fbpx
langitselatan
Beranda » Bilakah Tamu Besar Itu Datang?

Bilakah Tamu Besar Itu Datang?

Sudah setahun ini para astronom terlibat dalam perbincangan hangat tentang ‘tamu besar’ yang mungkin menghiasi langit malam kita menjelang akhir tahun nanti. Tamu besar ini tak lain adalah sebuah komet yang bergerak pada orbitnya mendekati Sang Surya dengan kecepatan 50,000 mil per jam. Tahun lalu, tepatnya pada 21 September 2012, dua orang astronom Rusia yang bekerja dalam program ‘International Scientific Optical Network’ (ISON), yakni Vitali Nevski dan Artyom Novichonok, menemukan komet ini pada jarak 6.29 SA dari Matahari. Sebagai perbandingan, jarak Bumi ke Matahari adalah 1 SA (dengan 1 SA adalah kurang-lebih 150 juta kilometer). Sekilas benda ini tampak tidak jauh berbeda dari bintang-bintang yang teramati, tetapi dari pengamatan beberapa kali menggunakan teleskop besar, kedua astronom Rusia ini menemukan obyek ini redup bergerak di latar belakang langit gelap, ke wilayah dalam Tata Surya kita.

Jejak ISON di langit dari waktu ke waktu. Kredit: Wikipedia
Jejak ISON di langit dari waktu ke waktu. Kredit: Wikipedia

Komet yang sering disebut sebagai Komet ISON (berdasarkan nama program penelitian penemunya) ini diperkirakan akan mempersembahkan kecerlangan spektakulernya November nanti, tepatnya tanggal 28 November ketika ia diperkirakan berada pada jarak terdekatnya dengan Matahari, yaitu sekitar 800-1.2 juta mil. Jika komet ini mampu bertahan dari terpaan gaya tidal dan radiasi Matahari, maka komet ini akan menyajikan pertunjukan yang sangat spektakuler dengan menjadi benda langit yang dapat terlihat sangat terang dengan mata telanjang pada dini dan senja hari, terutama jika dilihat dari Bumi belahan utara. Ada juga yang memperkirakan bahwa komet ini akan bisa terlihat di langit siang hari nanti. Ia disebut-sebut akan menjadi komet paling terang yang manusia pernah lihat dalam 50 tahun terakhir ini. Ekor debu dan gasnya akan terpancar memanjang menghiasi langit mulai November nanti hingga beberapa minggu sesudahnya. Hal ini tentunya akan menimbulkan sensasi tersendiri dari pertunjukan langit. Bahkan ada juga yang menduga bahwa keberadaannya pada bulan November/Desember nanti akan menjadi seterang Rembulan (tetapi jangan berharap bahwa ia akan menjadi sebesar piringan Bulan di langit nanti). Karena segala perkiraan-perkiraan inilah banyak wartawan yang sering menuliskannya sebagai “komet abad ini”.

Komet ISON dipotret Hubble pada bulan April 2013. Kredit: NASA
Komet ISON dipotret Hubble pada bulan April 2013. Kredit: NASA

Tentu saja banyak pro-kontra seputar penampakan komet ini. Diantara segala perkiraan (atau harapan?) yang dibuat oleh banyak astronom, tidak sedikit pula astronom yang ragu, pesimis tentangnya dan mengingatkan kita agar tidak terlalu berharap akan terang yang dinanti November nanti. Dengan jaraknya yang dekat dengan Matahari, ada kemungkinan tamu dingin ini bahkan tidak akan dapat bertahan. Seorang peneliti NASA dari program Near-Earth Object, Don Yeomans, menyatakan keberataannya akan sebutan ‘komet abad ini’ oleh para jurnalis yang memang terbiasa mengemas berita dengan bombastis (bahkan tidak sedikit pula ulasan yang mengaitkan komet ini dengan Nibiru yang masih misteri itu). Yeomans ingat bagaimana estimasi serupa terjadi pada Komet Kohoutek yang mendekati wilayah dalam Tata Surya kita tahun 1973 lalu. Perkiraan-perkiraan bahwa Kohoutek akan menampilkan terang yang spektakuler nyatanya berakhir pada kekecewaan. Komet dan terangnya merupakan hal yang tidak mudah diprediksikan, maka tidak menutup kemungkinan terjadi hal serupa pada Komet ISON kali ini.

Baca juga:  Bangkitnya si Phoenix Radio
Orbit ISON di bulan Oktober 2013. Kredit: NASA
Orbit ISON di bulan Oktober 2013. Kredit: NASA

Setelah Natal Desember nanti, komet yang resminya menyandang nama Komet C/2012 S1 ini akan berada pada jarak sekitar 40 juta mil dari Planet kita. Jarak ini adalah dua kali lebih dekat dari jarak Komet Hale-Bopp ke Bumi pada tahun 1997 lalu. Pada astronom pada April lalu menggunakan citra yang diperoleh dari Teleskop Hubble untuk mengukur tingkat aktifitasnya dan memperkirakan rentang diameter inti komet ini. Dari studi yang dilakukan juga oleh NASA melalui satelit Swift-nya, komet ISON diperkirakan memiliki rentang diameter inti sebesar 1-10 km. Dari inti inilah sebuah komet memancarkan debu dan gas ketika mendekati Matahari dan menerjang terpaan radiasinya. Karena ukurannya ini, ia diperkirakan berukuran dua kali lebih besar dari Komet Lovejoy yang tahun 2011 lalu mengunjungi wilayah Tata Surya dalam. Oleh karena ukurannya yang lebih besar dan jaraknya yang lebih jauh dibandingkan Lovejoy dua tahun lalu, maka kemungkinan Komet ISON bertahan dari radiasi hebat Matahari masih terbuka lebar.

Salah satu kemungkinan lainnya lagi adalah terpecahnya Komet ISON ketika mendekati Sang Surya. Tetapi para astronom meyakinkan agar kita tidak perlu khawatir karena pecahan-pecahan komet ini tidak berpotensi untuk mengancam Bumi. Jika memang komet ini pecah berkeping-keping, maka pecahannya akan tetap bergerak pada orbitnya semula dengan aman. Komet ini telah menempuh perjalanan jutaan tahun dari asalnya di wilayah Awan Oort (wilayah luar Tata Surya kita), untuk mencapai tempatnya saat ini, dan mendekati Matahari. Dalam perjalanannya pada orbitnya, ia telah kehilangan banyak batuan es dari permukaannya tubuhnya. Mungkin kedatangannya ini adalah yang pertama, sekaligus menjadi satu-satunya dalam masa keberadaannya sebagai komet di Tata Surya kita ini, kalau memang nanti ia tidak dapat bertahan dari radiasi Surya. Akankah langit akhir tahun 2013 ini dihiasi oleh kedatangannya? Mari kita nantikan dan lihat saja kedatangan tamu ini ke dalam wilayah dekat kita. Berbeda dari anggapan banyak masyarakat kuno yang memandang penampakan komet di langit dengan ketakutan, semoga kita bisa menantikan dan menyikapinya dengan sikap yang positif. Jadi-tidaknya Komet ISON menyajikan pemandangan yang spektakuler di langit November-Desember nanti, hanya waktulah yang dapat menjawab.

Avatar photo

Dewi Pramesti

Alumni astronomi ITB yang saat ini bergerak dalam bidang pendidikan di ibukota Jakarta. Cabang astronomi yang diminatinya adalah terutama pada bidang impact cratering dan etno/arkeoastronomi. Mencintai seni, terutama musik dan sastra. Di sela-sela kegiatannya sebagai seorang pendidik, ia masih giat berbagi tentang astronomi di langitselatan. Selain itu, bersama teman-teman langitselatan, ia juga masih tertarik untuk membudayakan kembali kisah-kisah langit (skylore) yang ada di nusantara.

4 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini

  • ada yg punya script komet ison buat stellaruim ga?
    boleh dong bagi2 disini klo ada yg punya.. hehehe

  • jauh ya dari orbit bumi?gimana bisa mengharapkan komet ini keliatan kalau es yang ada di tubuhnya hilang selama perjalanan?gk keliatan lagi donk saat dekat bumi nanti?Maaf pertanyaan awam… 🙂

    • Asal komet memang jauh dari orbit Bumi (dan Matahari), karena itu materi mereka pun berupa es dan debu. Materi es pada komet akan terbakar hanya ketika komet tersebut berada pada lintasannya ketika mendekati Matahari. Oleh karena hal ini jugalah komet dapat terlihat sangat terang di langit.

      Nantinya, jika komet sudah berada pada jauh dari Matahari, komet ini tidak dapat terlihat lagi dari pengamat biasa di Bumi, karena materi komet sudah tidak lagi terbakar oleh angin matahari. Memang materi es pada komet akan semakin habis setiap kali komet bergerak mendekati Matahari.

      Segala pengetahuan di semesta ini berawal dari sebuah tanya yang ‘awam’, mas/mbak. Terima kasih sudah berkunjung ke situs kami.

      • berapa persen es dan berapa persen debu? selain 2 materi itu ada lagikah materi yang pernah diteliti oleh astronom/astronot terkandung di komet? Tertarik dengan material-material di dalamnya. 1 pertanyaan awam terakhir, komet itu sendiri asalnya dari mana? Benda langit yang “lepas” dari benda langit lainnya? Misalnya dari bintang atau gmn? Thanks membantu menjawab, ada Pe eR ilmu fisika di sekolah 🙂