fbpx
langitselatan
Beranda » Satelit Baru Jupiter: Valetudo si Pemberontak & 11 Satelit Normal

Satelit Baru Jupiter: Valetudo si Pemberontak & 11 Satelit Normal

Penghuni keluarga Jupiter bertambah lagi dengan ditemukannya selusin satelit alami baru yang mengorbit planet raksasa tersebut. Ada satu satelit yang unik dan berbeda dari 11 satelit lainnya. 

Jupiter. Kredit: Jeff Teng
Jupiter. Kredit: Jeff Teng

Satelit di Jupiter

Jupiter. Planet terbesar di Tata Surya ini memang dikenal punya banyak pengiring. Tapi, tidak mudah untuk menemukan satelit-satelit Jupiter, terutama yang ukurannya kecil. Dari 79 satelit yang sudah ditemukan, 63 diantaranya memliki ukuran kurang dari 10 km.

Penemuan satelit di Jupiter dimulai ketika Gallileo menemukan Ganymede, Callisto, Io, dan Europa pada tahun 1610. Satelit berikutnya, Amalthea baru ditemukan hampir tiga abad kemudian. Sejak itu, satu per satu satelit Jupiter ditemukan dan sampai akhir abad 20, tercatat ada 16 satelit. Memasuki abad 21, semakin banyak satelit Jupiter yang ditemukan. Hingga 17 Juli 2018, planet gas raksasa Jupiter menjadi planet dengan pengiring terbanyak yakni 79 satelit.

Dari satelit-satelit yang mengitari Jupiter, 12 di antaranya merupakan satelit baru yang ditemukan Scott Sheppard dari Carnegie Institution for Science.  Meskipun sudah diamati sejak 2017, penemuan itu tidak serta merta diumumkan karena diperlukan beberapa kali pengamatan untuk bisa mengonfirmasi objek-objek tersebut sebagai satelit pengiring yang mengorbit Jupiter.  Yang sudah diumumkan pada tahun 2017 hanya dua satelit alami yang dikelompokkan dalam satelit luar.

Dari 12 satelit yang ditemukan, 11 di antaranya tergolong normal. Tapi, ada satu satelit yang punya kebiasaan berbeda dan melawan arus dibanding satelit-satelit lainnya. Keanehan orbit satelit yang satu ini justru memberi informasi penting terkait pembentukan satelit di planet gas raksasa tersebut.

Tak pelak, kita bisa menelusuri selintas sejarah masa lalu Jupiter dari satelit-satelitnya. Keberadaan satelit kecil dalam jumlah besar memberi indikasi kalau pengiring Jupiter ini terbentuk dari tabrakan kosmis setelah planet gas raksasa tersebut terbentuk 4 miliar tahun lalu.

Jika satelit-satelit kecil tersebut terbentuk bersama pembentukan Jupiter, maka satelit yang ada akan ditelan gas dan debu yang mengelilingi planet yang baru terbentuk. Satelit yang terbentuk pada masa ini akan ditarik gravitasi Jupiter dan bergerak berpilin jatuh menabrak planet. Tapi, satelit kecil berukuran kurang dari 10 km masih banyak yang mengorbit Jupiter saat ini. Itu artinya, satelit tersebut terbentuk setelah planet Jupiter terbentuk dan merupakan sisa tabrakan batuan angkasa yang ditangkap oleh gravitasi Jupiter.

Satelit Yang Melawan Arus

Orbit satelit yang mengitari Jupiter. Tampak orbit Valetudo (hijau) yang memotong orbit retrograd. Kredit: Carnegie Institution for Science
Orbit satelit yang mengitari Jupiter. Tampak orbit Valetudo (hijau) yang memotong orbit retrograd. Kredit: Carnegie Institution for Science

Jangan bayangkan satelit baru di Jupiter ini seperti empat satelit Galilean ataupun Bulan yang berukuran besar. Ke-12 satelit baru itu sangat kecil dengan diameter 1 – 3 kilometer.

Tidak semua satelit Jupiter bergerak dengan arah yang sama. Untuk satelit dalam yang berada dekat Jupiter, termasuk di dalamnya empat satelit Galilean, geraknya searah dengan arah rotasi Jupiter atau prograd. Akan tetapi, satelit yang berada jauh dari Jupiter atau satelit luar, arah orbitnya justru berlawanan dengan arah rotasi jupiter atau disebut retrograd.

Baca juga:  Fenomena Langit Bulan Januari 2021

Berada pada area terluar Jupiter dengan jarak lebih dari 20 juta km, satelit retrograd butuh waktu lebih lama untuk bisa mengorbit Jupiter. Ke-9 satelit baru yang ditemukan ini butuh waktu setidaknya 2 tahun untuk mengitari si planet gas raksasa.

Sembilan satelit retrograd ini masih dikelompokkan lagi dalam tiga kelompok orbital berbeda yakni Ananke, Carme dan Pasiphae. Ketiga kelompok tersebut merupakan kelompok satelit retrograd yang dibedakan oleh jarak dan kemiringan orbit dari satelit yang jadi anggotanya. Satelit pada ketiga kategori ini juga berbagi parameter orbit yang mirip dengan satelit yang jadi nama kelompok tersebut yakni Ananke, Carme, dan Pasiphae. Ciri ketiga kelompok satelit retrograd adalah sbb:

  • Ananke: berada pada jarak 19,3 – 22,7 juta km dari Jupiter dengan kemiringan orbit antara 145,7° dan 154,8°. Eksentrisitas atau kelonjongan orbit 0,02 – 0,28.
  • Carme: berada pada jarak 22,9 – 24,1 juta km dari Jupiter dengan kemiringan orbit antara 164,9° dan 165,5°. Eksentrisitas atau kelonjongan orbit 0,23 – 0,27.
  • Pasiphae: berada pada jarak 22,8 – 24,1 juta km dari Jupiter seperti kelompok Carme, dengan kemiringan orbit antara 144,5° dan 158,3°. Eksentrisitas atau kelonjongan orbit 0,25 – 0,43.

Untuk satelit yang lebih dekat dengan Jupiter, waktu yang dibutuhkan untuk mengitari planet juga lebih singkat. Ini yang terjadi dengan dua satelit lainnya yang termasuk kelompok satelit dalam. Selain lebih cepat mengitari Jupiter, kedua satelit ini merupakan satelit prograd dengan jarak dan sudut kemiringan orbit yang hampir sama.

Ada kemiripan pada satelit luar dan satelit dalam yang ditemukan oleh Scott Sheppard. Satelit-satelit tersebut berbagi jarak dan kemiringan orbit yang sama dengan satelit di dalam kelompoknya. Karena itu, para astronom menyimpulkan kalau satelit-satelit tersebut merupakan pecahan objek lain.

Untuk satelit retrograd, diduga berasal dari pecahan tiga objek besar yang bertabrakan dengan asteroid, komet, atau bahkan satelit lainnya. Sedangkan untuk satelit prograd, diperkirakan justru berasal dari pecahan satelit besar yang hancur.

Valetudo, salah satu satelit baru Jupiter. Kredit: Carnegie Institution for Science
Valetudo, salah satu satelit baru Jupiter. Kredit: Carnegie Institution for Science

Ada satu satelit yang perilakunya berbeda. Namanya Valetudo, yang berasal dari nama salah satu keturunan Jupiter, yakni Dewi Hygieia atau Dewi Valetudo, si dewi kebersihan.

Satelit kecil berukuran kurang dari 1 km tersebut membutuhkan waktu 1,5 tahun untuk mengorbit Jupiter dari area terluar bersama satelit retrograd. Kemiringan orbitnya juga mirip satelit-satelit retrograd.

Tapi, ada yang berbeda.

Valetudo mengorbit Jupiter dalam orbit prograd yang searah dengan arah rotasi Jupiter maupun satelit dalam. Orbit Valetudo memotong orbit satelit-satelit retrograd dan sangat berpotensi mengacaukan lalu lintas satelit di area tersebut. Dengan kata lain, di masa lalu maupun masa depan, Valetudo berpotensi untuk menabrak satelit retrograd. Bahkan diduga kalau Valetudo merupakan sisa tabrakan pecahan dari satelit besar di masa lalu yang bertabrakan dengan satelit jovian lainnya. Hasil tabrakan itulah yang menyisakan objek-objek kecil yang ditemui saat ini.

Baca juga:  Sistem Planet di Bintang HR 8799

Penemuan yang Tak Disengaja

Ke-12 satelit baru Jupiter tidak sengaja ditemukan. Pada mulanya, para astronom memang tidak menargetkan untuk melakukan pengamatan pada Jupiter dan mencari satelit baru. Rencana awal pengamatan ini untuk mencari planet Sembilan, sebuah planet yang diduga keberadaannya sebagai planet katai penggembala bagi beberapa objek sabuk Kuiper yang memiliki kemiripan orbit.

Para astronom memang belum pernah menemukan atau bahkan mengenali objek yang diduga sebagai planet Sembilan. Tapi, mereka memiliki prakiraan untuk area lokasi planet hipotetik tersebut.

Musim semi 2017. Saat sedang melakukan pencarian planet sembilan, planet Jupiter juga berada pada area langit yang sama. Karena ketertarikannya pada pembentukan Tata Surya, Scott Sheppard pun mengarahkan teleskop Blanco 4 meter untuk berburu satelit Jupiter. Dengan begitu, dua tujuan bisa tercapai. Akhirnya, meskipun planet Sembilan belum ditemukan, ada selusin satelit baru yang berhasil diketahui keberadaannya.

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini