fbpx
langitselatan
Beranda » Menengok Masa Kanak-Kanak Sistem Keplanetan

Menengok Masa Kanak-Kanak Sistem Keplanetan

Seperti apakah Tata Surya ketika ia masih kanak-kanak? alias seperti apa dan bagaimanakah lingkungan tempat planet-planet terbentuk?

Untuk menjawab pertanyaan ini, adalah tak mungkin bagi manusia untuk kembali ke masa lalu dan mencari tau. Yang bisa dilakukan adalah dengan mengamati keadaan usia sistem keplanetan di tempat lain untuk bisa mengetahui keadaan sistem kita sendiri.

Pencarian Sistem Planet Yang Masih Balita

MWC419
Bintang MWC 419. Kredit : Credit: DSS/STScI/AURUA

Nah, untuk bisa mempelajari sistem keplanetan yang masih sangat muda, para peneliti menggunakan Interferometer Keck untuk mencari sistem tersebut. Interferometer Keck menggunakan teknik penggabungan kekuatan pengumpul cahaya dari 2 buah teleskop 10 meter agar dapat bertindak sebagai teleskop 85 meter.

Dengan menggunakan W.M. Keck Observatory, para astronom berhasil mengamati sistem keplanetan yang masih muda pada MWC 419, sebuah bintang tipe B. MWC 419 memiliki massa beberapa kali massa Matahari dan berada pada jarak 2100 tahun cahaya di rasi Cassiopeia. Usia bintang tersebut masih terhitung muda yakni kurang dari 10 juta tahun dan menempatkan MWC 419 sebagai bintang yang masih kanak-kanak atau yang masih duduk di bangku TK.

Sebagai perbandingan, para astronom menggunakan teleskop tunggal untuk mengamati HR 8799, Fomalhaut dan GJ 758 beserta planet yang mengorbit bintang tersebut. Planet-planet yang diamati pada ke-3 bintang memiliki jarak bervariasi dai 24 – 115 SA.

Hasil pengamatan dengan teknik interferometri menangkap sistem keplanetan muda ini pada panjang gelombang dekat infra merah yang panjang gelombangnya sedikit lebih panjang dibanding cahaya merah dan tak dapat ditangkap oleh mata manusia. Untuk dapat mengamati MWC 419, para pengamat menggunakan kamera infra merah baru agar bisa melakukan pengamatan spektrum pita dari MWC 419.

Piringan Pembentukan Planet MWC 419
Hasil pengamatan pada area di sekitar MWC 419 memperlihatkan kumpulan debu dan gas yang membentuk planet serupa Jupiter, Venus atau bahkan Bumi. Yang menarik, keberadaan gas, debu dan serpihan yang mengorbi bintang muda ini benar-benar menyediakan materi dasar dari planet. Dengan mempelajari area bagian dalam dari si Bintang maka kita bisa mempelajari secara lebih baik baik bagaimana planet Bumi ini bisa terbentuk.

Ilustrasi piringan debu dan gas disekitar bintang. Kredit : Credit: David A. Hardy/ http://www.astroart.org

Dalam pengamatan sistem keplanetan yang masih bayi ini, Sam Ragland dari Observatorium Keck dan rekan-rekannya berhasil juga mengukur keberadaan materi pembentuk planet pada jarak yang sangat dekat dengan bintang induknya. Bahkan jaraknya lebih dekat dibanding jarak Venus – Matahari.

Tim peneliti yang mengamati sistem keplanetan MWC 419 juga berhasil mengukur temperatur pada piringan pembentukan planet sampai pada jarak 50 juta mil dari Bintang atau hanya setengah dari jarak Bumi – Matahari. Lebih tepatnya area itu merupakan area orbit Venus. Penggunaan kamera dengan kemampuan pandang pada inframerah nilah yang memberikan kesempatan pada Interferometer Keck untuk menyelidiki kerapatan dan temperatur pada area pembentukan planet di sekitar bintang muda.

Baca juga:  Mari Berburu Planet di Bintang Lain!

Temperatur debu pada area yang berbeda di sepanjang piringan bagian dalam MWC 419 menujukkan keragaman. Hal ini sekaligus menjadi petunjuk akan perbedaan komposisi kimia dan kondisi fisik debu yang akan sangat berpengaruh pada pembentukan planet.
Sebagai contoh, di Tata Surya, kondisi yang cocok untuk pembentukan planet batuan adalah di area dekat Matahari, sementara planet gas raksasa dan satelit es terbentuk jauh dari Matahari.

Langkah Awal Menuju Perjalanan Panjang di Masa Depan
Pengamatan MWC 419 bisa dikatakan merupakan langkah awal yang sangat penting untuk program yang jauh lebih besar lagi dalam hal pengumpulan data bintang muda. data bintang-bintang muda itu terentang dari bintang bermassa rendah T-Tauri, yang merupakan cikal bakal aka leuhur bintang serupa Matahari, sampai dengan bintang yang lebih masif seperti MWC 419.

Penelitian terhadap bintang pada berbagai rentang ini penting karena, perbedaan massa, ukuran dan luminositas akan juga mempengaruhi karakteristik fisik dan komposisi piringan yang ada di sekitar bintang. Dan efeknya tentu saja planet yang terbentuk akan memiliki komposisi dan karakter fisik yang juga berbeda. Hal ini akan sangat berguna dalam mempelajari awal mula terbentuknya planet yang selama ini jadi misteri bagi manusia.

Sumber : Keck Observatory, Exoplanet Encyclopaedia

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

4 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini

  • liat dari NatGeo ktnya kehidupan dibumi disebabkan oleh gravitasi bulan yang membuat ombak di bumi sitinggi 3000 kaki sehingga laut dan daratan bercampur sehingga membentuk ikatan kimia yang aneh dan menghasilkan DNA.. dulu kan jarak bulan dan bumi tak sejauh skarang.. dan dikatakan bahwa perputaran bulan terhadap bumi akan membuat bulan perlahan lahan manjauh 4cm dari bumi tiap tahunya, dan dimasa depan jarak bulan akan jauh dari bumi dan akan sangat mempengaruhi kondisi alam di bumi

  • Mb’ nanti tgL 15 januari da gerhana matahari annular ya ?
    terus jam berapa mb’ ?

    bales ya mb’ . .
    Makasih