fbpx
langitselatan
Beranda » Dongeng di Luar Angkasa

Dongeng di Luar Angkasa

Cermin, cermin di dinding, siapakah yang tercantik dari mereka semua?, tanya sang bintang terang saat ia melihat cahaya yang dipantulkan oleh butiran-butiran debu di angkasa. Alangkah terkejutnya sang bintang ketika ia mendengar jawaban: “Awan-awan debu itulah yang tercantik!”.

Debu di angkasa tampak jauh lebih cantik dalam cahaya yang mereka pantulkan. Kredit : ESO/APEX (MPIfR/ESO/OSO)/T. Stanke et al./Igor Chekalin/Digitized Sky Survey 2

Oke, bintang memang tidak dapat berbicara, tapi awan debu yang ada di angkasa memang tampak lebih cantik dibandingkan bintang yang menyinari mereka. Debu-debu ini disebut Nebula Pantulan karena mereka memantulkan cahaya dari bintang-bintang yang ada di dekatnya. Dan ingat, “nebula” adalah bahasa Latin dari “awan”.

Di dalam foto, cahaya bintang yang dipantulkan itu berwarna biru dan putih. Tak hanya itu, debu juga punya cahaya sendiri yang kalau dilihat di foto ini, tampak berwarnya oranye. Area oranye yang kita lihat di foto menunjukkan debu-debu yang mengelompok menjadi satu.

Mata manusia tidak bisa melihat cahaya berenergi rendah dari debu, tapi teleskop khusus bernama APEX ternyata bisa melihatnya. Kalau tidak ada APEX, para astronom tidak akan bisa melihat kelompok debu tersebut. Yang terjadi, para astronom tidak akan melihat apapun. Hanya kekosongan nan gelap yang menghalangi pandangan manusia dari apa yang tersembunyi di balik kegelapan itu.

Tapi, penting bagi para astronom untuk bisa melihat apa yang ada di dalam area ini. Kenapa? Tak lain karena bintang-bintang baru dilahirkan di dalam awan debu dan gas yang dilihat APEX itu.

Fakta menarik : Teleskop APEX berada di padang gurun di Amerika Selatan yang tingginya 5100 meter di atas permukaan laut!.

Sumber : Space Scoop Universe Awareness

Baca juga:  Berdasarkan Apakah Penentuan Awal Syawal 1434 H?
Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

4 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini

    • Astronomi itu sains agung yg tdk berhubungan dg metafisika. Astronomi dan astrologi memang dianggap satu pd jaman dulu, tp skrg kita ud brhasil mengekstrak apa yg murni sains dan melepas smua bntuk pseudosains (meskipun bbrp org masih mnganggap ilmu2 nanggung dan tdk empirik tersebut sbg ilmu sejati, itu hak mereka utk brpikir sprti itu).

      Prbedaan utama sains dan ilmu nanggung tsb adlah, sains bs dipelajari smua org. Dan apa yg telah dibuktikan dlm sains bs diulangi oleh smua orang (dg syarat metode dan pemahaman yg dimiliki bener)

    • bisa minta url dari masturi tersebut?

      selain itu kami tidak repost dari manapun. ini artikel terjemahan resmi dari http://www.unawe.org/kids/unawe1225/ dan secara remsi bahasa indonesianya ada di http://www.unawe.org/kids/unawe1225/id/

      artikel tersebut berasal press rilis resmi ESO. kalau ada kesamaan bisa saja kalau dia menerjemahkan atau menyadur dari rilis ESO atau tempat lain. Tapi kami selalu mencantumkan sumber berita kami dan kami tidak merepost artikel siapapun selain artikel kami sendiri. apalagi space scoop ini resmi dari UNAWE Eropa dan kami secara resmi merupakan partner mereka.

      dan seluruh artikel terjemahan untuk space scoop dirilis bersamaan dengan space scoop internasionalnya pada saat tulisan tersebut dirilis oleh press rilis resminya.