fbpx
langitselatan
Beranda » Asam Amino Pembentuk Kehidupan Dari Luar Angkasa

Asam Amino Pembentuk Kehidupan Dari Luar Angkasa

Pencarian kehidupan di luar Bumi maupun bagaimana sebuah kehidupan bisa muncul masih terus dilakukan. Contoh-contoh dari luar angkasa pun dibawa untuk diteliti. Kali ini, para peneliti NASA berhasil menemukan glycine, sebuah balok komponen pembentuk kehidupan dan contoh komet Wild 2 yang dibawa oleh pesawat ruang angkasa Stardust milik NASA.

Ilustrasi Stardust saat akan melewati komet. Kredit : NASA/JPL
Ilustrasi Stardust saat akan melewati komet. Kredit : NASA/JPL

Glycine adalah asam amino yang digunakan organisme hidup untuk membuat protein. Dan untuk pertama kalinya asam amino ini ditemukan di komet. Penemuan ini menjadi dukungan penting pada teori yang menyatakan sebagian bahan kehidupan dan bahan-bahan dasar pembentuk kehidupan terbentuk di ruang angkasa dan dibawa ke Bumi saat terjadinya bombardir meteor dan komet di masa lalu. Tak hanya itu, penemuan ini juga bisa menguatkan juga pernyataan yang sudah lama ada yakni kehidupan tidaklah langka melainkan umum di alam semesta.

Dalam kehidupan manusia, protein bisa dikatakan merupakan molekul pekerja dalam kehidupan. Ia ada dalam segala hal mulai dari struktur rambut hingga enzim, ia juga katalis yang mempercepat dan mengatur reaksi kimia. Sama seperti ke 26 abjad yang kemudian dalam berbagai kombinasi bisa mengahsilkan jutaan kata-kata, kehidupan menggunakan 20 asam amino yang berbeda dalam berbagai kombinasi untuk membangun jutaan protein berbeda.

Stardust, dalam perjalanan ruang angkasanya melewati area gas dan debu berkerapatan tinggi yang melingkupi inti es Wild 2 pada tanggal 2 Januari 2004. Saat pesawat ini melewati materi tersebut, Stardust mengambil contoh gas dan debu tersebut dengan kisi khusus yang diisi aerogel – materi seperti sepon yang 99% materinya merupakan ruang kosong -. Kisi tersebut  dimuat di dalam kapsul yang kemudian dilepaskan dari pesawat dan terjun dengan parasut menuju Bumi pada tanggal 15 Januari 2006. Semenjak saat itu, para peneliti di seluruh dunia mulai menganalisis contoh yang dibawa untuk mengungkap rahasia pembentukan komet dan sejarah Tata Surya.

Menurut Dr. Jamie Elsila dari NASA Goddard Space Flight Center, Greenbelt, Md, analisa awalnya dilakukan pada alumunium foil yang ada di sisi ruang kecil yang memiliki aerogel di kisi tersebut. Saat molekul gas melewati aerogel, sebagian akan tersnagkut di kertas timah tersebut. Analisa ini tidak dilakukan dengan cepat. Butuh 2 tahun untuk menguji dan mengembangkan peralatan yang ada untuk mendapatkan hasil yang akurat dan memiliki sensitivitas yang cukup.

Analisis awal di laboratorium Goddard menunjukan keberadaan glycine di alumunium dan pada contoh aerogel. Masalah yang muncul kemudian, glycine merupakan komponen yang memang digunakan pada kehidupan terrestrial, sehingga pada awalnya tim yang dipimpin Elsila tidak dapat memisahkan kontaminasi dari sumber yang ada di Bumi. Karena bisa saja glycine yang ditemukan ini berasal justru dari Bumi saat pabrikasi pesawat ruang angkasa Stardust.

Baca juga:  Mungkinkah Ada Kehidupan di Titan?

Untuk itu dilakukan penelitian baru dengan melakukan analisis isotopik terhadap kertas timah untuk bisa menghilangkan kontaminasi dari Bumi. Isotop merupakan versi elemen yang memiliki berat atau juga massa yang berbeda. Contohnya, secara umum Carbon 12 memiliki 6 proton dan 6 neutron di inti, sedangkan Carbon 13 lebih berat karena memiliki neutron ekstra di inti.

Molekul Glycine dari ruang angkasa cenderung memiliki lebih banyak atom Carbon 13 yang lebih berat di dalamnya dibanding glycine yang ada di Bumi. Setelah melakukan penelitian lanjutan, ditemukan kalau glycine yang dibawa kembali oleh Stardust ini memiliki tanda isotop extraterrestrial dan mengindikasikan asalnya memang dari komet.

Sumber : NASA

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

6 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini

  • Bukankah lebih sulit menerima teori yang mengatakan bahwa kehidupan berbasis karbon berasal dari luar angkasa sedangkan kita tahu keadaan disana tidak bersahabat dengan kehidupan jenis itu?

    Profesor Fred Hoyle boleh saja mengatakan demikian, dan penemuan salah satu asam amino dari inti komet WIld2 boleh jadi hanya sebuah kejadian reaksi kimia yang terjadi secara kebetulan karena percobaan Miller-Urey sdh membuktikannya. Mungkin saja kondisinya memenuhi syarat secara acak. Namun jika membentuk ke-20 asam amino yang lengkap di luar angkasa barangkali belum bisa dibuktikan apalagi kemudian membentuk protein terus rantai DNA terus DNA itu menulis kode (resep) pembuatan asam amino agar bisa direproduksi di pabrik sel sampai proses kehidupan yang kompleks yang sampai sekarang tidak mampu dijelaskan oleh teori neo-darwinism secara tuntas, jadi penelitian ini masih jauh dari kesimpulan. Seandainya ditemukan rantai DNA dari luar angkasa? Mimpi kale yee…

    Saya setuju bahwa bahan-bahan pembentuk kehidupan boleh jadi tersebar di seantero jagad. Kemungkinan pada awalnya tata surya terbentuk dipadati oleh sup2 organik yang dihasilkan oleh aktivitas matahari muda dan awan gas debu yang membentuk planet. planet yang terbentuk dengan komposisinya masing2 mengandung sup organik tersebut, namun dalam evolusinya ternyata hanya planet bumi yang memenuhi syarat zona habitasi membentuk atmosfer yang melindungi sup organik tersebut agar tidak menghilang dan musnah seperti yang terjadi di planet2 tetangga bumi. Terus entah bagaimana, sup organik ini menjelma menjadi organisme bersel tunggal dan dimulailah proses evolusi yang panjang.

    Jika jejak sup organik ini bisa terlacak (salah satunya di komet Wild 2), mungkin sejarah kehidupan tidaklah terlalu mencekam… walaupun ada segudang pertanyaan lain menunggu untuk dijawab..

    semoga sebelum bumi ini berakhir, kita mengetahui jawabannya… :p

  • tapi glysin bukan satu-satunya asam amino yg membentuk protein makhluk hidup…salah satunya memang iya, diantara asam amino yg lain seperti adenin, guanin, sitosin, dll kurang labih 20 jenis asam amino yg menyusun protein makhluk hidup (seperti DNA, RNA, enzim , dll)…kalau glysin ditemukan diangkasa sana itu tidak berarti kehidupan di bumi berasal dari sana…itu hanya salah satu kemungkinan… di bumi pun, dg kandisi yag ada, memungkinkan terbentuknya asam amino bahkan bukan hanya glysin, terbukti dg munculnya makhluk hidup di bumi… semua makhluk hidup di bumi tidak ada begitu saja tapi diciptakan…adalah mustahil asam amino tiba-tiba membentuk satu senyawa protein, lebih-lebih lagi membentuk rangkaian DNA, tanpa adanya peran sang pencipta…saya ingin menekankan bahwa kehidupan itu diciptakan, bukan ada dg sendirinya secara kebetulan seperti yg digagas oleh darwinis…tapi nampaknya darwinisme telah mengakar di kalangan para saintis terutama sains biologi

    • berita menarik..sudah lama saya tunggu bukti asam amino bisa ditemukan
      di luar bumi…
      tapi karena kehidupan pertama berevolusi dari RNA, saya butuh RNA bisa terbentuk di alam
      sebagaimana asam amino glisin terjadi..

  • Eh bukannya Adenin, Cytosin, Guanin, dan timin tu basa nitrogen dalam DNA ya….

    Kalo asam amino kan seharusnya valin, leusin, Isoleusin, tirosin, metionin dll