fbpx
langitselatan
Beranda » Menelusuri Ledakan Bintang dalam 3 Dimensi

Menelusuri Ledakan Bintang dalam 3 Dimensi

Untuk pertama kalinya, para astronom bisa melihat distribusi materi yang terlontar oleh ledakan bintang di alam semesta dari sudut pandang 3 dimensi. Ledakan yang memang baru terjadi itu tidak hanya kuat namun juga terkonsentrasi pada satu arah tertentu.

Supernova 1987A

Supernova 1987A dalam 3 dimensi yang dilihat VLT. kredit : ESO/L. Calçada

Berbeda dengan Matahari yang akan mati dalam kondisi yang lebih tenang, bintang masif biasanya mengakhiri hidupnya meledak sebagai supernova dan melontarkan sejumlah besar materi. Kali ini, Very Large Telescope (VLT) milik ESO melakukan pengamatan pada Supernova 1987A (SN 1987A) yang ada di dekat Awan Magelan Besar. SN 1987A pertama kali terlihat pada tahun 1987, dan merupakan supernova pertama yang bisa dilihat dengan mata bugil selama 383 tahun. Selain itu, jaraknya yang dekat memungkinkan astronom untuk mempelajari ledakan bintang masif tersebut beserta akibatnya dengan detil yang lebih baik dibanding sebelumnya.

Bagi para astronom, SN 1987A merupakan tambang baru bagi astrofisikawan. Bagaimana tidak, ia menyediakan berbagai pengalaman pertama yang bisa di dapat para astronom disini. Di antaranya, pertama kali pendeteksian nutrino pada keruntuhan inti bintang yang memicu terjadinya ledakan, lokalisasi dan pengarsipan plat fotografi dari bintang sebelum meledak, terjadinya tanda-tanda ledakan yang asimetri, pengamatan langsung elemen radioaktif yang diproduksi selama berlangsungnya ledakan, pengamatan terbentuknya debu di dalam supernova dan juga pendeteksian materi piringan dan materi antar bintang.

Model Pertama Yang Tidak Simetris

Pada pengamatan yang baru dengan menggunakan instrumen SIMFONI (Spectrograph for INtegral Field Observations in the Near Infrared) yang dipasang pada VLT milik ESO, astronom mencoba menggali lebih dalam lagi pengetahuan dan informasi yang bisa di dapat dari supernova tersebut. Apalagi instrumen SIMFONI ini memungkinkan para astronom untuk mendapatkan rekonstruksi 3 dimensi dari pusat ledakan materi.

Hasil pengamatan dengan VLT menunjukkan ledakan yang dulu terjadi ternyata jauh lebih kuat dan lebih cepat di beberapa arah dibanding arah lainnya. Hal ini jelas mengindikasikan bentuk yang tidak teratur dengan beberapa bagian terentang jauh ke ruang angkasa.

Materi pertama yang terlontar dari ledakan tersebut bergerak dengan kecepatan 100 juta km/jam, atau 1/10 kecepatan cahaya atau lagi 100000 kali lebih cepat dari pesawat jet. Yang menarik, meskipun materi tersebut bergerak dengan kecepatan yang luar biasa, ia butuh waktu 10 tahun untuk sampai di tempat dimana cincin gas dan debu yang berasal dari bintang yang sekarat itu sebelumnya berada. Citra yang diambil juga menunjukan keberadaan gelombang materi yang mengembara 10 kali lebih lambat dan mengalami pemanasan dari elemen radioaktif yang terbentuk saat terjadinya ledakan.

Dari pengamatan menggunakan SIMFONI, para astronom berhasil menentukan kecepatan distribusi dari lontaran materi bagian dalam bintang di Supernova 1987A. Akan tetapi meskipun pemahaman akan ledakan supernova masih belum sempurna, namun ketika sebuah bintang meledak jejaknya masih bisa ditemukan terekam pada materi bagian dalam. Dari distribusi materi terlihat kalau lontaran materi ledakan tidaklah simetris ke semua arah dan arah tersebut juga berbeda dari yang diperkirakan sebelumnya berdasarkan posisi cincin.

Baca juga:  Ketika Bintang Mati Karena Spagetifikasi

Perilaku tidak simetris ini juga diprediksikan terjadi oleh beberapa pemodelan supernova sebagai akibat ketidakstabilan pada skala besar yang terjadi selama ledakan berlangsung. Dan yang jelas hasil pengamatan ini sekaligus menjadi bukti pertama dari model tersebut.

Sumber : ESO

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

6 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini

  • Ada videonya nggak? seandainya bisa dilihat langsung..

    Saya rasa ide bagus juga kalau ada yang mengembangkan software ensiklopedia astronomi dari data data yang sudah kita punya.

    • untuk merekam videonya sepertinya gak mungkin kali ya, bayangkan aja gambar yang ada di atas terbentuk dalam waktu 10 tahun sejak ledakan (kalo gak salah baca… hehe), lama sekali merekam jejak seperti itu dalam sebuah video, meskipun saya setuju juga dengan Mba Lisa, tentu sangat menarik sekali jika ada videonya.
      Misalnya nih kalo bintang terdekat dari bumi meledak (alpa centauri), mungkin gak kita merekam videonya ya??? (ngehayal juga nih…)

      • Iya sih, cuma ga ada salahnya berharap.
        Toh perkembangan teknologi semakin cepat.
        Siapa tahu suatu saat kita bisa melihat supernova atau semacamnya secara live dari observatorium.