fbpx
langitselatan
Beranda » Berburu Gerhana Matahari Hibrida 20 April 2023

Berburu Gerhana Matahari Hibrida 20 April 2023

Jangan lewatkan gerhana pertama di tahun 2023 yang akan terjadi pada tanggal 20 April. Gerhana Matahari Hibrida (GMH) atau gerhana yang terdiri dari gerhana matahari cincin dan total. 

Gerhana Matahari yang dipotret Wijaya Sukwanto dari Antartika tanggal 4 Desember 2021. Kredit: Wijaya Sukwanto
Gerhana Matahari yang dipotret Wijaya Sukwanto dari Antartika tanggal 4 Desember 2021. Kredit: Wijaya Sukwanto

Yang membuat gerhana ini jadi istimewa adalah pengamat yang berada di Indonesia, bisa menyaksikan peristiwa Gerhana Matahari tersebut. Sebagian besar pengamat bisa menyaksikan gerhana sebagian, sedangkan sebagian kecil pengamat justru beruntung bisa melihat gerhana total. 

Akan ada area di Indonesia yang benar-benar mengalami malam di siang hari walau hanya sekitar satu detik! Satu detik yang dikejar oleh para pemburu gerhana dari seluruh belahan dunia. 

Gerhana Matahari

Satu hal yang pasti, gerhana Matahari bukan peristiwa langka. Setiap tahun, setidaknya terjadi dua kali gerhana Matahari yang bisa diamati dari suatu wilayah di Bumi. Berbeda dengan gerhana Bulan yang cakupan wilayahnya lebih besar, maksimal lebar area yang mengalami gerhana Matahari sekitar 267 km. Sementara itu, area penumbra atau gerhana sebagian justru lebih luas meski tidak mencakup seluruh permukaan Bumi. 

Implikasinya, wilayah yang dilalui gerhana Matahari setiap tahun akan berbeda-beda. Di Indonesia, Gerhana Matahari Cincin (GMC) yang terakhir terjadi tahun 2019 dan Gerhana Matahari Total (GMT) pada tahun 2016. Di tahun 2023, sebagian kecil wilayah di Indonesia cukup beruntung karena dilintasi umbra Bulan. Itu artinya wilayah tersebut akan menyaksikan Gerhana Matahari Total sedangkan wilayah lain di Indonesia akan menikmati Gerhana Matahari Sebagian (GMS) saat sebagian piringan Matahari tertutup piringan Bulan. 

Hal menarik lainnya, meskipun wilayah Indonesia dilewati jalur totalitas, Gerhana Matahari Total yang disaksikan ini merupakan bagian dari Gerhana Matahari Hibrida atau dua tipe gerhana dalam satu gerhana yang sama. Yup! Gerhana Matahari 23 April 2023 terdiri dari Gerhana Matahari Cincin dan Gerhana Matahari Total. Tentu saja kedua gerhana tidak tampak bersamaan di satu wilayah, melainkan di sepanjang jalur totalitas, ada yang dilewati Gerhana Matahari Cincin dan ada yang dilewati Gerhana Matahari Total.

Gerhana Matahari Hibrida memang termasuk gerhana yang jarang terjadi. Sebelumnya, GMH melintasi Lautan Atlantik dan Afrika Tengah dan setelah 2023, GMH baru akan terjadi lagi tahun 2031 melintasi Lautan Pasifik dan Panama. Untuk wilayah Indonesia, GMH berikut baru akan terjadi tanggal 25 November 2049. 

Dua Gerhana

Saat Gerhana Matahari Hibrida, ada dua tipe gerhana yang terjadi yakni gerhana cincin dan gerhana total. Foto ini menampilkan Gerhana Matahari Cincin 26 Desember 2019 dari Singkawang yang dipotret oleh Avivah Yamani dari Singkawang, dan Gerhana Matahari Total 4 Desember 2021 yang dipotret Wijaya Sukwanto (GMT) dari Antartika.
Saat Gerhana Matahari Hibrida, ada dua tipe gerhana yang terjadi yakni gerhana cincin dan gerhana total. Foto ini menampilkan Gerhana Matahari Cincin 26 Desember 2019 dari Singkawang yang dipotret oleh Avivah Yamani dari Singkawang, dan Gerhana Matahari Total 4 Desember 2021 yang dipotret Wijaya Sukwanto (GMT) dari Antartika.

Gerhana Matahari terjadi saat Bulan berada di antara Matahari dan Bumi, dan ketiganya membentuk konfigurasi satu garis sejajar, sehingga cahaya Matahari dihalangi oleh piringan Bulan. Posisi sejajar ini pada umumnya terjadi saat fase Bulan baru. Akan tetapi, tidak setiap Bulan baru kita bisa menyaksikan gerhana. 

Bulan bergerak mengelilingi Bumi dengan kemiringan orbit sekitar 5 derajat terhadap orbit Bumi dan Matahari (ekliptika). Akibatnya, posisi Matahari – Bulan – Bumi tidak selalu tepat segaris. Ada kalanya bayangan Bulan melintas di atas atau di bawah Bumi sehingga tidak terjadi gerhana. Peristiwa gerhana Matahari hanya terjadi ketika Bulan berada pada area perpotongan orbit Bulan dan bidang ekliptika.

Tapi, perlu diingat juga kalau Bulan bergerak mengelilingi Bumi dalam orbit elips atau lonjong. Itu artinya ada kalanya Bulan berada pada jarak yang lebih dekat dan ada saat Bulan berada pada jarak terjauhnya dari Bumi. Demikian juga dengan Bumi yang mengelilingi Matahari dalam orbit lonjong. Perubahan jarak ini meskipun tidak banyak dalam skala astronomi, bisa menghasilkan perubahan kenampakan piringan Bulan ataupun Matahari jadi lebih kecil atau lebih besar. 

Baca juga:  Infografik: Gerhana Bulan Total 28 September 2015

Ketika gerhana Matahari terjadi kala Bulan di perigee, seluruh piringan Bulan menutupi piringan Matahari. Akibatnya terbentuk kerucut umbra atau bayang-bayang inti Bulan yang menutupi sebagian wilayah di Indonesia. Pengamat di wilayah ini bisa menyaksikan gerhana total. Sementara itu, ketika Bulan di apogee atau titik terjauh dari Bumi, umbra Bulan tidak sampai ke permukaan Bumi dan menghasilkan perpanjangan bayangan (antrumbra) di permukaan bumi. Pengamat di wilayah iniakan menyaksikan gerhana cincin. 

Akan tetapi, Bumi itu bulat dan ada saatnya kelengkungan Bumi ikut berperan dalam menghasilkan dua tipe gerhana pada satu gerhana yang sama.

Ketika bayangan umbra Bulan melewati kelengkungan yang berbeda pada permukaan Bumi, ada kalanya ujung kerucut bayangan umbra tidak sampai ke permukaan sehingga terbentuk perpanjangan bayangan atau antrumbra. Akibatnya lokasi yang ada dalam antumbra akan melihat Gerhana Matahari Cincin. Tapi, ketika kerucut bayangan umbra bulan bergeser ke bagian lengkungan yang lebih tinggi, ujung kerucut bayangan umbra bulan sampai ke permukaan Bumi dan daerah yang dilewati akan mengalami Gerhana Matahari Total.

Yang Diamati Saat GMT

Ketika puncak totalitas saat GMT terjadi, langit tidak saja berubah jadi gelap seperti saat malam hari dan hewan-hewan nokturnal kembali terjaga. Temperatur di sekitar pun turun dan penduduk maupun pengamat bisa merasakan suasana yang jauh lebih sejuk dibanding saat Matahari sedang terang benderang.

Efek manik-manik Baily dan cincin berlian saat totalitas. Kredit: Wijaya Sukwanto

Untuk para fotografer gerhana, ada beberapa momen penting yang juga bisa dipotret. Di antaranya adalah manik-manik Baily, fenomena ketika permukaan Matahari masih bisa melewati permukaan Bulan yang tidak rata saat totalitas. Akibatnya pengamat bisa melihat rangkaian gumpalan cahaya seperti kalung manik-manik di tepi piringan Bulan. Setelah itu, ketika satu per satu manik-manik ini menghilang karena piringan Bulan menutupi seluruh piringan Matahari, hanya tersisi lingkaran korona Matahari dan satu manik-manik yang tersisa. Paduan ini menghasilkan efek cincin berlian di langit siang. Dan sesaat setelah berlian ini menghilang, akan tampak pendar kemerahan dari kromosfer Matahari.

Korona atau Mahkota Matahari saat totalitas terjadi. Kredit: Ronny SYamara
Korona atau Mahkota Matahari saat totalitas terjadi. Kredit: Ronny SYamara

Saat Bulan sudah sudah sepenuhnya menutupi piringan Matahari, maka lapisan korona Matahari akan tampak seperti cincin tipis dan redup yang mengelilingi Bulan saat totalitas. Pada akhirnya, pengamat juga bisa melihat pita bayangan yang terjadi satu menit sebelum dan sesudah totalitas. Ini adalah garis bergelombang cahaya gelap terang pada permukaan polos berwarna sebagai hasil dari cahaya yang dipancarkan oleh Matahari sabit yang dibiaskan oleh atmosfer Bumi.

Dan yang pasti, saat totalitas dan kegelapan menyelimuti langit, pada saat itu pengamat bisa melihat planet maupun bintang yang selama tidak tampak karena tertutup sinar Matahari.

Kenampakan planet-planet saat totalitas gerhana tanggal 20 April 2023 pukul 13:57 WIB. Tampak Merkurius, Venus, Jupiter serta bintang-bintang terang. Kredit: Stellarium.
Kenampakan planet-planet saat totalitas gerhana tanggal 20 April 2023 pukul 13:57 WIB. Tampak Merkurius, Venus, Jupiter serta bintang-bintang terang. Kredit: Stellarium.

GMH 2023

20 April 2023 GMH akan berlangsung selama 05 jam 25 menit 2 detik dengan lebar wilayah jalur totalitas 49 km dan waktu gerhana total terlama 1 menit 16 detik. Totalitas terlama akan terjadi di Laut Timor tepatnya 51 km di tenggara pulau Timor pada pukul 11:16:45 WIB. 

GMH 2023 dimulai dan diakhiri dengan Gerhana Matahari Cincin yang terjadi di Samudera Hindia dan Samudra Pasifik. Gerhana dimulai dari Samudera Hindia dan terus bergerak ke utara melintasi Australia barat di wilayah Exmouth, terus ke Timor Leste, Maluku Barat Daya, Maluku Tengah, Papua Barat, Papua, dan akhirnya berakhir di Samudera Pasifik.

Baca juga:  Gerhana Bulan Sebagian 19 November 2021

Gerhana 20 April 2023 dimulai dengan Gerhana Matahari Cincin di Samudera Hindia dan terus bergerak ke utara menuju Australia. Sebelum mencapai Australia, Gerhana Matahari Cincin sudah berganti dengan Gerhana Matahari Total. Lintasan Gerhana Matahari Total 20 April 2023 melewati sebagian wilayah Australia barat, Timor Leste, Maluku Barat Daya, Maluku Tengah, Papua dan Papua Barat. Gerhana Matahari Hibrida ini berakhir dengan Gerhana Matahari Cincin di Samudera Pasifik di wilayah lautan Mikronesia. Lebar wilayah jalur totalitas juga beragam dari 1 – 49 km merentang dari lautan Hindia sampai lautan Pasifik. 

Untuk Indonesia, totalitas gerhana akan melintasi Pulau Kisar, Pulau Maopora, ujung barat Pulau Manaoka, wilayah Oeta di Kepulauan Watubela, Antalisa, wilayah di leher burung Papua, Roswar, Pulau Num, Pulau Roon, Biak. Wilayah di luar jalur totalitas atau yang berada dalam penumbra atau bayang kabur, akan menyaksikan Gerhana Matahari Sebagian.

Waktu Gerhana Total di Indonesia

LokasiDurasi TotalGMS dimulaiGMT dimulaiMaksimumGMT berakhirGMS berakhir
Pulau Kisar
1 menit 14 detik11:47 WIT13:22 WIT13:23 WIT13:23 WIB14:57 WIB
Pulau Maopora
59 detik11:49 WIT13:24 WIT13:25 WIT13:25 WIT14:59 WIT
Pulau Damar52,9 detik11:51 WIT13:27 WIT13:28 WIT13:28 WIT15:02 WIT
Kep. Watubela1 menit 7,9 detik12:03 WIT13:40 WIT13:40 WIT13:41 WIT15:13 WIT
Pulau Manawoka17 detik12:04 WIT13:40 WIT13:40 WIT13:40 WIT15:13 WIT
Antalisa, Karas1 menit 10, 4 detik12:08 WIT13:44 WIT13:45 WIT13:45 WIT15:16 WIT
Roswaar56,7 detik12:14 WIT13:51 WIT 13:51 WIT 13:52 WIT 15:22 WIT
Pulau Roon43,9 detik12:14 WIT13:51 WIT 13:51 WIT 13:52 WIT 15:22 WIT
Pulau Maransabadi1 menit 5,3 detik12:15 WIT13:52 WIT 13:52 WIT 13:53 WIT 15:22 WIT
Pulau Num1 menit 2,3 detik12:18 WIT13:54 WIT 13:54 WIT 13:55 WIT 15:24 WIT
Geauser, Pulau Japen59 detik12:18 WIT13:54 WIT 13:55 WIT 13:55 WIT 15:24 WIT
Biak1 menit 3,9 detik12:20 WIT13:56 WIT 13:57 WIT 13:57 WIT 15:26 WIT

Waktu GMS di beberapa kota di Indonesia

LokasiLokasiGMS dimulaiMaksimumGMS dimulai
Medan3,33%10:13 WIB11:50 WIB11:28 WIB
Padang12,9%09:48 WIB10:44 WIB11:43 WIB
Pekanbaru12,3%09:53 WIB10:49 WIB11:47 WIB
Palembang26,35%09:39 WIB10:48 WIB12:01 WIB
Tanjung Pinang17,6%09:53 WIB10:55 WIB12:01 WIB
Jambi20,79%09:44 WIB10:48 WIB11:57 WIB
Bengkulu22,32%09:36 WIB10:41 WIB11:51 WIB
Bandar Lampung33,05%09:31 WIB10:44 WIB12:01 WIB
Pangkal Pinang27,7%09:41 WIB10:52 WIB12:07 WIB
Serang36,97%09:29 WIB10:44 WIB12:04 WIB
Jakarta38,97%09:29 WIB10:45 WIB12:06 WIB
Bandung42,7%09:27 WIB10:45 WIB12:08 WIB
Semarang50,67%09:28 WIB10:50 WIT12:17 WIB
Yogyakarta52,5%09:26 WIB10:48 WIB12:17 WIB
Surabaya57,89%09:29 WIB10:54 WIB12:24 WIB
Pontianak30,9%09:49 WIB11:03 WIB12:20 WIB
Palangka Raya48,39%09:44 WIB11:07 WIB12:34 WIB
Banjarmasin53,04%10:41 WITA12:06 WITA13:34 WITA
Samarinda52,94%10:51 WITA12:17 WITA13:34 WITA
Tanjung Selor44,95%11:01 WITA12:25 WITA13:49 WITA
Denpasar68,6%10:28 WITA11:56 WITA13:28 WITA
Mataram70,98%10:29 WITA11:58 WITA13:31 WITA
Kupang96,8%10:36 WITA12:10 WITA13:46 WITA
Manado68,09%11:05 WITA12:37 WITA14:08 WITA
Gorontalo66,16%10:00 WITA12:32 WITA14:02 WITA
Palu61,5%10:52 WITA12:22 WITA13:52 WITA
Makassar71,6%10:41 WITA12:12 WITA13:45 WITA
Kendari77,18%10:48 WITA12:21 WITA13:55 WITA
Ambon91,23%11:58 WIT13:34 WIT15:08 WIT
Sofifi77,02%12:07 WIT13:42 WIT15:13 WIT
Manokwari96,35%12:16 WIT13:53 WIT15:23 WIT
Jayapura96,35%12:29 WIT14:04 WIT15:30 WIT
Jayawijaya87,2%12:22 WIT13:58 WIT15:25 WIT
Merauke71,37%12:19 WIT13:53 WIT15:19 WIT
Nabire92,4212:15 WIT13:52 WIT15:22 WIT

Untuk mengetahui infor gerhana bisa akses lewat Gerhana.Info

Pengamatan Gerhana Matahari

Selama peristiwa Gerhana Matahari berlangsung, pengamat harus selalu menggunakan filter untuk menyaring cahaya Matahari selama gerhana sebagian berlangsung. Saat gerhana Matahari total berlangsung, pengamat bisa mengamat dengan mata tanpa laat. Tapi saat piringan Bulan meninggalkan Matahari, jangan lupa untuk kembali mengamati dengan filter. Jangan sekali-kali melihat Matahari dengan mata tanpa alat.

Gunakan filter Matahari pada kacamata Matahari maupun teleskop dan binokuler selama pengamatan! Jangan gunakan kacamata hitam, film yang diekspos, CD, atau filter lainnya, karena dapat membahayakan mata. 

Untuk mengetahui cara aman untuk mengamati matahari, sila kunjungi laman kriya astro berikut:

  1. Membuat Kacamata Matahari
  2. Membuat Filter dari negatif film untuk kacamata Matahari
  3. Proyeksi Matahari
  4. Membuat Filter untuk Teleskop
  5. Cara aman mengamati Matahari
  6. Pinhole
  7. Kekeran Matahari ala LS
  8. Venuskoker

Lokasi Pengamatan GMH

Di Indonesia, lembaga dan komunitas astronomi akan melaksanakan pengamatan GMH di berbagai lokasi, dan masyarakat bisa turut bergabung untuk ikut menyaksikan peristiwa alam yang menarik tersebut. Tim langitselatan juga akan melaksanakan ekspedisi GMH ke Biak dan bekerja sama dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Biak Numfor untuk melakukan edukasi dan pengamatan bersama masyarakat Biak. 

Untuk informasi yang lebih lengkap terkait GMH 2023 dan destinasi yang dilintasi oleh jalur cincin, bisa dibaca di Gerhana.Info. Buat pembaca yang ingin mengamat gerhana Matahari secara langsung dengan kacamata gerhana, bisa membelinya di Toko langitselatan.

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

4 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini