fbpx
langitselatan
Beranda » Planet Sirkumbinari Terbesar Yang Mengorbit Bintang Ganda

Planet Sirkumbinari Terbesar Yang Mengorbit Bintang Ganda

Sebuah planet ditemukan di bintang ganda. Menariknya, planet tersebut merupakan planet sirkumbinari terbesar yang pernah ditemukan sampai saat ini.

Planet tersebut pertama kali dideteksi keberadaannya oleh Wahana Kepler dan datanya dikenali sebagai benda transit oleh  Laurance Doyle pada tahun 2011. Akan tetapi benda ini belum bisa dikonfirmasi sebagai planet hanya dari satu transit yang menyebabkan bintang berkedip. Bisa saja yang dilihat sebagai transit itu adalah sinyal yang salah. Tercatat ada beberapa planet yang sudah bukan lagi planet karena ternyata memang tidak pernah ada.

Planet yang diberi nama Kepler-1647 b merupakan planet yang bergerak mengelilingi bintang induknya yang juga merupakan bagian dari sistem bintang ganda. Tidak mudah untuk menemukan dan mengkonfirmasi planet di bintang ganda. Transit tidak terjadi secara teratur seperti halnya planet pada bintang tunggal. Selain tidak teratur, durasi dan kedalamannya juga bervariasi. Wahana Kepler bisa mengenali kehadiran suatu planet ketika planet itu bergerak melintas di depan bintang induknya, dilihat dari sudut pandang wahana Kepler sebagai pengamat. Ketika melintas, si planet akan menghalangi sebagian kecil cahaya bintang. Dari kedipan bintang inilah para astronom bisa menyimpulkan keberadaan planet di bintang lain.

Apakah Kepler-1647b sebuah planet?

Ilustrasi planet Kepler-1647b yang sedang melintasi bintang ganda gerhana yang jadi bintang induknya. Kredit: Lynette Cook
Ilustrasi planet Kepler-1647b yang sedang melintasi bintang ganda gerhana yang jadi bintang induknya. Kredit: Lynette Cook

Planet Kepler-1647b punya keunikan tersendiri. Transit berhasil dikenali pada tahun 2011. Selama bertahun-tahun para astronom masih menganggap kandidat planet tersebut mengitari bintang tunggal. Baru di tahun 2014, para astronom mempertimbangkan bintang ganda sebagai rumah bagi planet ini.

Lewat pengamatan Kepler, transit hanya terjadi sekali. berbeda dengan planet lain yang secara teratur mengitari sang bintang induk dalam waktu “cukup singkat”. Hasil analisa kurva cahaya bintang Kepler 1647 memberikan cerita menarik tentang planet yang mengitarinya.

Ternyata kandidat planet ini butuh waktu lama untuk bisa mengitari bintang induknya. Ia butuh waktu 1107 hari atau lebih dari 3 tahun untuk bisa kembali melintas di depan bintang induknya. Itulah mengapa Wahana Kepler tidak mendeteksi ada transit berikutnya dalam waktu singkat. Saat Kepler-1647b melakukan transit, ia bergerak melintasi kedua bintang dan menghalangi sebagian cahaya sistem bintang ganda tersebut. Perubahan cahaya inilah yang dideteksi sebagai kedipan pada kurva cahaya.

Ketika ada tambahan kedipan pada kurva cahaya bintang ganda gerhana, maka ada 3 hal yang jadi sumber. 1) berasal dari bintang pasangan dalam sistem bintang ganda gerhana 2) ada bintang ketiga di sistem bintang ganda atau 3) planet sirkumbinari.

Untuk mengetahui apakah yang dilihat berasal dari latar belakang si bintang ganda gerhana bisa diketahui dari pencitraan resolusi tinggi. Dua bintang dalam sistem bintang ganda gerhana memiliki temperatur yang berbeda. Ketika bintang yang temperaturnya lebih tinggi tertutup, cahayanya akan meredup.

Baca juga:  Kembaran Venus: Exoplanet GJ 1132b Seukuran Bumi

Untuk bisa mengenali kehadiran bintang ketiga di sistem bintang ganda bisa diketahui dari massa sistem. Nah, jika sinyal transit bukan dari bintang pasangan atau bintang ketiga, maka bisa disimpulkan kalau yang menyebabkan peredupan pada cahaya bintang adalah planet sirkumbinari.

Hasil pemodelan juga memperlihatkan kalau si kandidat planet memang sebuah planet. Lagi-lagi, tidak mudah untuk membuat pemodelan planet sirkumbinari di bintang ganda. Hal ini disebabkan oleh aktivitas bintang ganda yang mengitari satu sama lainnya sementara planet juga mengorbit keduanya. Akibatnya tidak ada dua transit yang sama yang terjadi. Pengamatan juga dilakukan oleh astronom amatir dalam jaringan KELT Follow-up yang mengamati bintang Kepler 1647 dengan KELT (Kilodegree Extremely Little Telescope). KELT memiliki teleskop yang berada di Observatorium WIner, Arizona (Utara) dan South African Astronomical Observatory (SAAO) di Sutherland, Afrika Selatan (Selatan). KELT merupakan teleskop survei transit exoplanet.

Exoplanet sirkumbinari terbesar yang pernah ditemukan

Perbandingan planet-planet sirkumbinari yang ditemukan Wahana Kepler. Kredit: Lynette Cook
Perbandingan planet-planet sirkumbinari yang ditemukan Wahana Kepler. Kredit: Lynette Cook

Kepler-1647b merupakan planet yang memiliki orbit dan ukuran paling besar di antara planet sirkumbinari lain yang sudah ditemukan. Planet ini butuh lebih dari 3 tahun untuk menyelesaikan orbitnya. Jika kamu melihat ke rasi Cygnus si Angsa, di sanalah planet ini berada. Jaraknya 3700 tahun cahaya dari Bumi dan usianya tidak jauh beda dari Bumi yakni 4,5 miliar tahun (Bumi sekitar 2,6 miliar tahun). Pasangan bintang yang jadi bintang induknya juga mirip Matahari, hanya saja bintang yang satu sedikit lebih besar dari Matahari dan bintang pasangannya sedikit lebih kecil dari sang Surya.

Kepler-1647b diketahui merupakan planet gas raksasa serupa Jupiter. Ukurannya juga hampir sama dengan planet gas raksasa di Tata Surya tersebut yakni 1,059 ukuran Jupiter. Massa planet ini sekitar 1,52 massa Jupiter. Menariknya, meskipun planet gas raksasa Kepler-1647b berada jauh dari bintang induknya, ia masih berada di zona laik huni. Kehidupan seperti yang kita kenal jelas tidak akan bertumbuh dan berkembang di planet gas raksasa. Tapi jika planet Kepler-1647b memiliki satelit, bisa jadi satelitnya memiliki potensi sebagai satelit laik huni seperti halnya Bumi.

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini