fbpx
langitselatan
Beranda » Kepler-16b, Dua Senja di Satu Planet

Kepler-16b, Dua Senja di Satu Planet

Bagi para penggemar sains fiksi Star Wars, tentu tidak asing dengan keberadaan planet Tatooine, planet padang pasir dengan 2 Matahari. Planet ini diceritakan bergerak mengorbit sepasang bintang ganda.  Apakah dunia yang memiliki dua matahari itu ada atau hanya berakhir sebagai cerita di film?

Planet Dengan Dua Bintang

Planet Tatooine yang memiliki 2 bintang di film Star Wars. Kredit : © Star Wars

Ternyata keberadaan dunia dengan dua matahari di kala senja yang digambarkan Star Wars 30 tahun lalu tidak lagi menjadi impian dan khayalan. Kini ada bukti saintifik yang menunjukkan kalau planet seperti itu memang ada.  Itulah hasil penemuan terbaru dari misi Kepler!.

Kepler berhasil mendeteksi keberadaan planet sirkumbinari atau planet yang mengorbit dua buah bintang yang jaraknya 200 tahun cahaya dari Bumi. Tapi, planet ini tidak seperti planet Tatooine yang diceritakan bisa memiliki kehidupan di dalamnya. Planet yang disebut Kepler-16 b ini merupakan planet gas yang dingin dan diperkirakan tidak bisa mendukung kehidupan. Tapi, penemuan Kepler-16b merupakan penemuan yang penting karena keberadaannya menunjukkan keragaman planet di galaksi Bima Sakti.

Meskipun sebelumnya ada juga penelitian lain yang mengindikasikan keberadaan exoplanet yang mengelilingi dua bintang, namun belum ada konfirmasi mengenai keberadaan planet tersebut. Karena itu Kepler-16b menjadi planet pertama yang bergerak mengitari dua bintang di sistem Kepler-16 (AB).

Walau merupakan planet gas yang dingin, keberadaan Kepler-16b juga memberi kemungkinan baru bagi sistem yang dapat mendukung kehidupan. Jika selama ini planet seperti itu dicari hanya pada bintang tunggal, maka ada kemungkinan yang sangat besar jika planet laik huni itu juga terdapat di dalam sistem bintang ganda.  Apalagi mengingat sebagian besar bintang di galaksi bima Sakti merupakan agian dari sistem bintang berdua. Tentunya ada kesempatan kalau ternyata kehidupan itu tumbuh dan berkembang juga pada planet yang mengitari bintang berdua.

Kepler-16b

Ilustrasi planet Kepler-16b yang memiliki 2 bintang induk. Kredit : NASA/JPL-Caltech/T. Pyle

Planet Kepler-16b ditemukan melalui deteksi dengan metode transit yang dilakukan Kepler. Dengan metode ini, Kepler melihat perubahan pada kecerlangan bintang induk yang mengedip atau meredup sesaat ketika ada planet yang melintas di depannya.

Kepler-16b berhasil ditemukan oleh tim yang dipimpin Laurance Doyle dari Institut SETI di Mountain View, Calif, setelah melakukan analisa pada data Kepler.  Teleskop Landas Angkasa Kepler dalam tugasnya melakukan pengukuran perubahan kecerlangan pada lebih dari 150000 bintang untuk mencari planet yang sedang transit. Ia juga merupakan misi pertama NASA yang dapat menemukan planet seukuran Bumi di dekat maupun di dalam zona laik huni, area dalam sistem keplanetan yang dapat mempertahankan air dalam bentuk cair di permukaan planet yang mengorbit.

Kepler-16b dideteksi sebagai planet baru dalam sistem Kepler-16 (AB), sebuah sistem bintang berpasangan yang saling mengorbit dan menggerhanai satu sama lainnya dari sudut pandang pengamat di Bumi.

Baca juga:  Hubble Meniadakan Teori Alternatif Energi Gelap

Pada bintang ganda, perubahan kecerlangan pada bintang akan terjadi secara berkala saat kedua bintang itu saling menggerhanai. Saat bintang yang lebih kecil menghalangi sebagian cahaya bintang yang lebih besar, terjadilah gerhana primer. Gerhana sekunder terjadi ketika bintang yang lebih kecil diokultasi atau dihalagi total cahayanya oleh bintang yang lebih besar.

Tapi ada yang menarik di sistem Kepler-16 yang dilihat oleh Laurance Doyle dkk ini. Kecerlangan sistem bintang Kepler-16 tetap mengalami peredupan meskipun bintang tidak sedang menggerhanai satu sama lainnya. Ini adalah petunjuk bagi keberadaan obyek ke-3.  Peristiwa tambahan bagi meredupnya kecerlangan bintang ini kemudian disebut gerhana tersier dan kuartener. Keduanya terjadi pada inteval waktu yang tidak teratur dan mengindikasikan kalau bintang sedang berada pada posisi yang berbeda di orbitnya ketika obyek ketiga melintas. Dan kejadian ini juga menunjukkan kalau si obyek ketiga tidak hanya mengorbit satu bintang melainkan bergerak mengelilingi kedua bintang dalam orbit sirkumbinari yang lebar.

Gangguan gravitasi pada bintang yang diukur dengan melihat pada perubahan saat gerhana menjadi indikator yang baik untuk mengetahui massa obyek ketiga. Yag tampak adalah, hanya ada sangat kecil tarikan gravitasi yang dideteksi yang sekaligus menandakan kalau obyek ketiga tersebut memiliki massa kecil.

Hasil penelitian juga menunjukkan kalau Kepler-16b merupakan planet yang tidak ramah untuk dihuni. Ia dingin dengan ukuran seperti Saturnus dan memiliki susunan setengah batuan dan setengah gas. Bintang induknya jauh lebih kecil dari Matahari. Bintang pertama memiliki 69% massa Matahari sedangkan bintang kedua yang jadi pasangannya hanya memiliki 20% massa Matahari. Kepler-16b di dalam sistem ini mengorbit kedua bintang itu setiap 229 hari, mirip dengan orbit Venus yang mengelilingi Matahari setiap 225 hari. Meskipun mirip dengan Venus, Kepler-16b berada jauh di luar zoa laik huni sistem dimana diharapkan air bisa berada dalam wujud cair karena bintang induknya jauh lebih dingin dari Matahari.

Bagi pekerja efek visual film John Knoll dari Industrial Light & Magic, salah satu divisi di Lucasfilm Ltd., San Fransisco, bekerja di film seringkali mereka dituntut untuk menciptakan sesuatu yang belum pernah dilihat sebelumnya. Akan tetapi baginya penemuan saintifik yang membuktikan sesuatu itu justru lebih spektakuler dari apapun yang bisa dibayangkan. Tak bisa disangkal penemuan-penemuan seperti ini akan mempengaruhi sekaligus menginspirasi para pembuat cerita. Keberadaan bukti tersebut itulah yang memicu manusia untuk bermimpi lebih besar dan membuka wawasan untuk melihat kemungkinan baru di luar apa yang ada saat ini.

Sumber : Science@NASA

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

2 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini

  • Wuaaa, keren keren ..

    Apa tempratur planet yg ngorbit bintang ganda gitu ga berubah-ubah? Kan jarak planet dari kedua bintang berubah-ubah ..

  • Wuaaa, keren keren ..

    Apa tempratur planet yg ngorbit bintang ganda gitu ga berubah-ubah? Kan jarak planet dari satu bintang dan bintang lainnya berubah-ubah ..