fbpx
langitselatan
Beranda » Hujan Debu Yang Menyokong Pertumbuhan Planet

Hujan Debu Yang Menyokong Pertumbuhan Planet

Hujan abu vulkanik tidak hanya terjadi di Bumi. Di sistem keplanetan, letusan yang menyebabkan hujan debu juga terjadi di piringan protoplanet

Hujan debu yang terjadi di piringan protoplanet dan ikut menyokong pembentukan planet di area terluar. Kredit: Universitas Kagoshima
Hujan debu yang terjadi di piringan protoplanet dan ikut menyokong pembentukan planet di area terluar. Kredit: Universitas Kagoshima

Apakah kamu pernah melihat atau mengalami hujan abu vulkanik? Apakah pernah menyaksikan letusan gunung berapi secara langsung atau melalui tayangan berita dan film di TV?

Bulan Desember 2021, gunung berapi La Cumbre Vieja di pulau La Palma, Spanyol, meletus. Coba perhatikan berita yang ada. Saat letusan terjadi, lava dan abu yang dimuntahkan jatuh lagi ke area di sekeliling gunung. 

Proses yang serupa juga terjadi di bintang muda. Sekarang bayangkan bintang muda sebagai gunung berapi. Bintang muda ini bukan memuntahkan lava dan abu melainkan gas dan debu. Muntahan gas dan debu tersebut kemudian jatuh kembali ke area terluar bintang dan memperkaya materi yang ada untuk pembentukan planet. 

Untuk pertama kalinya, para astronom bisa membuat simulasi tiga dimensi yang menunjukkan bagaimana proses ini berlangsung. 

Hujan Debu

Ketika bintang terbentuk, di sekelilingnya ada cakram gas dan debu yang jadi lokasi pembentukan planet. Saat planet sedang dalam proses pembentukan, gravitasi menarik gas dan debu untuk bergabung membentuk planet. Akibatnya, terbentuk celah atau cincin dalam cakram.

Tapi, dalam kasus ini, ada cincin gas dan debu yang terbentuk pada jarak yang bahkan lebih jauh dari jarak Neptunus. Jika kita menggunakan skala Tata Surya. Seharusnya, pada jarak tersebut, debu yang ada lebih sedikit dibanding jumlah debu di dekat bintang. 

Jadi bagaimana planet bisa terbentuk di area terluar bintang?

Untuk memahami proses ini, para astronom membuat simulasi dengan superkomputer ATERUI II di Jepang. Debu bintang bisa sampai sejauh itu karena sejumlah besar debu di area pusat terbawa aliran gas dan dilontarkan ke arah berlawanan. Mirip seperti bintang memuntahkan sebagian gas dan debu  ke “atas” dan “bawah”. Gravitasi menarik debu yang kemudian jatuh ke bagian luar piringan, mirip hujan abu vulkanik. Pasti pemandangan yang sangat menakjubkan!

Fakta keren

Planet terbentuk saat piringan gas dan debu di sekitar bintang runtuh karena gravitasi bintang. Karena massa bintang jelas lebih besar dari massa piringan di sekelilingnya, bintang menarik materi mendekat. Setelah sekian lama, gas hilang sedangkan debu terus memperoleh gantinya. Debu-debu ini kemudian bergabung membentuk embrio planet (disebut planetesimal), dan pada tahap akhir jadi sebuah planet. 


Sumber: Artikel ini merupakan publikasi ulang yang dikembangkan dari Space Scoop Universe Awareness edisi Indonesia. Space Scoop edisi Indonesia diterjemahkan oleh langitselatan.

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

1 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini