapa menit ketika piringan Bulan menutupi piringan Matahari, Di daerah lain yang berada di luar jalur totalitas, masyarakat bisa menikmati Gerhana Matahari Sebagian 99% — ~50%.

Peristiwa ini juga menjadi momentum bagi masyarakat untuk mengenal astronomi. Media cetak, elektronik dan pembicaraan di media sosial didominasi oleh topik Gerhana Matahari Total. Peristiwa ini menjadi pintu terbuka bagi para astronom untuk memperkenalkan sains lewat astronomi kepada masyarakat. Dan yang terpenting adalah mendidik masyarakat bagaiman mengamati Matahari dengan aman. Tim langitselatan mengadakan pengamatan dan edukasi GMT di Maba, Halmahera Timur, Maluku Utara.

4. Satelit LAPAN Mengorbit

Mikrosat LAPAN-A3 / LAPAN-IPB. Kredit: LAPAN

Juni 2016 jadi momen penting bagi LAPAN dan juga bangsa Indonesia. Mikrosat terakhir LAPAN atau mikrosat LAPAN-A3 / LAPAN – IPB berhasil diluncurkan dari Bandar Antariksa (Bandariksa) Satish Dhawan, Sriharikotta, India.

Mikrosat LAPAN-A3 atau LAPAN/IPB a.k.a Lisat merupakan hasil kerjasama LAPAN dan Institut Pertanian Bogor yang dirakit dan diuji selama 1,5 tahun. Mikrosat ini dirancang dan dibuat secara mandiri oleh para peneliti dan perekayasa LAPAN dibawah pengawasan konsultan dari Jerman. Lisat memiliki 4 misi utama yakni Pemantauan lahan pertanian, kapal laut, pemantauan medan magnet bumi dan pengujian instrumen satelit yang dikembangkan LAPAN.

Dalam kurun waktu sekitar 24 tahun, Indonesia menargetkan untuk untuk memiliki bandariksa di area timur Indonesia sesuai amanat UU no 21/2013 tentang keantariksaan.

Baca juga:  Proxima b, Planet Baru di Depan Rumah

5. Juno siap menyingkap rahasia Jupiter

Ilustrasi Juno dan Jupiter. Kredit: (NASA/Aubrey Gemignani)

Gemuruh kegembiraan menyambut keberhasilan Juno, sang Ratu itu tiba dan siap mengiringi Jupiter dalam perjalanannya mengitari Matahari. Perjalanan panjang sejak tahun 2011 terbayar sudah. Wahana Antariksa Juno telah berhasil mengorbit Jupiter dan siap untuk menyingkap setiap rahasia dari planet terbesar di Tata Surya.

Para astronom menduga Jupiter terbentuk ketika Tata Surya masih muda dan masih banyak gas-gas ringan di sekeliling Matahari yang juga baru terbentuk. Nah, Juno ini bertugas untuk menyingkap bagaimana Jupiter terbentuk dan evolusi planet raksasa suaminya itu.

Meskipun sempat mengalami masalah teknis, Juno pada akhirnya bisa mengirimkan foto-foto indahnya dari Jupiter. Diantaranya adalah foto-foto inframerah yang memperlihatkan titik-titik panas di permukaan kutub Jupiter. Juga hadiah foto aurora dari kutub selatan Jupiter yang belum pernah dipotret instrumen manapun sebelumnya.

6. Planet Baru di Bintang Tetangga

Sebuah planet mirip-Bumi baru telah ditemukan mengitari bintang terdekat dengan Matahari kita. Gambar ini mengilustrasikan permukaan planet baru yang menarik ini. Kredit: ESO/M. Kornmesser.

Dari seluruh penemuan exoplanet di bintang-bintang lain, Proxima b jadi favorit semua orang. Planet yang satu ini mengitari bintang Proxima Centauri. Yup, Proxima Centauri, bintang paling dekat dari Matahari. Hanya 4,25 tahun cahaya dari Bumi. OK, jarak ini memang tidak dekat dalam skala kita di Bumi karena kalau dikonversi ke kilometer hasilnya 40 trilyun km. Akan tetapi, bintang terdekat dari Matahari adalah sistem bintang bertiga Alpha Centauri atau Rigel Kentaurus yang menempati rasi Centaurus

Sebelumnya sempat ditemukan ada planet di Alpha Centauri B, meskipun kemudian dikonfirmasi lagi kalau planet tersebut tidak pernah ada. Kali ini, planet ditemukan di Alpha Centauri C a.k.a Proxima Centauri. Proxima b, planet pertama yang ditemukan mengitari Proxima Centauri setiap 11,2 hari dan diperkirakan massa minimumnya 1,3 massa Bumi. Jaraknya ke Proxima Centauri hanya 7,3 juta km. Karena Proxima Centauri merupakan bintang katai merah yang lebih kecil dan dingin dari Matahari, maka lokasi Proxima b justru berada dalam zona laik huninya.

Mungkinkah Proxima b menjadi planet laik huni seperti Bumi? Kita tunggu saja kabar selanjutnya.

7. Sensus Langit ala GAIA

Satelit Gaia menggunakan kamera yang sangat ampuh untuk mengukur jarak ke bintang-bintang dan membuat peta Galaksi kita yang paling detil. Ini adalah foto pertama Gaia, yang berisi 1.100 juta bintang! Kredit: ESA/Gaia/DPAC.

Suatu hari kelak kita bisa membuat peta penjelajahan bermodalkan hasil sensus langit yang dilakukan GAIA. Keren kan?

GAIA adalah satelit astrometri milik Badan Antariksa Eropa yang diluncurkan tahun 2013 untuk mengamati dan mengukur posisi seluruh objek di langit yang lebih terang dari magnitudo 20. Selain itu Gaia juga melakukan pengukuran posisi, paralaks, gerak diri dan kecepatan radial dari 100 juta obyek yang lebih terang dari 17 magnitudo. GAIA direncanakan bertugas selama 5 tahun.

Bulan September 2016, data pertama GAIA dirilis. Data tersebut berasal dari pengamatan GAIA selama 14 bulan sejak beroperasi pada bulan Juli 2014. GAIA berhasil mengukur kecerlangan dan posisi lebih dari 1 milyar bintang. Dari data posisi 1 milyar bintang, 2 juta diantaranya berhasil diukur gerak diri, dan paralaksnya. Dan para astronom berhasil mengukur jarak dan mengetahui gerak bintang di 400 gugus bintang dengan jarak sampai 4800 tahun cahaya. Dari hasil survei Gaia, 386 bintang variabel merupakan penemuan baru.

Hasil sensus GAIA yang pertama ini kemudian digunakan untuk membangun peta 3D dari galaksi Bima Sakti. Bayangkan, setelah 5 tahun, peta yang lebih presisi bisa dihasilkan dan bisa menjadi pemandu bagi kita suatu hari kelak.

8. Terima kasih Rosetta!

Wahana Rosetta dan Penjejak Philae dalam tidur panjangnya di kepala komet 67P/Churyumov-Gerasimenko. Kredit: ESA

Rosetta. Misi yang satu ini cukup ambisius. Mendarat di komet 67P/Churyumov–Gerasimenko yang sedang dalam perjalanan menuju titik terdekatnya dengan Matahari. Misi Rosetta diluncurkan pada tahun 2004 dan berhasil mengorbit komet tersebut 10 tahun kemudian pada tahun 2014. Misi ini tidak dijalankan Rosetta sendiri. Ia membawa serta pendarat Philae yang bertugas di permukaan komet. Meskipun Philae berhasil mendarat, proses pendaratannya tidak mulus dan berakhir di area Abydos. Jatuh di celah komet dan berada dalam bayangan bukit membuat Philae akhirnya pamit dalam tidur panjangnya setelah mengirimkan hasil pengamatannya selama 60 jam setelah mendarat. Lokasi keberadaan Philae baru ditemukan sekitar satu bulan sebelum Rosetta sendiri mengakhiri misinya pada tanggal 30 September 2016.

Rosetta mengakhiri misinya dengan pendaratan keras atau kita sebut saja menabrakkan dirinya ke komet 67P/Churyumov–Gerasimenko. Sampai sesaat sebelum tabrakan dan kehilangan kontak dengan Bumi, Rosetta terus mengirimkan foto-foto komet dari jarak dekat.

Selama mengorbit komet 67P/Churyumov–Gerasimenko sampai akhir hidupnya, Rosetta mewariskan banyak kisah dari komet tersebut. Ia sudah memotret komet 67P dari semua sisi dan perjalanan bersama komet mendekati dan menjauhi Matahari membantu kita memahami perubahan pada komet. Warisan misi Rosetta yang paling menarik adalah ditemukannya molekul oksigen, nitrogen dan air yang berbeda dari lautan di Bumi. Air di Bumi bukan berasal dari komet sejenis 67P/Churyumov–Gerasimenko dan molekul organik yang dilihat Philae di sana juga bukan yang membentuk kehidupan.

Baca juga:  Benda Apakah Yang Menabrak Jupiter ?

Selamat Tidur Rosetta – Philae!

9. ExoMars 2016: Di anatara keberhasilan dan kegagalan

Foto lokasi Schiaparelli yang dipotret Mars Reconnaissance Orbiter (MRO). Kredit: NASA/JPL-Caltech/MSSS

Mengenal planet tetangga dari dekat, apalagi bisa mengunjunginya suatu hari nanti tentu akan sangat menyenangkan. Selain NASA yang mendaratkan penjejaknya di Mars, Badan Antariksa Eropa (ESA) juga melakukan hal yang sama. Misi ExoMars milik ESA terbagi dalam dua tahap.

Misi ExoMars 2016 mengirimkan satelit Trace Gas Orbiter (TGO) dan demonstrator Schiaparelli sebagai misi awal untuk mempersiapkan misi ExoMars 2020. Untuk misi ExoMars 2020, ESA akan mendaratkan robot penjelajah ke Mars. Misi ExoMars 2016 diluncurkan 14 Maret 2016 dan tiba di Mars bulan Oktober 2016. TGO berhasil mengorbit Mars dan memulai tugasnya, sedangkan pendarat Schiaparelli menemui nasib yang berbeda. Ia berhasil dilepaskan untuk mendarat di Mars. Semua proses berjalan baik sampai sekitar 50 detik sebelum mendarat atu 19 detik sebelum parasut terbuka.

Drama pendaratan Schiaparelli terjadi. Piranti lunak salah mengenali ketinggian sehingga akhirnya Schiaparelli terjun bebas dengan kecepatan tinggi dan meledak saat tabrakan dengan permukaan Mars.

Selamat tinggal Schiaparelli dan selamat bertugas TGO!

10. Air di Tata Surya

Di area merah hanya terdapat sedikit es. Sedangkan pada area biru, lebih banyak es ditemukan. Kredit: NASA/JPL-Caltech/UCLA/MPS/DLR/IDA/PSI

Dugaan keberadaan air di Tata Surya selain di Bumi sudah ada sejak dulu. Satu per satu bukti juga mulai dipaparkan. Salah satunya Europa. Keberadaan air di bawah permukaan Europa bukan hal baru. Tapi penemuan-penemuan baru semakin menguatkan bukti tersebut. Sekaligus juga memberi harapan untuk membangun misi ke satelit Jupiter tersebut.

Di tahun 2016, para astronom menemukan kehadiran aliran magma yang membumbung ke permukaan Europa dan mencapai ketinggian 200 km sebelum melepaskan materinya ke permukaan. Munculnya aliran magma yang mengandung air, amonia dan metana semakin menguatkan keberadaan samudera global di bawah permukaan Europa. Di permukaan, ada lempengan atau kerak es setebal 15 – 25 km yang menutupi keberadaan samudera di bawahnya. Samudera di Europa diduga bisa berwujud cair akibat proses tidal flexing yang terjadi karena interaksi antara Europa, Ganymede, Io, dan Jupiter.

Selain Europa, bukti kehadiran air juga ditemukan di dua planet katai yakni Ceres dan Pluto.

Ceres, yang dulu dikenal sebagai asteroid terbesar di Sabuk Asteroid ternyata memiliki kandungan air dalam bentuk es yang menyelimuti planet katai tersebut. Keberadaan air es di Ceres sudah diduga sebelumnya. Akan tetapi, apa yang dilihat Wahana Dawn kali ini. Air di Ceres berada di dekat permukaan dan banyak ditemukan di area lintang tinggi dan kutub. Air di bawah permukaan Ceres bisa bertahan lama dalam bentuk cair karena panas yang dihasilkan peluruhan radioaktif di inti bisa menghangatkan air.

Lautan di Pluto. Yang ini mungkin yang cukup mengejutkan. Tapi, ada indikasi keberadaan lautan di bawah permukaan Sputnik Planum. Jika tidak, bagaimana mungkin area bekas tabrakan yang kehilangan massa cukup banyak bisa berada di ekuator. Pluto diduga mengalami reorientasi dan sehinggan Sputnik Planum berada sejajar dengan sumbu tarik menarik antara Pluto dan Charon. Massa yang hilang itu digantikan oleh lautan di bawah permukaan Pluto. Lautan di Pluto harus berwujud cair dikombinasi dengan es yang membeku sebagian. Indikasi keberadaan lautan di Pluto ini masih harus menanti pembuktiannya di masa depan, yang mungkin agak lama mengingat Wahana New Horizons sudah menuju ke obyek sabuk Kuiper dan belum ada rencana misi lain ke Pluto.

Selamat Tahun Baru!

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini