fbpx
langitselatan
Beranda » Global Selfie Bersama Hujan Meteor Lyrid 2014

Global Selfie Bersama Hujan Meteor Lyrid 2014

Mau coba foto selfie saat hujan meteor? Sepertinya menarik. Apalagi kalau fotonya bisa ditampikan di berbagai tempat.

Bertepatan dengan Hari Bumi, hujan meteor Lyrid juga mencapai puncaknya. Dan ini bisa menjadi momen menarik untuk kamu dan teman-temanmu merayakan hari Bumi. Apalagi saat ini NASA sedang mengadakan kegiatan #GlobalSelfie yang bertujuan untuk mengumpulkan foto-foto selfie dari seluruh Bumi untuk dibuat dalam mosaik Bumi. Caranya potret dirimu sendiri bersama banner globalselfie yang bisa diunduh di NASA. Menarik bukan?

GlobalSelfie, memotret diri sendiri di hari Bumi. Kredit: NASA
GlobalSelfie, memotret diri sendiri di hari Bumi. Kredit: NASA

Sambil merancang akan berfoto selfie seperti apa di Hari bumi tgl 22 April 2014, rancang juga pengamatan hujan meteor Lyrid bersama teman-teman. Hujan meteor tahunan yang satu ini bisa kamu nikmati sejak tgl 16 – 25 April mendatang, dengan puncak hujan meteor terjadi tanggal 22-23 April dengan laju 10-20 meteor per jam.

Jejak Hujan Meteor Lyrid
Sumber hujan meteornya berasal dari debu ekor komet Thatcher C/1861 G1 yang ditemukan oleh  A. E. Thatcher. Dalam perhitungannya, Thatcher menyebutkan kalau komet ini merupakan komet periode panjang dengan periode 415 tahun dan baru akan kembali ke Bumi di akhir abad ke-23. Pada saat komet Thatcher menyambangi Bumi di tahun 1861, perhitungan orbit yang dilakukan  matematikawan Johann Gottfried Galle kalau komet Thatcher akan melintas dalam rentang 0,2 AU dari orbit Bumi pada tanggal 20 April 1862, enam minggu sebelum komet tersebut mencapai perihelion di tanggal 3 Juni 1861.

Hujan meteor Lyrid yang datang dari rasi Lyra si Harpa. Kredit: StarWalk
Hujan meteor Lyrid yang datang dari rasi Lyra si Harpa. Kredit: StarWalk

Kemiringan orbit komet Thatcher hampir 80 derajat terhadap Tata Surya  dan ukurannya tidak lebih besar dari butiran pasir. Butiran debu inilah yang memasuki atmosfer Bumi dan melintas cepat dengan kecepatan 49 km/det.  Komet Thatcher menghabiskan sebagian besar waktunya jauh dari planet sehingga ia bebas dari gangguan gravitasi planet-planet. Ini jugalah yang menjadi alasan mengapa aliran sisa komet Thatcher tetap stabil.

Hujan meteor Lyrid merupakan hujan meteor “paling lama” dibanding hujan meteor lainnya semenjak diidentifikasi 2600 tahun yang lalu.  Semenjak pertama kali dilihat dan direkam 2600 tahun lalu, hujan meteor Lyrid diketahui pernah berlangsung 100 meteor per jam. Catatan pertama dari Hujan Meteor Lyrid direkam oleh pengamat di Zuo Zhuan, China tanggal 22 Mei 687 SM, dan digambarkan “di hari xin mao bulan ke-4 di musim panas (pada tahun ke-7 Raja Zhuang dari Lu), di malam hari bintang tidak tampak, dan di tengah malam bintang jatuh laksana hujan”, atau singkatnya mereka menyebut hujan meteor Lyrid sebagai  “Stars feels like rain”. Laju meteor Lyrid pada tahun 1922, 1945 dan 1982 pernah mencapai kisaran 90 – 100 meteor per jam. Akan tetapi,  laju hujan meteor Lyrid semakin semakin menurun dan kini yang bisa dilihat hanya berkisar 10-20 meteor per jam saat hujan Meteor Lyrid berlangsung.

Baca juga:  Masa Tenang Sebelum Badai di Saturnus

Pengamatan Hujan Meteor Lyrid
Di langit, Hujan Meteor lyrid akan tampak muncul dari bintang terang Vega di rasi Lyra yang bisa dilihat di sebelah timur laut. Meskipun demikian, hujan meteor Lyrid tidak memiliki hubungan apapun dengan Vega. Bahkan sebenarnya radian atau arah datangnya hujan meteor Lyrid berada di perbatasan rasi Lyra dan Hercules. Harusnya hujan meteor ini disebut Herculids bukan Lyrids. Akan tetapi saat hujan meteor Lyrid diidentifikasi kehadirannya dan diberi nama pada abad ke-19, International Astronomical Union belum secara resmi mengadopsi bentuk konstelasi modern yang kita kenal sekarang. Mereka menetapkan rasi-rasi bintang di langit pada tahun 1922.

Lyrid akan terbit sekitar jam 10 malam di timur laut. Tampak juga Bulan yang terbit tengah malam. Kredit: StarWalk
Lyrid akan terbit sekitar jam 10 malam di timur laut. Tampak juga Bulan yang terbit tengah malam. Kredit: StarWalk

Rasi Lyra si harpa baru akan terbit sekitar sekitar jam 22.00wib, karena itu waktu terbaik untuk melakukan pengamatan adalah lewat tengah malam sampai jelang dini hari saat rasi Lyra sudah berada di atas horison. Pada saat puncak hujan meteor Lyrid, Bulan cukup terang di langit karena sedang berada pada fasa kuartir terakhir. Arahkan pandangan ke langit, dan carilah segitiga musim panas (Vega, Deneb & Altair). Deneb adalah bintang paling cerlang pada rasi Cygnus, Altair pada rasi Aquila dan pusatkan perhatian Vega, bintang paling terang pada rasi Lyra. Dari arah rasi Lyra inilah akan tampak berkas sinar berseliweran dengan cepat. Itulah hujan meteor Lyrid.

Bulan akan terbit tengah malam jam 00.00, sehingga meskipun pada fase seperempat akhir cahaya Bulan masih cukup terang menghiasi langit malam. Selain Bulan, Mars (terbit jam 16.39 wib) masih tampak di langit bersama dengan Saturnus yang terbit jam 18.56 wib. Jupiter juga tampak namun akan terbenam pada jam 22.39 wib. Dini hari jam 3 pagi, planet Venus terbit menghiasi langit menjelang fajar menyingsing.

Jadwal terbit tenggelam Bulan dan planet-planet tanggal 22 April 2014, Kredit: StarWalk
Jadwal terbit tenggelam Bulan dan planet-planet tanggal 22 April 2014, Kredit: StarWalk

Untuk mendapat lokasi terbaik, carilah daerah yang gelap dan tanpa polusi cahaya. Dan selain pengamatn hujan meteor Lyrid kamu juga bisa melakukan pengamatan rasi Salib Selatan dan melakukan pemetaan untuk berkontribusi dalam kampanye Globe at Night 2014 untuk mengukur tingkat polusi cahaya di daerahmu.

Jadi tunggu apa lagi? Siapkan peta bintang, pemutar musik, dan juga kopi untuk menemani malam panjangmu!

Clear Sky!

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini