fbpx
langitselatan
Beranda » Hujan Meteor Perseid 2018

Hujan Meteor Perseid 2018

Jangan lewatkan puncak hujan meteor Perseid yang akan terjadi akhir pekan ini. Yup! Nikmati minggu dini hari dengan berburu meteor yang akan tampak datang dari rasi Perseus.

Hujan meteor Perseid 12 Agustus pukul 03:00 WIB. Kredit: Star Walk
Hujan meteor Perseid 12 Agustus pukul 03:00 WIB. Kredit: Star Walk

Hujan meteor tahunan Perseid memang salah satu hujan meteor populer di kalangan pengamat terutama yang ada di belahan utara. Bahkan Perseid bisa memberikan pertunjukan terbaiknya dengan kehadiran setidaknya 110 meteor setiap jam. Jumlah ini mungkin tidak sebaik tahun 2016 saat pengamat bisa menyaksikan Perseid dengan laju 150 – 200 meteor per jam. Akan tetapi, Bumi akan berpapasan dengan filamen Perseid, kumpulan meteoroid yang akan jadi cikal bakal meteor. Pada saat berpapasan, ada kemungkinan atmosfer Bumi berinteraksi dengan meteoroid tersebut dan menghasilkan hujan meteor.

Dimulai tanggal 17 Juli – 24 Agustus, hujan meteor Perseid yang berasal dari debu komet Swift-Tuttle tersebut akan mencapai puncak tanggal 12 Agustus pukul 03:00 WIB sampai 13 Agustus pukul 15:00 WIB. Meskipun diperkirakan laju meteor 110 meteor per jam pada saat puncak, namun kondisi ideal seperti itu bisa jadi tidak tercapai. Untuk lokasi pengamatan yang bebas polusi cahaya, pengamat bisa menyaksikan setidaknya 50-75 meteor setiap jam. Meteor Perseid akan melintas di langit dengan kecepatan 59 km/detik.

Untuk tahun ini, Bulan yang sedang dalam fase bulan baru memberi keuntungan tersendiri. Perburuan meteor bisa dilakukan tanpa gangguan cahaya Bulan!

Rasi Perseus baru akan terbit setelah lewat tengah malam yakni pukul 01:00 WIB dan Bulan sudah terbenam sejak Matahari terbenam.

Langit gelap merupakan kondisi yang sangat tepat untuk melakukan perburuan meteor mulai tengah malam sampai saat fajar menyingsing. Rasi Perseid terbit di arah timur laut. Meskipun puncak hujan meteor terjadi 12-13 Agustus, pengamat sudah bisa menikmati intensitas meteor yang cukup banyak sejak 2-3 hari sebelum dan sesudah malam puncak.

Asal Usul Perseid

Hujan Meteor Perseid berasal dari sisa debu ekor komet Swift-Tuttle yang pernah melintasi Bumi dan diamati astronom Lewis Swift dan Horace Tuttle dari Amerika pada tahun 1862.  Komet ini kembali teramati pada tahun 1992 dan memiliki periode 130 tahun. Ia akan kembali ke Bumi pada tahun 2126. Hujan meteor Perseid menunjukkan aktivitas yang kuat pada tahun 1990-an karena pada tahun 1992 komet 109P/Swift-Tuttle yang memiliki periode 130 tahun ini sedang berada pada perihelionnya (atau titik terdekatnya dengan Matahari).  Aktivitas maksimum lainnya juga terlihat di tahun 2004 dan meskipun tahun ini diperkirakan tidak ada kemungkinan terjadi aktivitas maksimum seperti dahulu namun semua bisa saja terjadi.

Saat melintas, debu ekor komet yang berupa batuan mengalami tarikan oleh gravitasi Bumi dan masuk dalam lapisan atmosfer Bumi serta terbakar di sana. Debu yang masuk ke lapisan atmosfer atas tersebut akan membentuk plasma super panas di sepanjang lintasannya dan bergerak dengan kecepatan 60 km/detik. Inilah lintasan cahaya yang melintas dan dilihat pengamat dari Bumi sebagai hujan meteor Perseid.

Baca juga:  Hujan Meteor Orionid Tahun 2015
Simulasi benda-benda langit yang bisa diamati 12 Agustus 2018 pukul 02:00 dini hari. Kredit: Stellarium
Simulasi benda-benda langit yang bisa diamati 12 Agustus 2018 pukul 02:00 dini hari. Kredit: Stellarium

Selain hujan meteor Perseid, pengamat bisa mengamati Saturnus di ufuk barat dan terbenam pukul 02:50 waktu lokal. Selain itu Mars juga tampak sampai pukul 05:00 waktu lokal. Beberapa hujan meteor minor seperti delta aquarid selatan dan alpha capricornid masih bisa diamati dan tampak datang dari rasi Aquarius dan Capricornus.

Pengamatan hujan meteor perseid bisa dilakukan dari lokasi dengan langit gelap tanpa polusi cahaya kota. Atau area di sekitar rumah yang cukup gelap dan memiliki arah pandang ke timur sampai utara yang tidak terhalang apapun.  Untuk mengamati hujan meteor, alat bantu terbaik untuk melihat lintasan cahaya di langit malam adalah mata.  Tidak perlu teleskop untuk menikmati hujan meteor.

Clear Sky!

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

1 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini