fbpx
langitselatan
Beranda » Pembentukan Planet Baru di T Chamaeleon?

Pembentukan Planet Baru di T Chamaeleon?

Dengan menggunakan Very Large Telescope milik ESO, tim peneliti internasional dari Max Planck Institute for  Astronomy, Heidelberg, Germany berhasil mempelajari piringan materi yang memiliki waktu hidup pendek di sekitar bintang muda yang sedang berada pada tahap awal pembentukan sistem keplanetan.  

Pasangan di Bintang T Chamaeleon

Ilustrasi piringan di sekitar bintang muda T Cha. kredit : ESO/L. Calçada

Apa yang menarik dari penemuan ini? Setelah bertahun-tahun, kini para peneliti exoplanet bisa mendeteksi obyek kecil yang menyebabkan terjadinya gap besar yang ditemukan dalam piringan. Apakah si obyek ini planet atau bintang katai coklat, para peneliti masih harus mempelajarinya lebih lanjut.

Planet terbentuk dari piringan material yang ada di sekitar bintang muda, tapi transisi dari piringan debu menjadi sistem keplanetan biasanya terjadi sangat cepat dan biasanya pada fase ini ada beberapa obyek yang tertangkap. Nah salah satu obyek tersebut adalah T Chamaeleontis (T Cha), sebuah bintang redup yang berada di konstelasi Chamaeleon. Bintang ini mirip Matahari tapi sedang berada pada tahap awal evolusinya aka masih sangat muda atau baru memulai kehidupannya.

T Cha berada pada jarak 350 tahun cahaya dari Bumi dan baru berusia 7 juta tahun. Yang membuatnya jadi unik adalah karena sampai saat ini belum ada pembentukan planet yang berhasil dideteksi dalam piringan transisi meskipun planet yang berada pada piringan debu yang lebih tua  sudah pernah terlihat sebelumnya di Beta Pictoris.

Pengamatan T Cha
Studi awal yang dilakukan pada T Cha menunjukkan bahwa ia merupakan target yang tepat untuk mempelajari pembentukan sistem keplanetan. Yang menjadi masalah, bintang ini berada cukup jauh dan dibutuhkan kemampuan yang sangat tinggi dari Very Large Telescope Interferometer (VLTI) untuk bisa memperlihatkan dan memisahkan setiap detil dengan sangat baik untuk menunjukkan apa yang sedang terjadi dalam piringan debu tersebut.

T Cha pertama kali diamati dengan menggunakan instrumen AMBER dan VLT Interferometer (VLTI). Dalam penglihatan instrumen tersebut, sebagian piringan materi membentuk cicin debu tipis yang hanya berjarak 20 juta km dari bintang.

Di luar piringan bagian dalam, ditemukan area tanpa debu dengan bagian terluar dari piringan merentang sampai 1,1 milyar km dari bintang.

Menurut Nuria Huélamo (Centro de Astrobiología, ESAC, Spanyol), peneliti lainnya dalam studi T Chamaeleon, gap yang ada dalam piingan debu di sekitar T Cha seperti senjata berasap yang memunculkan pertanyaan mungkinkah para peneliti ini sedang menjadi saksi dari pasangan yang membentuk gap di dalam piringan protoplanet?

Untuk bisa menemukan pasangan yang redup dan berada demikian dekat dengan bintang terang jelas memberikan tantangan tersendiri. Tim peneliti ini menggunakan instrumen NACO pada VLT untuk bisa mencapai tujuan mereka.

Hasil analisa menunjukkan kalau tim peneliti tersebut menemukan tanda keberdaan sebuah obyek di dalam gap piringan debu pada jarak 1 milyar km dari bintang atai sedikit lebih jauh dari jarak Matahari-Jupiter di Tata Surya dan si obyek ini berada dekat dengan tepi terluar gap.

Baca juga:  Batu yang Bertebaran di Angkasa

Penemuan ini menandai pertama kalinya dideteksi sebuah obyek yang lebih kecil dari bintang dalam gap piringan debu pembentukan planet di sekeliling bintang muda. Bukti yang ada menunjukkan, obyek pasangan tersebut bukanlah bintang normal tapi bisa jadi ia merupakan bintang katai coklat yang dikelilingi debu ataukah yang lebih menarik lagi, sebuah planet yang baru terbentuk.

Dibutuhkan observasi lanjutan di masa depan untuk mengetahui apakah obyek yang baru ditemukan itu sekaligus untuk memahami apakah yang menjadi bahan bajar bagi bagian dalam piringan debu tersebut.

Sumber:ESO

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

2 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini

  • wah…pasti senang sekali jadi mbak, mempunyai pengetahuan tentang dunia planet, soalnya yg saya tau cuma planet bumi yg saya cangkul setiap pagi dan sore hari (saya seorang petani), wah jadi kepengen nyangkul di planet lain selain bumi, enaknya di tanami apa ya….hehehe

  • … kalau saya, tidak tahu apa-apa mengenai ini, karena sama dengan mempertaruhkan sebuah komputer dengan kemudahan seperti sebuah kalkulator, dengan asumsi binary digit biasa tetapi bermanfaat seperti sebuah bank… di dalam Al-Qur’an, kita adalah manusia yang beragama, itu saja… bukankah sebuah paradox dapat juga berarti genap/ganjil?