fbpx
langitselatan
Beranda » Observatorium Bosscha: Cagar Ilmu Pengetahuan, Budaya dan Peradaban Manusia

Observatorium Bosscha: Cagar Ilmu Pengetahuan, Budaya dan Peradaban Manusia

Di dalam relung-relung kedalaman luas alam semesta, beberapa pernik-pernik mikro debu dan gas saling berinteraksi melalui gaya gravitasi satu dengan yang lain. Dinamika ini menyebabkan tarikan debu-debu mikro lainnya yang akhirnya melahirkan sistem dengan struktur kompleks.

Observatorium Bosscha. kredit : ivie

Proses evolusi itu berkesinambungan selama berpuluh juta bahkan bermiliar tahun, untuk melahirkan obyek-obyek langit yang eksotik seperti sebuah planet, bintang atau galaksi. Suatu kala dengan langkah hidup yang jauh di luar jangkauan pencapaian ilmu pengetahuan dan peradaban manusia. Tersurat bahwa dalam alam makro kosmos rentang waktu dan ukuran spasial (berhubungan dengan ruang) belumlah diketahui tepian fisisnya. Wajarlah kemudian terbetik pertanyaan mungkinkah ilmu pengetahuan manusia yang masih seumur kecambah dapat merambah desain akbar alam semesta ini?

Sebagai gambaran adalah jarak Bumi-Matahari dalam satuan kecepatan cahaya 300.000 km per detik ditempuh dalam waktu hanya sekitar 8 menit. Waktu yang setara dengan 150 juta km. Sedangkan jarak menuju galaksi terdekat, yaitu galaksi Andromeda sebesar 3 juta tahun cahaya. Denyutan orde menit tidaklah berarti dengan orde juta tahun. Skala jagat raya membuat sistem tata surya ibarat debu yang terabaikan. Bahkan kerusakan yang diperbuat manusia terhadap lingkungan hidupnya sendiri di Bumi, sama sekali tidak menimbulkan perturbasi (gangguan) sedikitpun terhadap fenomena fisis alam dan roda-roda evolusinya. Apakah hasil-hasil analisis observasi astrofisika manusia tiga abad terakhir dapat memahami mekanisme ataupun proses-proses fisika kimia yang mempunyai sidik jari universal untuk dapat dipakai merekonstruksi desain alam ini? Akankah manusia dapat menjawab nalurinya sendiri tentang asal-usul jagat tampak ini?

Kurir informasi dan Teknologi
Ilmu pengetahuan bidang astronomi mempelajari, memahami dan memprediksi fenomena ataupun proses fisis dan kimia yang terjadi dalam alam semesta. Isi alam semesta tidak lain berupa partikel-partikel elementer sampai dalam bentukan nebula, planet, bintang, galaksi, dll. Informasi dari obyek langit dibawa kurir dari segenap penghuni di tepian penjuru alam semesta. Salah satu kurir informasi bernama foton ini diterima untuk kemudian diubah dalam bentuk sinyal-sinyal (analog atau dijital) oleh pengamat di bumi. Model-model fisis selanjutnya direkonstruksi dan prediksi berbasis integrasi data observasi terkini dikemukakan oleh para astrofisikawan. Observasi terus dilakukan untuk validasi dan pengembangan model dan teori yang ada. Demikianlah siklus ilmu pengetahuan tentang astrofisika. Selain peran pentingnya dalam ilmu pengetahuan fundamental, astronomi juga merupakan jembatan pembelajaran multi disiplin. Tidak hanya astronomi berinterseksi dengan fisika partikel untuk permasalahan keadaan dini alam semesta dan tahap lanjut evolusi interior benda-benda langit, tetapi juga memiliki kaitan yang erat dengan kimia, biologi, geologi, cuaca dan iklim kebumian, sampai pengembangan teknologi lanjut.

Mempelajari alam semesta adalah cermin dari sebuah naluri mencari asal-usul Bumi tempat berpijak dan beranak pinak, serta untuk mengetahui posisi kita dalam ketiadaan tepi kosmik. Hal ini secara sistematik menjadi titian untuk ekspresi jati diri tentang keindahan dan pencarian keluasan arti kebenaran. Secara sosial, informasi alam semesta ini juga membantu mentransformasikan tata nilai masyarakat dari berbudaya takhayul/irasional, untuk bersikap kritis terhadap astrologi atau pengetahuan maya, dan bersikap lebih rasional.

Sebuah observasi astrofisika merupakan strategi yang terencana rapi untuk mengumpulkan informasi, mengukur variabel dan parameter fisis yang didapatnya dan menganalisis untuk hasil yang sesuai dengan acuan-acuan dasar keilmuan. Data observasi tidaklah dibuang, akan tetapi disimpan untuk telaah lanjut di kemudian hari atau untuk bekal generasi mendatang. Informasi atau lebih tepat dikatakan energi yang berasal dari obyek langit dibawa oleh kurir berupa gelombang elektromagnetik atau gelombang lain. Dalam perjalanan menempuh ruang dan waktu alam semesta, informasi dapat termodifikasi. Bentuk energi terakhir inilah yang kita amati untuk memberikan gambaran alam semesta. Informasi yang datang mempunyai spektrum energi yang sangat lebar. Tidaklah mungkin kita melakukan observasi untuk menangkap informasi secara simultan.

Baca juga:  Apakah Bintang Pengembara itu ada?

Perkembangan ilmu pengetahuan astrofisika sangatlah bergantung kepada bagaimana penerapan teknologi lanjut yang sesuai. Penyerapan, adaptasi dan transformasi teknologi akan mengubah cara analisis data untuk memperoleh kesimpulan ataupun tantangan baru. Pengetahuan dan teknologi instrumentasi dan detektor yang dipergunakan menangkap informasi berkembang pesat menjadi bidang kajian baru, demikian pula teknik analisis citra. Sehingga tidaklah heran bahwa ilmu pengetahuan astrofisika berkaitan erat dengan perkembangan teknologi bidang displin ilmu lain, seperti mekanik, elektronika, komputasi, dll. Limitasi teknologi berkorelasi langsung dengan ungkapan pemahaman fenomena fisis yang dapat dilakukan.

Dalam lingkup keingintahuan memperoleh informasi astrofisika jagat raya yang lebih besar, pemilihan strategi adaptasi teknologi dan biaya yang harus ditanggung harus diperhitungkan dengan matang. Di sinilah terlihat peran nilai-nilai universal ilmu pengetahuan, sehingga mensinergikan banyak negara dalam sebuah konsorsium. Perlu diingat pula bahwa setiap pengamat menerapkan teknik observasi berarti pula telah dilakukan filter terhadap informasi yang datang. Walaupun demikian informasi astrofisika mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, sekaligus mempunyai potensi ilmu pengetahuan dan aplikasi teknologi lanjut. Semuanya membawa peradaban manusia yang lebih terbuka wawasan keilmuannya.

Observatorium Bosscha dan Pendidikan Formal
Observatorium Bosscha, seperti umumnya observatorium lain di dunia, adalah suatu organisasi dengan ciri-ciri spesifik yang bernuansa internasional. Kaidah-kaidah ilmiah acuan global terpadu dengan nilai-nilai historis dan lingkungan telah mendasari nafas kehidupan Observatorium Bosscha. Detak-detak jantung kebenaran nilai-nilai ilmu pengetahuan itu harus dilestarikan dan perlu dikelola secara terarah, integratif dan profesional. Secara operasional administratif, observatorium ini berada di bawah pengelolaan Departemen Astronomi, FMIPA (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam), ITB.

alam usianya yang sudah mencapai 80 tahun, fungsi utama sebuah observatorium masih tetap dipertahankan sebagai laboratorium penelitian. Dukungan lingkungan hidup yang asri akan memberikan hasil-hasil penelitian yang dapat diterjemahkan menjadi informasi yang sangat bermanfaat bagi pendidikan masyarakat luas. Sebagai pusat penelitian dan pengembangan basic space science, salah satu misinya adalah mencerdaskan kehidupan dan pendidikan bangsa. Pencarian kebenaran ilmu pengetahuan merupakan naluri dan kebutuhan umat manusia, oleh karena itu Observatorium Bosscha terbuka bagi pendidik dan anak didik untuk memperoleh informasi alam semesta. Ilmu pengetahuan tidak layak dijejalkan dalam porsi kurikulum yang masif. Demikian pula anak didik tidak bisa dicetak menjadi peraih hadiah Nobel untuk misal 10 tahun ke depan, tanpa dibarengi dengan pembangunan sistematis sumber daya manusia dan infrastruktur ilmu pengetahuan itu sendiri. Budaya sesuai kaidah ilmu pengetahuan yang logis, kritis dan terbuka selayaknya dimulai dari lingkungan mikro, yaitu keluarga untuk selanjutnya watak dan perilaku dengan ciri tersebut akan membentuk peradaban baru.

Untuk mendukung ketersediaan sumber daya manusia bidang basic space science yang profesional, maka perlu diadakan pendidikan tinggi. Pendidikan setingkat S1 telah ada di bumi Indonesia hampir bersamaan dengan berdirinya lembaga yang kini bernama Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Institut Teknologi Bandung, lebih dari setengah abad yang lalu. Hal ini juga sangat terkait dengan keberadaan Observatorium Bosscha (berdiri 1 Januari 1920), yang sampai saat ini masih merupakan satu-satunya observatorium besar di kawasan Asia Tenggara. Demikian pula, perwujudan pendidikan tinggi astronomi menjadi Departemen Astronomi, ITB, juga masih merupakan satu-satunya lembaga yang melakukan pendidikan astronomi di Indonesia.

Baca juga:  Selamat, Planet Telah Lahir!

Dewasa ini, Departemen Astronomi juga telah mengembangkan pendidikan di tingkat Magister, yang menerima lulusan sarjana dari berbagai bidang, termasuk bidang pendidikan. Calon sarjana dipersiapkan memiliki dasar pengetahuan sains yang kokoh, memiliki wawasan progresif serta adaptif terhadap bidang-bidang terapan yang terkait, serta tanggap terhadap perkembangan sains dan teknologi. Pengalaman menunjukkan bahwa para sarjana astronomi tidak saja siap melanjutkan studi di jenjang yang lebih tinggi, baik di bidang astronomi maupun bidang-bidang terkait, tetapi juga cepat beradaptasi di dunia kerja, apapun bidang pekerjaan tersebut, dengan prestasi yang baik. Hal ini karena proses pendidikan diupayakan untuk membentuk pola berfikir mahasiswa serta metodologi bekerja secara terstruktur, progresif, adaptif dan bertanggung-jawab.

Di garis depan, astronomi berkembang karena penelitian dari ilmu itu sendiri, serta interaksinya dengan berbagai elemen yang membangun astronomi sebagai disiplin ilmu maupun peran sertanya dalam peradaban dan kebudayaan umat manusia yang semakin lama semakin mendunia. Pendidikan ini harus mampu membangkitkan partisipasi yang aktif. Kecenderungan perkembangan pendidikan dan penelitian astronomi di dunia internasional merupakan rujukan utama dari penyelenggaraan pendidikan ini. Yang dimaksud pendidikan di sini adalah di semua jenjang, dari sekolah dasar sampai program doktoral, maupun pendidikan di luar bangku sekolah.

Di negara-negara yang telah ‘mapan’, banyak terdapat asosiasi astronomi dan pemerintah daerah yang peduli terhadap perkembangan/kemajuan pendidikan astronomi, termasuk mencegah meluasnya polusi cahaya. Berbagai lembaga ilmu pengetahuan (termasuk PBB) juga berkontribusi penting dengan membentuk komisi-komisi khusus yang bertugas merancang pendidikan astronomi untuk pengembangan ilmunya sendiri maupun dalam kaitannya dengan bidang-bidang lain. Peserta didik yang kelak mengikuti proses pendidikan ini diharapkan tidak saja menyinari pendidikan dan penelitian astronomi, dan bidang-bidang terkait, tetapi juga pendidikan astronomi di tingkat sekolah dasar dan menengah. Pada akhirnya, tingkat apresiasi masyarakat terhadap sains akan semakin meningkat.

Obervatorium Bosscha mempunyai peran sebagai cagar ilmu pengetahuan dan cagar budaya dengan fungsi untuk membuka tabir desain akbar alam semesta yang masih jauh untuk diketahui. Demikian pula ilmu pengetahuan dan teknologi masih terlampau dini untuk menjangkau tepiannya. Suatu kesalahan fatal jika kita sudah merasa telah mengetahui banyak hal dengan tingkatan ilmu dan teknologi sekarang, padahal masih banyak ketidakjelasan yang ditemui. Sisi lain yang tidak kalah pentingnya adalah pengetahuan keagamaan sebagai pedoman pengembangan lanjut ilmu pengetahuan dan teknologi, sekaligus teman seiring jalan menembus relung kedalaman alam semesta.

Di balik itu semua tuntutan kebutuhan masyarakat terhadap dahaga informasi dan pendidikan basic space science masih sangat tinggi, sehingga diperlukan dukungan dari semua pihak untuk bersama-sama memberikan layanan informasi terbaik. Apresiasi itu adalah tanggung-jawab untuk lebih meningkatkan layanan dalam pemenuhan naluri dan kebutuhan akan kebenaran ilmu pengetahuan. Manifestasi dari integrasi agama, ilmu pengetahuan dan teknologi akan memperbaharui peradaban yang sesuai dengan fitrah dan naluri manusia untuk menegakkan tonggak-tonggak kebenaran.

Avatar photo

Dhani Herdiwijaya

Staf pengajar pada Program Studi Astronomi ITB, dengan latar belakang Tata Surya, dengan spesialisasi pada Matahari. Pernah menjabat sebagai Kepala Observatorium Bosscha dari 2004-2006 dan saat ini merupakan Ketua Program Studi Astronomi ITB.

4 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini

  • udah bagus pembahsannya, hanya di tambah contoh-contohnya agar lebih jelas ok!!!

  • saya sering ke boscha mulai dari saat masih duduk di SD sampe SMA sekarang
    saya agak prihatin dengan boscha
    kayaknya dah terlalu dekat dengan keramaian ya?
    sekarang kalau liat langit bandung warnanya terlalu terang. Bintang-bintang juga dah sulit dilihat
    mungkin seharusnya pemerintah menyiapkan anggaran tuk membuat observatorium baru di tempat yang lebih terpencil dan memadai, papua misalnya 😀
    kalau nggak, para astronom kita selalu keduluan dlm menemukan objek baru dibandingkan negara lain dong…