fbpx
langitselatan
Beranda » Perburuan Galaksi Kerdil Yang Hilang

Perburuan Galaksi Kerdil Yang Hilang

Galaksi kerdil merupakan istilah yang digunakan untuk galaksi kecil yang memiliki luminositas dan massa yang rendah serta hanya dihuni oleh beberapa miliar bintang. Untuk Bima Sakti, penghuninya sekitar 200 – 400 juta bintang. Sekilas bisa kita katakan galaksi kerdil merupakan galaksi yang redup dan tentunya akan sulit untuk bisa diamati.  Galaksi kerdil pada umumnya ditemukan di gugus galaksi yang menjadi pasangan bagi galaksi-galaksi besar.

Menurut teori pembentukan galaksi dan evolusinya, galaksi kerdil merupakan tipe galaksi yang melimpah di alam semesta. Jauh lebih banyak dari yang sudah ditemukan saat ini. Tapi pada kenyataannya tidak demikian. Apakah ada yang salah dengan teori tersebut? Ataukah, galaksi kerdil memang sulit untuk dideteksi karena redup?

Apakah sesulit itu? Pengamatan terbaru mengindikasikan keberadaan galaksi kerdil yang masih tersembunyi di alam semesta. Ini bisa diketahui dari pengamatan pada gugus galaksi yang jaraknya 62 juta tahun cahaya dari Bumi.

 Citra galaksi kerdil yang memiliki kecerlangan permukaan yang rendah. Lingkaran abu-abu menandai galaksi kerdil yang sudah ditemukan sebelumnya. Lingkaran merah merupakan kandidat baru galaksi kerdil yang ditemukan di Gugus Fornax. Kredit: Muñoz et al. 2015
Citra galaksi kerdil yang memiliki kecerlangan permukaan yang rendah. Lingkaran abu-abu menandai galaksi kerdil yang sudah ditemukan sebelumnya. Lingkaran merah merupakan kandidat baru galaksi kerdil yang ditemukan di Gugus Fornax. Kredit: Muñoz et al. 2015

Mengintai Dari Balik Persembunyian
Survei dan pengamatan yang dilakukan pada gugus galaksi Coma dan Virgo akhirnya memberi titik terang bagi misteri “hilangnya galaksi kerdil di alam semesta”. Seperti detektif, tentunya para astronom harus bisa menemukan apakah memang galaksi kerdil itu melimpah dan hanya belum ditemukan ataukah memang jumlahnya sedikit di alam semesta.

Petunjuk itu berupa penemuan Ultra-Diffuse Galaxies (UDGs) pada gugus Coma dan Virgo. UDGs memiliki massa yang rendah dengan diameter yang besar. Akibatnya galaksi ini memiliki kecerlangan yang sangat rendah atau sangat redup untuk bisa diamati. Jika sebagian besar galaksi kerdil memiliki kecerlangan seperti UDGs maka tentu sangat bisa dipahami mengapa kita kehilangan mereka di alam semesta.

Tapi, penemuan UDGs di gugus galaksi Coma dan Virgo menyisakan pertanyaan lain. Kedua gugus ini sama-sama masif. Pertanyaannya apakah UDGs ada di gugus galaksi lainnya yang berbeda dari gugus Coma dan Virgo?

Untuk menjawab pertanyaan itu, para astronom melakukan survei untuk mencari galaksi kerdil yang redup pada area pusat gugus galaksi Fornax yang berukuran 30 derajat persegi. Survei Next Generation Fornax Survey (NGFS) ini melakukan pengamatan dengan Kamera Energi Gelap yang dipasang di teleskop Blanco 4 meter di Chile dan difokuskan pada panjang gelombang tampak dan dekat-ultraungu. Meskipun survei masih tersu berlangsung, hasil awal dari survei ini berhasil mengungkap cerita yang menarik bagi para astronom.

Apa itu?

Pada luas area pengamatan hanya 30 derajat persegi, para astronom berhasil menemukan 284 kandidat galaksi kerdil yang redup. Dan 158 di antaranya belum pernah terdeteksi sebelumnya. Da  menariknya lagi, kandidat galaksi kerdil yang ditemukan memiliki kemiripan dengan UDGs yang juga ditemukan di gugus Virgo dan Coma. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa keberadaan galaksi kerdil tidak hanya pada lingkungan gugus masif.

Baca juga:  Selamat jalan, Vera Rubin (1928--2016)

Satu kabar gembira lagi, kandidat galaksi katai yang ditemukan ternyata ada yang kecerlangannya sangat rendah beberapa magnitudo dibanding UDGs yang sudah dikenal sebelumnya. Langkah selanjutnya adalah melakukan konfirmasi apakah kandidat yang dilihat tersebut memang galaksi kerdil ataukah bukan.

Galaksi kerdil memiliki peran penting karena sebagian besar materi dari galaksi kerdil adalah materi gelap, substansi misterius yang menyusun 80% materi di alam semesta. Karena itu, penemuan galaksi kerdil menjadi target utama untuk mengumpulkan petunjuk komposisi materi gelap.

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini