fbpx
langitselatan
Beranda » Pagelaran Workshop Dan Kompetisi Roket Air 2016 di Ambon Manise

Pagelaran Workshop Dan Kompetisi Roket Air 2016 di Ambon Manise

Bias-bias merah cahaya matahari mulai tampak dari balik kaca jendela pesawat yang  saya tumpangi.  Jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kiri menunjukkan pukul 06.00 WIT tanggal 26 Januari 2016. Perjalanan ini dimulai dari kota Padang sekitar pukul 20.45, transit di Cengkareng, dan tengah malam, penerbangan dilanjutkan menuju kota Ambon. Sebuah perjalanan dari Barat ke Timur dilakukan untuk memenuhi undangan dari Yayasan Heka Leka. langitselatan diminta menjadi salah satu pengisi acara dalam Festival Pendidikan Maluku 2016. Bentuk kegiatannya berupa workshop dan kompetisi roket air tingkat SMP dan SMA yang digelar pada tanggal 27-28 Januari 2016. Sebagai inisiasi, SMP dan SMA di kota Ambon mendapat kesempatan pertama untuk mengikuti kegiatan ini. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Maluku turut mendukung kegiatan festival yang kali pertamanya diadakan ini. Festival Pendidikan Maluku itu sendiri merupakan ajang reuni bagi para pegiat pendidikan yang peduli terhadap pendidikan Maluku yang pernah bekerjasama dengan Heka Leka pada kegiatan sebelumnya. Bagi saya, ini adalah kali kedua saya ke kota ini setelah sebelumnya melakukan pengamatan Transit Venus di tahun 2012.

Tak banyak istirahat yang saya lakukan di hari pertama kedatangan saya di kota Ambon Manise ini. Cek lokasi dan seting alat wajib dilakukan agar workshop pada keesokan harinya dapat terselenggara dengan lancar. Kegiatan akan dilakukan di Lapangan Merdeka kota Ambon yang berlokasi tepat di depan Kantor Gubernur Maluku. Peluncur yang saya buat di kota Padang, harus dites ulang di kota Ambon untuk memastikan alat siap saat lomba. Peluncur ini, yang saya namakan Peluncur Marsiano 2.0, adalah upgrade dari Peluncur Marsiano yang pembuatannya telah disebarkan melalui buku elektronik di langitselatan. Namun, niat saya untuk segera ke lokasi kegiatan agak tertunda karena muncul agenda dadakan lainnya. Setelah beristirahat sejenak di Wisma Grace, sarapan pagi di Rumah Kopi Joas menjadi agenda selanjutnya. Saya tidak sendirian saat mencoba hangatnya sukun goreng, penekuk, kasbi, maupun panganan khas Maluku lainnya. Kak Rika dan Kak Catur dari Aio Dongeng Indonesia turut menemani dengan dipandu oleh Kak Imanuel dari Heka Leka yang tadi menjemput kami di Bandara Pattimura. Disinilah agenda dadakan muncul. Stanley, pendiri Heka Leka mengajak saya untuk on air di radio Pro 4 RRI bersama ketua Amboina Astronomi Club (AAC), Thomas S. Amarduan. Thomy, panggilan akrab untuk ketua AAC ini adalah mahasiswa jurusan Fisika Universitas Pattimura. AAC itu sendiri adalah sebuah klub astronomi di Ambon yang dibentuk tahun 2012 bertepatan dengan ekspedisi tim langitselatan ke Ambon saat pengamatan transit Venus. Gayung pun bersambut, saya dan Thomy  ditemani Stanley bergerak menuju kantor RRI kota Ambon yang berdekatan dengan Kantor Dinas P dan K Provinsi Maluku.

Wawancara on air dilakukan di lantai II Gedung RRI mengusung tema pendidikan. Bang Gerald, penyiar senior RRI Pro 4 Ambon memandu jalannya acara. Wawancara berlangsung selama lebih dari 1 jam dengan saya dan Thomy sebagai narasumbernya. Pertanyaan yang diajukan antara lain seputar masalah pendidikan di kota Ambon, pengenalan sains secara menarik, apa itu langitselatan, apa itu AAC, sampai ke kegiatan workshop dan kompetisi roket air itu sendiri yang menjadi bagian dalam Festival Pendidikan Maluku.

Suasana saat on air di Radio Pro 4 RRI kota Ambon. Kredit: Aldino A.Baskoro
Suasana saat on air di Radio Pro 4 RRI kota Ambon. Kredit: Heka Leka

Selepas wawancara, saya menerima panggilan dadakan untuk menghadap Kepala Dinas P dan K Provinsi Maluku, Bpk. M. Saleh Thio. Untung saja kantor Dinas P dan K ini bersebelahan dengan gedung RRI sehingga tak perlu waktu lama bagi saya untuk tiba di lokasi. Rupanya saat itu sedang digelar rapat untuk membahas Festival Pendidikan Maluku 2016. Saya sendiri sebenarnya salah kostum, hanya mengenakan kaos dan sandal gunung. Tapi mengingat waktu yang terbatas, saya pun memenuhi panggilan tersebut tanpa mengganti kostum. Rupanya Kepala Dinas P dan K ingin mengetahui kegiatan roket air yang dipandu oleh langitselatan. Saya pun menjelaskan tentang mekanisme workshop, kompetisi roket air, dan kegunaan roket air dalam pembelajaran. Ada satu hal yang berbeda dalam workshop yang kami lakukan di Ambon jika di bandingkan dengan kompetisi roket air lainnya di Indonesia. Biasanya, kompetisi roket air hanya menjelaskan tentang bagaimana cara membuat badan roket air dari botol soda. Bagian terpenting seperti peluncur maupun nozzle tidak dijelaskan. Akibatnya, seringkali kegiatan pembelajaran roket air bagi pelajar hanya terhenti saat lomba saja karena tanpa peluncur maupun nozzle, badan roket air tidak akan bisa diterbangkan. Tentu sangat disayangkan jika media belajar menarik ini hanya terhenti sampai di kompetisi saja. Menimbang permasalahan itulah, cara pembuatan peluncur dan nozzle rencananya akan dijelaskan pada sesi workshop antara lain tipe Ian Clarke yang menggunakan cable ties, tipe Dual K yang menggunakan kopler, dan tipe Marsiano yang merupakan pengembangan dari tipe Gardena Launcher. Pak Thio merespon positif rencana ini bahkan beliau sempat berkata bahwa kegiatan ini nantinya akan dijadwalkan menjadi agenda tahunan.

Selepas berdiskusi dengan Bpk. Thio, hari sudah semakin sore. Hati saya belumlah tenang. Peluncur masih dalam kotak kardus berlapis plastik trashbag. Kotak yang dikirim dari Bandara Internasional Minangkabau ini harus dibongkar guna memastikan peluncur tidak mengalami kerusakan selama di kabin pesawat. Sekitar pukul 4 sore barulah saya tiba di Lapangan Merdeka, Ambon. Satu persatu anggota AAC datang bergantian. Beberapa diantara baru saja melaksanakan ujian mata kuliah fisika di Unpati. Jarak Unpati ke Lapangan lumayan jauh karena harus menyusuri teluk atau jika ingin lebih cepat bisa menggunakan Kapal Ferry. Jembatan merah-putih yang membelah teluk masih belum bisa digunakan karena saat bagian tengah jembatan disambungkan, terjadi pergeseran akibat gempa. Kedatangan anggota-anggota AAC ini segera saya sambut dengan mengenalkan cara merakit roket air serta ujicoba peluncuran di lapangan.

Dari hasil ujicoba, peluncur dapat bekerja secara optimal. Sebenarnya masih ada satu kendala lagi yang berulangkali melintas di benak saya. Merek pompa yang saya minta tidak tersedia di kota Ambon. Mengingat kegiatan roket air akan menggunakan pompa secara berulang kali, diperlukan pompa yang kuat dan awet untuk mengemban tugas berat ini. Dari pompa yang tersedia, saya tahu pompa tersebut tidak akan bertahan lama. Masalah pompa ini saya jelaskan secara detail kepada anggota AAC yang hadir antara lain Thomy sebagai ketua AAC, Samin, Yuli, Pedro, Fadli, Rein, dan Nasrin. Merekalah tim yang akan menjadi partner saya dalam penyelenggaraan kompetisi roket air yang baru kali pertamanya digelar di Maluku. Walau pompa belum maksimal namun, The show must go on!

Ujicoba peluncuran roket air dengan menggunakan roket yang dibuat anggota AAC. Kredit: Aldino A. Baskoro
Ujicoba peluncuran roket air dengan menggunakan roket yang dibuat anggota AAC. Kredit: Aldino A. Baskoro

Workshop Roket Air

Baca juga:  Festival Anak Bertanya 2018

Workshop roket air dilaksanakan keesokan harinya pada tanggal 27 Januari 2016 bertempat di Pendopo Lapangan Merdeka. Pendopo ini terletak tepat dihadapan Kantor Gubernur Maluku diseberang Lapangan Merdeka. Menurut jadwal, workshop akan dimulai pukul 09.00. Namun peserta yang hadir belumlah lengkap. Pembukaan diundur sejam untuk menunggu peserta dan guru yang terlambat. Tepat pukul 10.00, workshop dan kompetisi roket air dibuka secara resmi oleh Bapak Melkias Lohy,  perwakilan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Maluku.

Suasana pembukaan workshop. Kredit: Aldino A. Baskoro
Suasana pembukaan workshop. Kredit: Aldino A. Baskoro

Selepas pembukaan oleh perwakilan dinas, seluruh kegiatan akan berada pada kendali langitselatan dan AAC. Saya membagi workshop menjadi empat sesi. Sesi pertama berisi penjelasan mengenai kompetisi roket air baik yang regional, nasional, maupun tingkat Asia Pasific yang tergabung dalam APRSAF (Asia-Pasific Regional Space Agency Forum). Dalam kompetisi roket air yang mengerucut sampai ke APRSAF, kompetisi ini didasarkan pada kategori usia yaitu usia 13-16 tahun Dalam rentang usia pendidikan di Indonesia, pelajar yang bisa mengikuti kompetisi ini berada pada jenjang SMP dan SMA tanpa pemisahan kategori. Untuk kompetisi di kota Ambon, dari hasil diskusi saya dengan Stanley (ketua Heka Leka), kami membagi kompetisi menjadi dua kategori yaitu SMP dan SMA. Skenario lomba juga tak lupa saya jelaskan.

Untuk kategori SMP, diibaratkan peserta adalah tim dari Bumi yang harus mengirimkan suplai kehidupan kepada koloni di Bulan. Suplai kehidupan ini akan dikirim menggunakan roket yang mereka desain sendiri. Juara ditentukan oleh roket siapa yang paling dekat ke target. Tetapi, tidak semau jarak target akan diukur. Roket akan diukur jaraknya jika jatuhnya berada pada zona target yang berjari jari 7 meter.

Untuk kategori SMA, diibaratkan peserta adalah tim dari Bumi yang diberi tugas menemukan planet IX dengan cara meluncurkan roket. Idenya sama seperti kategori SMP yaitu siapa yang paling dekat dengan target, dialah pemenangnya. Namun radius target diperkecil yaitu menjadi 6 meter. Pada titik tengah target diberi semacam “golden ticket (baca: planet)”. Jika saat peluncuran roket peserta berhasil mengenai planet tersebut, maka merekalah pemenangnya. Seluruh kategori diberi kesempatan meluncurkan roket sebanyak dua kali dengan penghitungan jarak yang diambil adalah rata-ratanya.

Penjelasan tentang kompetisi roket air. Kredit: Aldino A. Baskoro
Penjelasan tentang kompetisi roket air. Kredit: Aldino A. Baskoro

Sesi kedua berisi penjelasan tentang konsep sains yang bekerja dalam kegiatan roket air serta teori-teori lainnya tentang bagian-bagian badan roket air seperti botol, sirip, nosecone, nozzle, pemberat, maupun analisis angin. Pada sesi kedua ini, pembuatan badan roket air dijelaskan oleh Pedro yang merupakan salah seorang anggota AAC. Peserta tampak antusias mendengarkan penjelasan kami.

Suasana workshop saat penjelasan pembuatan badan roket oleh Pedro, anggota AAC. Kredit: Aldino A. Baskoro
Suasana workshop saat penjelasan pembuatan badan roket oleh Pedro, anggota AAC. Kredit: Aldino A. Baskoro

Sesi ketiga tak kalah seru. Pada bagian ini peserta diminta untuk mendesain roket sesuai dengan penjelasan yang diberikan. Ada mis komunikasi antara saya, pihak AAC dan dinas. Dari surat undangan yang dikirimkan ke sekolah-sekolah untuk mengajak para siswa mengikuti kompetisi roket air, lampiran tentang jumlah anggota tim dan bahan-bahan yang harus disediakan tim ternyata tidak ikut terkirim. Akibatnya sejumlah sekolah mengirimkan peserta tidak dalam jumlah yang sama. Ada yang 4 bahkan ada yang 8 orang. Untuk SMP, jumlah sekolah yang hadir ada 6 sekolah sedangkan untuk SMA, sekolah yang hadir ada 16 sekolah.. Belum lagi bahan roket yang tidak dibawa. Namun hal itu tidak menjadi kendala. Kami pun segera mengubah skenario pelaksanaan kompetisi. Untuk kompetisi, setiap tim akan terdiri dari dua siswa. Bagi sekolah yang mengirimkan lebih dari satu tim, maka saat lomba, hanya satu roket yang boleh diikutkan lomba. Artinya, kompetisi ini adalah kompetisi untuk sekolah namun ilmu roket air itu sendiri diberikan pada semua peserta yang hadir. Untuk pembuatan badan roket, dari jumlah seluruh peserta yang hadir, peserta akan dibagi menjadi 5 kelompok besar. Tugas membagi kelompok ini dipercayakan pada teman-teman dari AAC. Lima kelompok besar ini akan membuat roket dari bahan-bahan yang disediakan oleh kami. Untungnya kami sempat mengumpulkan belasan botol minuman soda. Botol-botol inilah yang dipakai dalam workshop.

Sesi keempat merupakan sesi terakhir. Pada sesi ini, setiap kelompok besar akan dibagi menjadi tim-tim kecil yang terdiri dari dua orang. Setiap tim harus mendapatkan kesempatan meluncurkan roket air. Untungnya, cuaca cukup bersahabat yaitu cerah berawan sehingga tidak terlalu panas. Semua tim tampak antusias mengikuti kegiatan yang dalam roket air, inilah sesi yang paling menyenangkan sekaligus mendebarkan. Tak jarang peserta tertawa lepas saat roket yang diluncurkan terbang tak tentu arah. Kegiatan padat di hari pertama ini diakhir dengan evaluasi singkat hasil peluncuran.

Kompetisi Roket Air

Baca juga:  Menjelajah Langit Malam dan Tata Surya dari Ruang Kelas

Saat kompetisi roket air pun tiba. Matahari bersinar dengan terik. Cuaca hari itu kontras berbeda dengan cuaca pada saat workshop. Kami memulai kompetisi tepat waktu. Sekitar pukul 09.00, acara saya buka dengan memberikan paparan singkat tentang beberapa hal penting yang telah dijelaskan pada sesi workshop. Tepat pukul 09.15, peserta diberi kebebasan untuk mendesain roket air. Waktu yang diperlukan cukup lama yaitu sekitar 2 jam. Beberapa siswa tampak berkreasi seusai dengan hasil kesepatan dalam timnya. Berbeda dengan kompetisi roket air pada umumnya yang bersifat individual, kompetisi roket air di kota ambon ini dibuat dalam bentuk tim. Bahan-bahannya pun disediakan oleh masing-masing peserta sendiri, tidak disediakan oleh panitia.  Berhubung jumlah peserta untuk tiap sekolah tidaklah sama, maka peserta dari satu sekolah boleh mendesain beberapa roket namun hanya satu roket yang boleh diikutkan dalam lomba. Seluruh kegiatan disupport oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Maluku sehingga tidak ada biaya sepeser pun yang dibebankan ke sekolah untuk mengikuti kompetisi ini. Sebagai sebuah inisiasi, proses sharing ilmu roket air ini memang lebih utama daripada sakleg kepada aturan kompetisi yang pada awalnya kami susun. Dari jumlah peserta yang hadir, untuk kategori SMP jumlah peserta ada 6 sekolah sedangkan untuk SMA, jumlah SMA berkurang satu dari sebelumnya berjumlah 16, saat lomba berjumlah 15 SMA.

Pada saat sesi peluncuran, kondisi langit semakin cerah. Angin berhembus dengan kencang. Bendera merah putih yang berada di depan Balai Kota tampak berkibar-kibar dengan gagahnya. Arah angin ternyata mengarah ke Kantor Gubernur. Posisi peluncur itu sendiri berada di sisi kiri pendopo berdekatan dengan tulisan besar “AMBON MANISE” yang terletak di tepi lapangan. Targetnya berada searah dengan arah Balai Kota Ambon. Sesi peluncuran dilakukan sebanyak dua kali kesempatan. Namun, tidak ada peserta satu pun yang berhasil mendaratkan roketnya berada pada radius pengukuran. Akibatnya, panita menambahkan dua kesempatan peluncuran lagi. Pada peluncuran keempat, zona target pengukuran diperbesar yaitu sebesar lintasan lari yang berada di tepi Lapangan Merdeka. Jika lebih dari itu, jarak roket tidak akan diukur. Untuk kategori SMA, SMA Kristen YPKM Ambon berhasil mendaratkan roket nya mendekati target dengan jarak 2,81 m. Jarak itu mereka peroleh pada peluncuran ketiga.

Hakim garis yang dipercayakan pada Pedro dan Rein bekerja keras pada peluncuran keempat. Hal ini disebabkan banyak roket yang mendaratnya lebih dari 15 meter. Merekalah yang mengumumkan hasil kompetisi roket. Untuk kategori SMP, berturut-turut dari juara I sampai juara III antara lain SMPN 6 Ambon, SMPN 14, dan SMP Kalam Kudus. Untuk kategori SMA, berturut-turut dari juara I sampai juara III adalah SMA Kristen YPKM Ambon, SMAN 2 Ambon, dan SMAN 1 Ambon. Sampai sesi peluncuran ketiga, sebenarnya kami belum tahu hadiah yang akan diberikan oleh pihak dinas kepada para juara sebagai bentuk apresiasi. Pada saat penyerahan hadiahlah kami baru mengetahui jumlah apresiasi yang diberikan dinas kepada para juara. Untuk juara I mendapatkan hadiah sebesar 2 juta, juara II mendapat 1,5 juta, dan juara III mendapat 1 juta.

Badan terasa lelah dan kulit terlihat semakin gelap terpapar sinar matahari ketika saya tiba di penginapan untuk beristirahat. Namun,  saya tidak bisa beristirahat lama. Undangan makan malam bersama Bpk Gubernur Said Assagaf telah menunggu. Semua para pegiat pendidikan dalam Festival Pendidikan Maluku 2016 diundang untuk beramah tamah bersama Menteri Pendidikan, Bpk. Anies Baswedan. Sesi yang santai ini menjadi ajang silaturahmi bagi saya setelah tiga hari berturut-turut mempersiapkan dan membuat workshop dan kompetisi roket air sebagai inisiasi pengenalan pembelajaran sains yang menarik bagi para siswa.

 Para pegiat pendidikan di maluku bersama Bpk. Anies Baswedan dan Bpk. Said Assagaf di Rumah Dinas Gubernur Maluku. Kredit Foto: Heka Leka
Para pegiat pendidikan di Maluku bersama Bpk. Anies Baswedan dan Bpk. Said Assagaf di Rumah Dinas Gubernur Maluku. Kredit Foto: Heka Leka
Avatar photo

Aldino Adry Baskoro

Alumnus astronomi ITB yang saat ini berprofesi sebagai pendidik di sekolahalam Minangkabau dan penulis di langitselatan.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini