fbpx
langitselatan
Beranda » Komet Berekor 6 di Sabuk Asteroid

Komet Berekor 6 di Sabuk Asteroid

Bagi penghuni sabuk asteroid bagian dalam P/2013 P5, pecah berkeping-keping bukanlah hal sulit.  Setidaknya mungkin itulah penjelasan mudah mengapa ada obyek dengan orbit seperti asteroid memiliki 6 ekor dari debu layaknya komet.

Skema asteroid berekor 6. Kredit: NASA, ESA, and A. Feild (STScI)
Skema asteroid berekor 6. Kredit: NASA, ESA, and A. Feild (STScI)

Terkejut sekaligus tertarik! itulah reaksi Harold Weaver dari Johns Hopkins Applied Physics Laboratory di Laurel, Maryland, saat mengamati “komet” yang ganjil tersebut. Belum pernah ada komet seaneh ini dalam pengamatan komet yang ia lakukan.

Komet berekor 6, mungkin itu nama yang cocok bagi obyek yang diamati para astronom dengan Teleskop Hubble. Ditemukan saat Teleskop Hubble melakukan pengamatan obyek di sabuk asteroid,  obyek tersebut tampak seperti penyiram tanaman yang dipasang di kebun atau bola bulutangkis. Dengan kata lain ada ekor debu yang dilepaskan ke angkasa.

Komet yang ternyata hanyalah asteroid. Kredit: NASA, ESA, D. Jewitt (University of California, Los Angeles), J. Agarwal (Max Planck Institute for Solar System Research), H. Weaver (Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory), M. Mutchler (STScI), dan S. Larson (University of Arizona)
Komet yang ternyata hanyalah asteroid. Kredit: NASA, ESA, D. Jewitt (University of California, Los Angeles), J. Agarwal (Max Planck Institute for Solar System Research), H. Weaver (Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory), M. Mutchler (STScI), dan S. Larson (University of Arizona)

Komet atau bukan?
Hubble yang mengarahkan matanya ke Sabuk Asteroid seharusnya melihat titik cahaya kecil asteroid P/2013 P5.  Tapi, yang ia temukan lain dari biasanya. Asteroid P/2013 P5 tampak memiliki ekor debu seperti layaknya komet. Kejanggalan tersebut pertama kali dilihat bulan Agustus 2013. Obyek yang tampak kabur tersebut pertama kali dilihat oleh astronom dengan menggunakan Pan-STARRS 1 di Hawaii. Para astronom pun mencari tahu dan menemukan penjelasan terkait apa yang sebenarnya terjadi. Menariknya lagi, citra yang diambil Hubble pada tanggal 10 September 2013 menunjukkan tidak hanya satu ekor melainkan 6 ekor dari debu.  Pada tanggal 23 September 2013 saat Hubble kembali mengarahkan matanya ke obyek yang sama, penampakannya sudah berubah. Si obyek tampak sudah terbalik seluruh strukturnya. Aneh!

Peneliti David Jewitt dari University of California di Los Angeles, USA, bahkan merasa heran dan tercengang bagaimana mungkin struktur ekor komet ini bisa berubah hanya dalam waktu 13 hari.  Obyek tersebut seperti sedang bersendawa mengeluarkan debu.  Sama sekali berbeda dari asteroid normal. Asteroid tidak memiliki ekor dan asteroid juga bukan es.

Penjelasan bagi astroid berpenampakan aneh tersebut mengarah pada rotasinya. Laju kecepatan rotasi P/2013 P5 mengalami peningkatan sampai pada titik dimana permukaannya akhirnya berhamburan dan melontarkan debu dalam erupsi bertahap yang dimulai musim semi lalu.  Tidak ada tabrakan yang terjadi. Jika ada tabrakan dengan asteroid lain tentunya debu dalam jumlah besar akan meledak ke angkasa dalam waktu bersamaan. Tapi, yang terjadi asteroid P/2013 P5 hanya sesekali melontarkan debunya selama lima bulan.

Hasil pemodelan yang dibuat oleh Jessica Agarwal dari Max Planck Institute for Solar System Research di Lindau, Jerman, memberi petunjuk bagaimana ekor debu itu bisa terbentuk dalam kejadian lontaran debu. Hasil pemodelan dan juga pengamatan menunjukkan, lontaran debu yang terjadi pada P/2013 P5 saat ia berotasi dengan kecepatan tinggi. Debu yang terlontar kemudian membentuk ekor yang dilihat Hubble.

Baca juga:  Gerhana Matahari Sebagian 21 Juni 2020 dari Indonesia

Bagaimana prosesnya? Asteroid P/2013 P5 tampaknya berputar sangat cepat karea peningkatan jumlah rotasi setiap menitnya yang disebabkan oleh penyerapan dan pemancaran kembali sinar Matahari pada benda berputar yang asimetri. Obyek yang dimaksud adalah asteroid.  Peningkatan laju kecepatan rotasi akan menyebabkan asteroid yang memiliki gravitasi sangat kecil tidak lagi dapat menjaga dirinya tetap utuh maka permukaannya pun runtuh. Debu yang ada diperkirakan runtuh ke arah ekuator. Debu mungkin saja hancur atau terlontar ke luar angkasa membentuk ekor. Diyakini setiap ekor asteroid tersebut terbentuk selama terlontarnya debu. Sejauh ini, hanya 10 – 1000 ton debu yang hilang dari massa asteroid yang ribuan kali lebih masif.

Obyek asteroid yang dilihat memang bukan terbuat dari air es layaknya komet. Pada komet, ekor baru akan terbentuk ketika cahaya Matahari melepaskan uap air dan gas lainnya bersama dengan debu.  Tapi proses yang serupa pada P/2013 P5 tidak akan terjadi karena  asteroid tersebut tampaknya berasal dari keluarga asteroid yang miskin air.

Untuk bisa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi sekaligus untuk mengkonfirmasi teori yang dibangun, pengamatan lanjutan dibutuhkan untuk mencari tahu apakah debu meninggalkan asteoroid di bidang ekuatorial. Bukti inilah yang akan menjadi bukti kuat keruntuhan akibat rotasi.  Dan astronom juga akan mencari tahu laju putaran dari si asteroid.  Keruntuhan rotasi diyakini merupakan fenomena umum di Sabuk Asteroid, yang sekaligus menjadi cara kematian asteroid kecil.

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

1 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini

  • … peningkatan jumlah rotasi setiap menitnya yang disebabkan oleh penyerapan dan pemancaran kembali sinar Matahari pada benda berputar yang asimetri.

    Menarik sekali peristiwa ini ya… Penyerapan dan pemancaran kembali sinar matahari dari sebuah objek dapat memberikan efek perubahan rotasi objek tersebut. Saya menduga bukan hanya sifat asimetri dari objek tersebut yang menyebabkan ini, tetapi juga terkait struktur permukaan dan material asteroid yang juga asimetri.

    Kalau ada berita lanjutan supaya terus di update ya…