fbpx
langitselatan
Beranda » Sekilas Peristiwa Astronomi di Tahun 2016

Sekilas Peristiwa Astronomi di Tahun 2016

Selamat Tahun Baru 2016! Buat para pengamat langit, apa saja yang bisa disaksikan di tahun 2016?

Salah satu yang menarik di bulan Januari adalah kehadiran Komet catalina yang masih bisa dinikmati dengan binokuler dan teleskop. Komet Catalina akan tampak dengan kecerlangan 5,5 magnitud saat berada pada posisi terdekat dengan Bumi tanggal 17 Januari. Ini adalah perjumpaan pertama dan terakhir. Komet Catalina tidak akan kembali ke Tata Surya lagi.

Selain komet Catalina, kita juga bisa memulai tahun 2016 dengan menikmati Hujan Meteor Quadrantid dan masih ada sejumlah hujan meteor tahunan yang layak dinantikan.  Oposisi planet-planet dengan bumi juga menjadi sajian menarik lainnya dari langit.

Dan tentunya yang paling ditunggu oleh masyarakat Indonesia adalah Gerhana Matahari Total yang akan melintasi Indonesia dari Sumatera dan berakhir meninggalkan Maba, Halmahera Timur untuk menuju ke Samudera Pasifik. Kesempatan langka bagi sleuruh masyarakat indonesia untuk bisa menikmati Matahari tertutup Bulan!

Jadi apa saja peristiwa yang layak ditunggu di tahun 2016?

Gerhana Matahari Total 2006. Kredit: Geoff Simms
Gerhana Matahari Total 2006. Kredit: Geoff Simms

Gerhana

Musim gerhana 2016 akan dimulai tanggal 9 Maret dengan Gerhana Matahari Total dan Gerhana Bulan Penumbral tanggal 23 Maret. Di tahun 2016 hanya ada 4 gerhana yang akan terjadi yakni 2 gerhana Matahari dan 2 gerhana Bulan. Musim gerhana 2016 akan diakhiri oleh Gerhana Matahari Cincin 1 September dan Gerhana Bulan Penumbral 17 September.

Beberapa sumber memprediksikan terjadinya Gerhana Bulan Penumbral 18 Agustus 2016 sebagai Gerhana Bulan kedua dari 3 GBP di tahun 2016. Akan tetapi, prediksi ini mengacu pada acuan bayangan penumbra Bumi yang berbeda. Dalam GBP 18 Agustus 2016, sebagian Indonesia diprediksi akan dapat melihat Gerhana ini. Akan tetapi sesungguhnya GBP 18 Agustus ini akan sangat sulit dimati dan bahkan bisa dikatakan hampir tidak terjadi. Karena hanya 1,7% diameter Bulan yang masuk dalam bayangan penumbral Bumi. Gerhana yang secuil ini tidak akan dapat terdeteksi dengan mudah bahkan oleh teleskop besar di Bumi.

9 Maret – Gerhana Matahari Total

Inilah waktu yang dinantikan seluruh astronom, astronom amatir maupun para pecinta langit. Peristiwa spektakuler Gerhana Matahari Total 9 Maret 2016. Bagi Indonesia, GMT 9 Maret 2016 sangat spesial karena akan melintasi Indonesia dan berakhir di Samudera Pasifik. Garis total GMT 9 Maret 2016 akan dimulai dari Pulau Pagai Utara dan Selatan di Sumatera Barat, kemudian mengarah ke Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur,  Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan berakhir di kota Maba, Halmahera Timur, Maluku Utara. Masyarakat yang tidak berada di jalur total GMT akan bisa menikmati Gerhana Matahari Sebagian.  Terakhir kali Indonesia mengalami Gerhana Matahari Total adalah tahun 1995 saat lintasan total melintasi Sangihe. Akan tetapi, peristiwa ketika sebagian besar masyarakat indonesia menikmati gerhana matahari total adalah di tahun 1983 atau 33 tahun lalu.

Peta lintasan GMT 9 Maret 2016. Kredit: gerhana.info/langitselatan

23 Maret – Gerhana Bulan Penumbra
Dua minggu setelah GMT, kita kembali bisa menikmati gerhana. Kali ini adalah gerhana bulan penumbra yang terjadi saat Bulan melintasi penumbra Bumi. Saat gerhana penumbra, Bulan akan tampak sedikit gelap. Seluruh Indonesia bisa menikmati Gerhana Bulan Penumbra. Untuk Indonesia Barat dan tengah, Bulan sudah dalam kondisi gerhana saat terbit.

1 September – Gerhana Matahari Cincin
Cincin api yang indah akan tampak di langit saat Bulan melintas di depan Matahari. Tapi karena Bulan sedang berada pada posisi yang jauh dari Bumi maka tidak seluruh piringan Bulan menutupi piringan Matahari. Akibatnya pengamat di Bumi bisa menikmati lingkaran piringan Matahari seperti cincin. Gerhana Matahari Cincin ini bisa dinikmati oleh masyarakat di Afrika, sebagian masyarakat Arab Saudi, sebagian kecil Indonesia (Sumatera Selatan, Lampung, sebagian Jawa) dan sebagian kecil Australia. Lokasi terbaik untuk GMC ini di Gabon, Kongo, Tanzania, Madagaskar, dan lautan Hindia.

17 September – Gerhana Bulan Penumbra
Gerhana Bulan Penumbra kedua yang terjadi di tahun 2016.  Kali ini seluruh Indonesia bisa menikmati gerhana ini dari awal, meskipun sebagian masyarakat papua tidak akan bisa menyaksikan gerhana sampai selesai karena Bulan sudha terbenam dalam kondisi gerhana.

Oposisi, Transit & Konjungsi

8 Maret –  Oposisi Jupiter
Planet terbesar di Tata Surya akan berada pada posisi terdekat dengan Bumi dan tampak sangat terang di langit malam. Para pengamat bisa menikmati kehadiran Jupiter sepanjang malam beserta satelit-satelit Galilean pengiringnya.

9 Mei – Transit Merkurius
Saatnya melihat kehadiran Merkurius dengan menggunakan teleskop yang sudah dipasang filter Matahari. Merkurius akan melintas di depan permukaan Matahari. Mirip seperti transit Venus di tahun 2012. Sayangnya saat transit terjadi Matahari sudah terbenam bagi pengamat di Indonesia. Meskipun demikian Transit Merkurius ini merupakan satu—satunya transit Merkurius dekade ini.

22 Mei – Oposisi Mars
Akankah isu dua bulan di langit malam muncul lagi? Isu yang diedarkan sejak Oposisi Mars tahun 2003. Tapi yang pasti tahun 2016 kita akan dapat menikmati Mars yang sedang menuju jarak terdekatnya dengan Bumi.  Saat oposisi, Bumi akan berada di antara Mars dan Matahari. Selang 8 hari kemudian, barulah Mars berada pada posisi terdekatnya dengan Bumi. Tapi, jangan berharap planet merah ini aan tampak lebih besar dari noktah di langit malam. Apalagi sebesar Bulan. Bangunlah dari tidurmu kalau kamu masih mempercayai isu lama itu.

Baca juga:  Fenomena Langit Bulan Oktober 2017

3 Juni – Oposisi Saturnus
Planet yang cincinnya tampak indah itu akan berada pada posisi terdekatnya dengan Bumi tanggal 3 Juni. Jadi jangan lewatkan! Saturnus akan tampak lebih terang dibanding waktu lainnya dan akan dapat dinikmati kehadirannya sepanjang malam. Gunakan teleskop dan kameramu untuk memotret planet cincin ini.

28 Agustus – Konjungsi Venus & Jupiter
Dua planet terang ini akan berada pada posisi terdekatnya. Dan tampak berpapasan sangat dekat di langit malam, hanya terpisah 0,1º dan bisa dinikmati saat senja setelah Matahari terbenam di barat.

2 September – Oposisi Neptunus
Tidak mudah untuk mengamati planet es biru ini. Tanggal 2 September menandai posisi terdekatnya dengan Bumi. Meskipun demikian, Neptunus tetap hanya obyek titik biru di teleskop anda.

15 Oktober – Oposisi Uranus
Setelah Mars, Jupiter,  Saturnus dan Neptunus berada pada posisi terdekatnya dari Bumi, kini giliran Uranus, si planet es raksasa lainnya untuk berada dekat dengan Bumi. Planet yang bergerak menggelinding ini akan tampak unik sebagai titik warna biru kehijauan di teleskop.

Ekuinoks & Solstice

20 Maret – Ekuinoks
Matahari berada di ekuinoks atau di atas garis khatulistiwa. Lamanya siang dan malam menjadi sama yakni 12 jam. Bagi masyarakat di belahan bumi utara, tanggal 20 Maret merupakan Vernal Ekuinoks atau titik balik musim semi yang menandai awal musim semi. Di belahan Bumi selatan, ekuinoks di bulan Maret merupakan ekuinoks musim gugur yang menandai awal musim gugur.

21 Juni –  Solstice (Summer Solstice – Belahan Utara ; Winter Solstice – Belahan Selatan)
Titik balik musim panas bagi masyarakat di Belahan Bumi Utara dan titik balik musim dingin bagi penduduk di Bumi Belahan Selatan. Selain itu, bagi penduduk di belahan selatan, ini merupakan malam terpanjang dan bagi mereka yang berada di utara, ini adalah siang terpanjang.

22 September – Ekuinoks
Matahari berada di ekuinoks atau di atas garis khatulistiwa. Lamanya siang dan malam menjadi sama yakni 12 jam. Bagi masyarakat di belahan bumi utara, tanggal 22 September merupakan  Ekuinoks Musim Gugur atau titik balik musim gugur yang menandai awal musim gugur. Sebaliknya di belahan Bumi selatan, ekuinoks di bulan September merupakan vernal ekuinoks atau ekuinoks musim semi yang menandai awal musim semi.

21 Desember – Solstice (Winter Solstice – Belahan Utara ; Summer Solstice – Belahan Selatan)
Titik balik musim dingin bagi masyarakat di Belahan Bumi Utara dan titik balik musim panas bagi penduduk di Bumi Belahan Selatan. Selain itu, bagi penduduk di belahan selatan, ini merupakan siang terpanjang dan bagi mereka yang berada di utara, ini adalah malam terpanjang.

Hujan Meteor

4 Januari –  Hujan Meteor Quadrantid
Mari mulai tahun 2016 dengan menyaksikan peristiwa kembang api di langit malam. Bukan sekedar kembang api yang biasa dan tidak mirip juga. Tapi ini adalah lintasan meteor Quadrantid yang sudah berlangsung sejak tgl 28 Desember dan akan berakhir tanggal 12 Januari. Puncaknya tanggal 4 Januari 2016 pukul 15:00 WIB dan bisa disaksikan datang dari rasi Bootes. Meskipun puncak hujan meteor Quadrantid berlangsung sore hari, para pengamat masih bisa menikmatinya saat malam saat rasi Bootes tampak di langit malam. Pengamatan puncak bisa dilakukan tanggal 4 atau 5 Januari dini hari kala rasi Bootes terbit pukul 3 dini hari sampai sebelum fajar.

22 April – Hujan Meteor Lyrid
Hujan meteor yang berasal dari debu ekor komet Thatcher C/1861 G1 akan mencapai puncak tanggal 22 April. Akan tetapi, hujan meteor yang akan tampak datang dari rasi Lyra ini akan sulit diamati mengingat Bulan sedang fase Purnama dan terang sepanjang malam. Meskipun demikian, kamu masih bisa mencari lokasi yang minim polusi cahaya untuk menanti kehadiran meteor ini. Pengamatan bisa dilakukan dari tengah malam sampai sebelum fajar setelah rasi Lyra terbit jam 10 malam.

6 Mei – Hujan Meteor Eta Aquarid
Dimulai tanggal 19 Maret – 28 April, hujan meteor Eta Aquarid akan mencapai puncak tanggal 6 April pukul 03.00 dini hari. Langit yang tanpa Bulan karena Bulan dalam fase Bulan Baru menjadikannya waktu yang tepat untuk menikmati hujan meteor yang berasal dari sisa komet Halley dan tampak dari rasi Aquarius tersebut. Pengamatan bisa dilakukan setelah rasi Aquarius terbit tengah malam sampai jelang fajar. Tidak akan ada Bulan yang menjadi sumber cahaya di langit malam.

30 Juli – Hujan Meteor Delta Aquariid Selatan
Hujan meteor Delta Aquariid dimulai tanggal 12 Juli- 23 Agustus dan mencapai puncak dengan lintasan 16 meteor per jam pada tanggal 30 Juli. Hujan meteor yang akan tampak dari rasi Aquarius ini berasal dari sisa debu komet Marsden and Kracht. Rasi Aquarius akan terbit jam 8 malam, dan pengamatan bisa dilakukan sampai jelang fajar.

Baca juga:  Melongok Vulkanisme di Bagian Lain Tata Surya

12 Agustus – Hujan Meteor Perseid
Dimulai tanggal 17 Juli – 24 Agustus, hujan meteor Perseid yang berasal dari debu komet Swift-Tuttle tersebut akan mencapai puncak tanggal 12 Agustus. Di malam puncak diperkirakan 150 meteor akan melintas setiap jam dan tampak datang dari rasi Perseus. Bulan yang sedang cembung besar menjadi polusi cahaya bagi langit. Tapi pengamatan bisa dilakukan sejak tengah malam setelah rasi Perseus terbit. Bulan terbenam jelang tengah malam. Karena itu pengamatan sebaiknya dilakukan setelah Bulan terbenam untuk memperoleh kondisi yang terbaik.

8 Oktober – Hujan Meteor Draconid
Hujan meteor minor yang tampak datangd ari rasi draco ini akan berlangsung dari tanggal 6 – 10 Oktober. Puncaknya tanggal 8 Oktober dengan laju 10 meteor per jam. Hujan meteor Draconid ini berasal dari sisa debu komet 21P Giacobini-Zinner. Bisa dinikmati setelah Matahari terbenam sampai rasi Draco terbenam jam 9 malam.  Bulan masih cukup terang di langit malam.

21 Oktober – Hujan Meteor Orionid
Oktober, saatnya menikmati lintasan debu komet Halley di langit malam. Hujan meteor Orionid ini akan tampak datang dari rasi pembajak sawah atau rasi Waluku atau rasi Orion si pemburu. Hujan meteor Orionid bisa mulai dinikmati dari tanggal 2 Oktober – 7 November. Puncaknya tanggal 21 Oktober akan menghadirkan 15-20 meteor setiap jamnya di langit malam. Bulan sedang dalam fase cembung besar dan terbit jam 11 malam. Rasi Orion sendiri terbit jam 10 malam, dan keberadaan Bulan yang cukup terang menjadi polusi cahaya bagi pengamat. Karena itu carilah lokasi yang minim polusi cahaya lampu kota untuk meminimalisir gangguan cahaya saat berburu hujan meteor.

5 November – Hujan Meteor Taurid Selatan
Hujan meteor minor ini memang hanya menghasilkan 5 -10 meteor di malam puncaknya, Hujan meteor Taurid berasal dari butiran debu Asteroid 2004 TG10 dan sisa debu Komet 2P Encke. Hujan meteor yang tampak dari rasi taurus ini akan berlangsung dari tanggal 10 September – 20 November dengan puncak untuk tanggal 5 November. Rasi Taurus terbit setelah Matahari terbenam, dan Bulan sedang fase sabit dan terbenam jam 22:10 wib. Karena itu cahaya Bulan tidak akan menjadi masalah.

12 November – Hujan Meteor Taurid Utara
Hujan meteor Taurid Utara juga tampak datang dari rasi Taurus dan dimulai dari tanggal 20 Oktober – 10 Desember dengan puncak pada tanggal 12 November. Saat malam puncak, Hujan Meteor Taurid Utara akan menghiasi langit dengan 7 meteor per jam dengan laju 29 km/jam. Kombinasi Hujan meteor Taurid Utara dan Selatan memberikan tontonan menarik bagi para pengamat langit malam. Rasi Taurus terbit setelah Matahari terbenam. Bulan dalam fase cembung besar dan baru terbenam pukul 03:56 WIB dini hari. Untuk itu jika tidak ingin ada gangguan cahaya Bulan, pengamatan bisa dilakukan setelah Bulan terbenam sampai jelang fajar.

17 November – Hujan Meteor Leonid
Dulu hujan meteor Leonid pernah tampak luar biasa dengan badai meteornya, akan tetapi sekarang hujan meteor Leonid hanya menyisakan 15 meteor per jam saat puncak. Puncak hujan meteor dengan ratusan meteor per jam hanya terjadi 33 tahun sekali dan yang terakhir terjadi tahun 2001. Hujan meteor Leonid berasal dari sisa debu komet Tempel-Tuttle dan akan tampak dari rasi Leo si singa. Rasi Leo terbit tengah malam dan Bulan masih dalam kondisi cembung besar di langit malam. Cahayanya masih cukup terang bagi para pemburu hujan meteor. Tapi pengamatan bisa dimulai lewat tengah malam sampai fajar.

14 Desember – Hujan Meteor Geminid
Hujan meteor Geminid, salah satu hujan meteor yang layak ditunggu mengingat puncaknya bisa menghadirkan 120 meteor per jam. Sayang beribu sayang, puncak Hujan Meteor Geminid tahun 2016 bertepatan dengan Bulan Purnama dan bulan baru dua hari meninggalkan titik Perigee atau titik terdekatnya dengan Bumi. Artinya lagi, Bulan akan tampak lebih terang dari biasanya. Dan ini akan jadi masalah bagi para pemburu meteor. Kalau kamu sangat ingin menikmati Hujan meteor Geminid saat Bulan purnama di perigee, carilah lokasi yang minim polusi cahaya sehingga hanya sinar purnama yang jadi cahaya di langit. Dan tunggulah hujan meteor. Kamu juga bisa menikmati wajah Bulan dan melihat kawah-kawahnya. Siapa tahu kamu cukup beruntung untuk melihat atau memotret meteor yang melintas. Rasi Kembar Gemini akan terbit jam 8 malam.

[divider_line]

Seluruh peristiwa langit di tahun 2016 bisa disimak di laman Almanak langitselatan

Waktu dalam artikel ini mengacu pada Waktu Indonesia Barat.

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini