fbpx
langitselatan
Beranda » Penemuan Cincin Tak terlihat Oleh Cassini

Penemuan Cincin Tak terlihat Oleh Cassini

Cassini menemukan adanya gap dalam sup partikel energi tinggi di dekat orbit dua buah satelit kecil Saturnus. Penemuan ini mengindikasikan keberadaan cincin sebagian yang mengelilingi Saturnus. Namun yang menarik, cincin tersebut belum diketahui, bahkan tidak terlihat oleh Cassini. Penemuan ini menunjukan kalau materi yang membentuk cincin Saturnus tidak hanya berasal dari satelit-satelit besar di Saturnus tapi juga dikontribusikan oleh satelit-satelit kecil.

Beberapa satelit Saturnus, termasuk Methone dapat dilihat dalam foto tersebut. Kredit Gambar : NASA/JPL/Space Science Institute

Sekelompok tim peneliti baru saja mendeteksi 2 pecahan aneh di dekat hujan elektron energi tinggi yang membombardir Cassini saat berada di dekat Saturnus. Penemuan ini dilakukan menggunakan Low Energy Magnetospheric Measurement System milik Cassini, bagian dari instrumen imaging magnetosfer. Lubang gap ini terlihat berada di antara 2 satelit yang baru ditemukan, Methone dan Anthe. Methone ditemukan Cassini tahun 2004 dengan diameter 3 km, sedangkan Anthe ditemukan dari foto yang diambil cassini tahun 2007, dengan diameter skeitar 2 km. Kedua satelit ini berada di orbit Mimas dan Enceladus.

Hasil observasi menunjukan, bahkan satelit terkecil di Saturnus pun bisa menjadi sumber debu dalam sistem Saturnus. Nah, jika satelit kecil ini benar-benar memberi kontribusi terhadap adanya debu dalam cincin Saturnus, maka observasi lanjutan terhadap cincin perlu dilakukan. Dengan demikian, informasi yang didapat dari debu di cincin akan bisa memberikan pengetahuan tentang permukaan Methone dan Anthe yang sulit diamati karena ukurannya yang kecil.

Satelit dikenal sebagai objek yang menyerap partikel energi tinggi. Fakta adanya kehilangan partikel diketahui Cassini dengan cara yang sama ketika sesaat lamanya tidak terjadi hujan di windshield saat Cassini bergerak dibawah jembatan. Gap aliran elektron menunjukan ada sesuatu yang lebih luas yang menyerap partikel yang sudah terisi (fully charged). Sayangnya, gap yang dilihat Cassini di Methone dan Anthe sangat luas (1000 km – 3000 km), dan tidak dapat dijelaskan oleh keberadaan satelit-satelit kecil tersebut. Hasil perhitungan mengindikasikan kalau kedua satelit kehilangan debu dari permukaannya, dan debu tersebut membentuk beberapa garis lengkung di sepanjang orbitnya. Masing-masing cincin diperkirakan memiliki lebar beberapa ribu km yang diisi butiran debu yang besar atau gumpalan debu.

Materi yang terlepas ini akan membentuk cincin akibat adanya pertarungan gaya gravitasi antara satelit-satelit besar di Saturnus seperti Mimas. Proses serupa juga ditemukan pada lengkungan cincin G Saturnus.

Bagaimana materi-materi tersebut bisa lepas? Diperkirakan tabrakan meteorlah yang menyebabkan terlepasnya materi debu dari permukaan Menthone dan Anthe. Proses yang sama juga diperkirakan terjadi pada pembentukan cincin Jupiter di orbit satelit Almathea, Thebe, Metis dan Adrastea. Situasi yang sama juga mungkin terjadi di Saturnus. Faktanya, cincin dengan asal muasal yang mirip juga dideteksi dalam foto yang diambil Cassini disepanjang orbit satelit Saturnus, Janus, Epimethus dan Pallene.

Baca juga:  Cikal Bakal Exobulan dalam Piringan Debu Exoplanet

Yang aneh adalah, lengkungan cincin ini masih belum bisa dideteksi dalam foto yang diambil Cassini, sementara yang ada di orbit Janus, Epimethus dan Pallene yang juga diperkirakan berasal dari proses yang sama sudah bisa dilihat dalam foto yang diambil Cassini. Artinya, debu yang membentuk 2 kelas cincin ini memiliki karakteristik dan ukuran yang juga berbeda. Tapi, yang pasti, alasan di balik semua perkiraan ini masih sebuah misteri.

Sumber : NASA JPL

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini