fbpx
langitselatan
Beranda » Komidi Putar Kuno

Komidi Putar Kuno

Para astronom menemukan galaksi berotasi ketika Alam Semesta masih muda. Tepatnya 500 juta tahun setelah Dentuman Besar. Itu artinya, cahaya yang kita terima sudah melakukan perjalanan selama lebih dari 13,2 miliar tahun. 

Ilustrasi pembentukan MACS1149-JD1 yang berotasi cepat di awal Alam Semesta. Kredit: ALMA (ESO/NAOJ/NRAO)
Ilustrasi pembentukan MACS1149-JD1 yang berotasi cepat di awal Alam Semesta. Kredit: ALMA (ESO/NAOJ/NRAO)

Galaksi kuno ini berputar sangat lambat jika dibandingkan dengan galaksi masa kini. Para astronom menduga kalau galaksi kuno ini sedang dalam proses untuk mendapatkan tambahan kecepatan.  Penemuan seperti ini sangat penting bagi astronom untuk memahami bagaimana galaksi berevolusi saat masih “kanak-kanak” atau baru terbentuk. 

Seperti Bimasakti, sebagian besar galaksi di Alam Semesta masa kini berotasi terhadap pusatnya. Tapi kapan galaksi mulai berotasi dan bagaimana rotasinya masih jadi pertanyaan karena kapan dan bagaimana rotasi galaksi dimulai akan mempengaruhi lingkungannya. Terutama terkait pembentukan dan evolusi bintang, planet, dan bahkan kehidupan! 

Untuk mengetahui apakah galaksi kuno ini berotasi, tim peneliti yang dipimpin oleh Tsuyoshi Tokuoka dari Universitas Waseda di Tokyo melakukan pengamatan dengan teleskop radio ALMA (Atacama Large Millimeter/submillimeter Array). Mereka melakukan pengamatan selama dua bulan untuk mempelajari galaksi JD1 (Nama lengkap galaksi ini MACS1149-JD1)

JD1 jauh lebih kecil dibanding Bimasakti. Galaksi kita ukurannya 100.000 tahun cahaya, sedangkan JD1 hanya 3.000 tahun cahaya.  Tentu saja 3.000 tahun cahaya itu masih sangat besar. Apalagi kalau punya ide untuk melakukan perjalanan dengan kecepatan cahaya untuk menyebrangi galaksi JD1 dari tepi yang satu ke tepi lainnya. 

JD1 juga berotasi jauh lebih lambat dibanding Bimasakti. JD1 berotasi 50 kilometer per detik atau sedikit lebih cepat dibanding meteor, sedangkan Bimasakti berotasi pada kecepatan 220 kilometer per detik atau dua kali lebih cepat dibanding petir! 

Fakta keren:

Saat ini Teleskop Antariksa James Webb sudah mulai melakukan pengamatan ilmiah. Karena itu para ilmuwan berkeinginan untuk melihat JD1 dengan teleskop JWST. Tujuannya untuk memahami pembentukan galaksi ini. 


Sumber: Artikel ini merupakan publikasi ulang yang dikembangkan dari Space Scoop Universe Awareness edisi Indonesia. Space Scoop edisi Indonesia diterjemahkan oleh langitselatan.

Baca juga:  Telur Paskah Kosmik
Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini