fbpx
langitselatan
Beranda » Hujan Meteor Orionid Tahun 2015

Hujan Meteor Orionid Tahun 2015

Hujan meteor bukanlah sebuah peristiwa langka. Secara berkala, penduduk Bumi akan dapat menikmati lintasan bintang jatuh di langit malam. Di antaranya adalah hujan meteor tahunan Orionid yang berlangsung setiap tanggal 2 Oktober – 7 November.

Hujan meteor Orionid. Kredit: StarWalk
Hujan meteor Orionid, tampak datang dari rasi Orion si Pemburu. Kredit: StarWalk

Hujan meteor orionid pertama kali ditemukan oleh E.C. Herrick (Connecticut, USA) pada kisaran tahun 1839 saat ia membuat pernyataan ambisius bahwa aktivitas hujan meteor tersebut terjadi tanggal 8 – 15 Oktober. Pernyataan yang serupa kembali terlontar di tahun 1840 saat ia berkomentar kalau “waktu yang tepat dari hujan meteor dengan frekuensi yang besar di Bulan Oktober masih belum betul-betul diketahui, namun kemungkinannya aktivitas meteor tersebut bisa ditemukan antara tanggal 8 – 25 Oktober.

Pengamatan hujan meteor Orionid secara presisi pertama kali dilakukan oleh A. S. Herschel pada tanggal 18 Oktober 1864 saat 14 meteor ditemukan tampak berasal dari rasi Orion. Dan di tahun 1865 tanggal 20 Oktober, Herschel mengkonfirmasi radian hujan Meteor tersebut memang berasal dari Rasi Orion.

Di tahun 2015, hujan meteor Orionid akan kembali menghiasi langit malam ketika Bumi melintasi sisa debu ekor komet Halley. Puncak hujan meteor atau saat ketika hujan meteor Orionid mencapai maksimum akan terjadi di malam tanggal 21/22 Oktober. Para pengamat di Bumi akan dapat menikmati 15 – 20 meteor setiap jamnya saat hujan meteor Orionid mencapai maksimum.

Hujan meteor Orionid merupakan salah satu hujan meteor yang dengan aktivitas yang cukup tinggi antara 40 – 70 meteor per jam selama 2 – 3 hari berturut-turut.  Analisa data hujan meteor Orionid dari tahun 1984 – 2001 memperlihatkan kalau laju maksimum setiap tahunnya beragam antara 14 – 31 meteor per jam. Periode terkuat terjadi selama 12 tahun di abad ke-20 dan selama tahun 2006 – 2012/2013, di malam puncak, para pengamat bisa menikmati 30 – 70 meteor per jam.

Aktivitas terendah dimulai tahun 2014 dan baru akan berakhir tahun 2016 dengan maksimum antara 20 – 25 meteor per jam. Dan menurut International Meteor Organization (IMO), di tahun 2015 aktivitas maksimum hujan meteor Orionid hanya berkisar antara 15 – 20 meteor per jam dengan kecepatan meteor 66 km/detik.

Planet Venus, Jupiter dan Mars yang terbit jelang fajar. Kredit: StarWalk
Planet Venus, Jupiter dan Mars yang terbit jelang fajar. Kredit: StarWalk

Saat hujan meteor Orionid mencapai puncak atau maksimum, para pengamat di Bumi akan dapat menikmati sajian bintang jatuh di malam hari tersebut. Pada tanggal 21/22 Oktober, Bulan sedang dalam fase cembung besar dan akan tenggelam tengah malam atau jam 00.34 WIB. Rasi Orion yang menjadi radian atau arah datangnya hujan meteor akan terbit jam 9 malam di arah timur laut/ Dengan demikian ketika Bulan terbenam, rasi Orion sudah lebih dari 45º di langit malam.

Baca juga:  Hujan Meteor Leonid 2010

Selain hujan meteor Orionid, para pengamat langit juga bisa menikmati kehadiran planet Venus. Jupiter dan Mars yang terbit berurutan pada jam 3 dini hari.

Untuk melakukan pengamatan hujan meteor yang dibutuhkan hanyalah langit malam yang gelap tanpa polusi cahaya. Tanpa Bulan, langit akan memperlihatkan keindahannya. Tapi di daerah perkotaan polusi cahaya akan menjadi masalah tersendiri.  Selain itu, siapkanlah jaket, peta bintang, cemilan, kopi panas, dan tentunya alat pemutar musik untuk menemanimu berburu meteor. Jika punya binokuler atau teleskop, siapkan juga untuk menikmati keindahan ketiga planet yang akan terbit sebelum fajar menyingsing.

Clear Sky!

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini