fbpx
langitselatan
Beranda » Flare Matahari Kelas X2 Mengarah Ke Bumi

Flare Matahari Kelas X2 Mengarah Ke Bumi

Pada tanggal 13 Februari 2011 pada pukul 23.38 wib, bintik Matahari 1158 melepaskan flare Matahari yang cukup besar dengan skala M6,6 dan erupsi tersebut mencapai puncaknya pada tanggal 15 Februari 2011 jam 08.56 wib saat ia kembali melepaskan flare Matahari dengan skala X2.

Flare Matahari yang dilepaskan Bintik Matahari 1158. Kredit : SDO/NASA

Skala atau Kelas X2 merupakan tipe flare Matahari yang paling kuat dan menjadi erupsi pertama dari Siklus Matahari ke-24 yang akan berlangsung di waktu yang akan datang.

Kedua erupsi yang terjadi pada tanggal 13 dan 15 Februari ini direkam oleh Solar Dynamic Observatory milik NASA dan SDO juga berhasil melihat radiasi ultra ungu yang ekstrim yang muncul dari flare tersebut.  Selain mengirimkan radiasi UV (ultraungu) ke Bumi, ledakan ini juga melontarkan CME (lontaran massa korona) ke arah Bumi. Pada film yang diambil STEREO-B, tampak perluasan awan yang terbentuk dan diharapkan badai geomagnetik akan terjadi saat CME tiba di Bumi pada tanggal 17 Februari 2011.

Saat CME mencapai Bumi, ia akan berinteraksi dengan medan magnet di Bumi dan berpotensi untuk menimbulkan badai geomagnetik. Pada kejadian tersebut, aliran partikel Matahari akan mengalir turun sesuai dengan garis-garis medan magnetik Bumi ke kutub-kutub Bumi dan bertabrakan dengan atom nitrogen dan oksigen di atmosfer.

[qt:/wp-content/uploads/2011/02/x2flare.1.m4v 500 300]

Saat itulah para pengamat di lintang tinggi akan dapat menikmati  aurora atau tirai cahaya warna warni. Tidak akan ada efek signifikan bagi Bumi. Dampak yang mungkin terjadi, antara lain: gangguan pada jaringan listrik karena transformator dalam jaringan listrik akan mengalami kelebihan muatan, gangguan telekomunikasi (merusak satelit, menyebabkan black-out frekuensi HF radio, dll), navigasi, dan menyebabkan korosi pada jaringan pipa bawah tanah.

Pengamatan terjadinya flare atau semburan Matahari pada tanggal 15 Februari 2011 juga dilakukan oleh Alfan Nasrulloh dengan menggunakan teleskop radio JOVE dari observatorium Bosscha.  Selain mendapatkan data terjadinya semburan, para pengamat juga berhasil merekam suara dari semburan radio tersebut. Hasil ini merupakan milestone atau tonggak sejarah yang besar dalam pengembangan teleskop Radio JOVE di Observatorium Bosscha. Menurut Alfan, dari hasil tersebut  Observatorium Bosscha bisa terlibat aktif di radio (frekuensi rendah) untuk “menyambut” siklus aktifitas matahari ke-24 dengan puncak aktifitas matahari sekitar 2012-2014 dalam bentuk solar patrol.

Diagram Pengamatan Radio JOVE 20,1 MHz 15 Februari 2011 jam 11:35:08 - 11:37:08 WIB Pada sekitar 04:36 UT atau jam 11:36 WIB tercatat ada semburan yang sangat besar. Perhatikan perbandingannya dengan level normal sebelum dan sesudahnya. Peningkatannya sekitar 7 kali lipat Kondisi langit berawan rata dan cukup tebal saat pengamatan. Garis merah vertikal adalah interferensi lokal. Kredit : Alfan N


Flare Matahari skala M6,6 tanggal 13 Februari 2011

Flare Matahari tanggal 13 Februari 2011. Kredit : SDO/NASA

Sebelum bintik Matahari 1158 melepas flare dengan skala X2, pada tanggal 13 Februari 2011, ia juga melepaskan ledakan dengan skala M6,6 yang berhasil direkam oleh SDO milik NASA.

Erupsi tersebut menyebabkan terjadinya ledakan keras pada gelombang radio yang bisa didengar oleh penerima gelombang pendek di siang hari. Thomas Ashcraft di New Meksiko berhasil merekam suara tersebut pada gelombang 19 – 21 MHz.  Menurut Thomas, itu merupakan letupan gelombang radio terkuat dalam siklus Matahari yang baru ini.

Baca juga:  Mengapa Kalian Tidak Bisa Menyembunyikan Pesawat Antariksa di Nebula

Sumber terjadinya flare Matahari tersebut yakni bintik Matahari 1158 berkembang sangat cepat dan area aktifnya sudah memiliki lebar lebih dari 100000 km, dengan setidaknya ada selusin inti hitam seukuran Bumi tersebar dibawah kanopi magnetik yang tidak stabil.

Awan lontaran massa korona dari flare Matahari tanggal 13 Februari ini juga bergerak ke Bumi dan menghasilkan aurora yang spektakuler bagi pengamat di lintang tinggi

Aurora yang tampak di Henningsvaer, Lofoten, Norwegia yang dipotret Gabi dan Gunter Reichert. Kredit : Gabi & Gunter Reichert
Aurora yang tampak dari area Murmansk, Russia yang dipotret Valentin Jiganov. Kredit : Valentin Jiganov

Refrensi : Spaceweather, 3D Sun, Landscape

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

5 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini

  • ledakan yang lalu membuat iklim bumi berubah sekali, sekarang terjadi lagi , apa yang akan kita alami kemudian

  • Pada tanggal tersebut hape saya dan beberapa teman kantor tidak bisa membuat panggilan keluar.Tapi hanya pengguna kartu T-S*L aja.Apa karena flare ini ya?

    • itu sih karena operator t-s*l nya yg bermasalah. flarenya terjadi tgl 15 feb bukan berarti langsung kerasa akibatnya. butuh waktu 36-48 jam sebelum partikel2 itu mencapai bumi.

  • mbak ivie, seberapa efektif sabuk Van Allen dalam melindungi bumi? lalu apakah efeknya bagi kita yg berada di daerah ekuator?

    thx