fbpx
langitselatan
Beranda » Kiprah langitselatan dalam Pertemuan Astronom Asia Pasifik

Kiprah langitselatan dalam Pertemuan Astronom Asia Pasifik

Tidak hanya lewat media online dan kegiatan bersama masyarakat, langitselatan juga ikut berbagi cerita dalam pertemuan para astronom se-Asia Pasifik.

APRIM 2017. Kredit: APRIM
APRIM 2017. Kredit: APRIM

Awal bulan Juli 2017, kami berkesempatan untuk melakukan perjalanan ke Taipei untuk mewakili langitselatan mengikuti pertemuan para astronom se-Asia Pasifik di Taipei, Taiwan. APRIM atau Asia-Pacific Regional IAU Meeting, merupakan pertemuan astronom di wilayah Asia Pasifik yang rutin diselenggarakan oleh International Astronomical Union (IAU), setiap 3 tahun. Indonesia juga pernah menjadi tuan rumah APRIM pada tahun 1981 dan 2005 di Bandung, Jawa Barat, dan di Nusa Dua, Bali.

Dalam pertemuan ini, para astronom dari berbagai negara di Asia Pasifik berbagi pengetahuan dan perkembangan riset astronomi di negara masing-masing. Selain kesuksesan riset, para astronom juga menceritakan kendala yang dihadapi maupun kemungkinan kolaborasi yang bisa dibangun dengan astronom dari negara lain.

Selain paparan ilmiah, APRIM selalu menyediakan satu sesi khusus untuk edukasi dan populerisasi astronomi. Dalam sesi inilah, para komunikator, edukator dan juga astronom berbagi cerita terkait upaya memperkenalkan astronomi di negaranya.

Tak cuma itu. APRIM juga menyediakan waktu khusus untuk membahas kiprah perempuan dalam astronomi. Apa yang jadi kendala bagi perempuan untuk berkiprah dalam dunia riset di astronomi jadi salah satu fokus kajian.

Menarik? Tentu saja!

langitselatan & APRIM

Perjalanan langitselatan untuk menghadiri APRIM 2017 di Taipei, Taiwan, bukan yang pertama. Sejak tahun 2007 setelah langitselatan dibentuk, kami cukup aktif mengikuti berbagai pertemuan astronom internasional. Tercatat, kami ikut ambil bagian dalam paparan lisan maupun poster di APRIM 2008, 2011 dan 2014 yang diselenggarakan di China, Thailand dan Korea Selatan. Selain APRIM, langitselatan juga aktif mengikuti pertemuan Communicating Astronomy with the Public yang diselenggarakan oleh IAU.

Dalam pertemuan tersebut, kami berbagi cerita tentang pentingnya media astronomi untuk memperkenalkan astronomi, pemanfaatan media online untuk astronomi, maupun riset yang dikerjakan oleh langitselatan terkait etnoastronomi. Dari pertemuan-pertemuan inilah langitselatan bisa berkolaborasi dengan berbagai komunitas astronomi internasional dan ikut ambil bagian dalam pengembangan astronomi yang dilakukan oleh IAU.

Kali ini pun demikian. Kami diberi kesempatan untuk memaparkan perjalanan langitselatan sebagai media edukasi dan komunikasi di Indonesia selama 10 tahun, dalam paparan lisan untuk sesi Edukasi dan Penjangkauan Publik.

Tapi, ada hal lain yang istimewa. Selain memaparkan aktivitas dan pencapaian langitselatan selama 10 tahun, langitselatan juga ikut ambil bagian dalam mengkoordinasi lokakarya guru yang diselenggarakan oleh Galileo Teacher Training Project dan Taipei Astronomical Museum serta sesi pelatihan sains komunikasi untuk mahasiswa yang hadir di APRIM. Selain itu, langitselatan juga diundang sebagai pembicara tamu dalam sesi khusus lokakarya Komunikasi Sains yang diperuntukkan bagi para astronom komunikator maupun astronom yang tertarik untuk ikut serta.

Lokakarya Guru

Meskipun APRIM dimulai tanggal 3 Juli 2017, kegiatan kami sudah dimulai tanggal 2 Juli. Bertempat di Taipei Astronomical Museum, kami ikut ambil bagian dalam lokakarya astronomi untuk guru-guru SMA di Taipei. Lokakarya ini diselenggarakan oleh Galileo Teacher Training Project dan Taipei Astronomical Museum.

Lokakarya ini bertujuan untuk memperkenalkan metode belajar berbasis inquiry atau penyelidikan atau riset. Idenya, para guru hanya menjadi fasilitator bagi siswa yang ingin mengetahui dan mendalami suatu topik. Siswa tidak dibimbing melainkan difasilitasi untuk melakukan riset saat mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya.

Baca juga:  Ketika Astronom Se-Asia Pasifik berkumpul, APRIM ke – 10 di China

Dalam lokakarya ini, kami memaparkan beberapa percobaan dalam astronomi dan menjadi fasilitator bagi guru untuk melakukan riset terkait percobaan tersebut. Para guru ditantang untuk bisa membuat sebuah panduan lengkap terkait aktivitas yang diperagakan beserta kajian ilmiahnya. Hasil dari lokakarya ini akan disusun untuk diajukan ke astroedu.org untuk dikaji oleh para astronom dan edukator sebelum dimuat di situs tersebut.

Metode pembelajaran seperti ini sudah mulai diterapkan di Eropa setelah Finlandia berhasil menerapkannya di sekolah mereka. Sistem pembelajaran berbasis inquiry ini dimulai dengan pertanyaan, masalah ataupun skenario yang harus dicari jawabannya.

Di Asia, metode pembelajaran dimana siswa ditantang untuk melakukan riset dan guru sebagai fasilitator masih tidak umum. Terutama di sekolah negeri. Sistem pembelajaran yang kita kenal selama ini adalah guru membagikan pengetahuan pada siswa yang bertindak sebagai penerima. Akibatnya seringkali siswa tidak benar-benar memahami suatu topik karena siswa pasif dalam menerima pengetahuan. Dalam pembelajaran berbasis inquiry, siswa dituntut untuk aktif mencari jawaban.

APRIM 2017

Pertemuan para astronom Asia Pasifik ini dimulai tanggal 3 Juli 2017, dan 9 peserta di antaranya berasal dari Indonesia. Yang keren lagi, 8 peserta merupakan astronom perempuan, termasuk kami.

Peserta APRIM dari Indonesia bersama Ketua Panitia APRIM, You-Hua Chu. Kredit: langitselatan
Peserta APRIM dari Indonesia bersama Ketua Panitia APRIM, You-Hua Chu. Kredit: langitselatan

Secara umum, pertemuan ini dibagi dalam 7 sesi utama, yakni: (1) Sistem Keplanetan, Matahari dan Extrasolar, (2) Medium antar bintang, Pembentukan Bintang dan Bima Sakti, (3) Evolusi Bintang, (4) Galaksi, AGNs, dan Kosmologi, (5) Benda kompak dan Astrofisika energi tinggi, (6) Fasilitas pengamatan dan kolaborasi internasional, dan (7) Edukasi dan Penjangkauan Publik, dan keragaman.

Selama APRIM2017 berlangsung, kami lebih banyak mengikuti sesi Edukasi dan Penjangkauan Publik. Dalam sesi ini, berbagai paparan terkai edukasi dan populerisasi astronomi dibagikan dari berbagai negara. Setiap negara itu unik dan punya budaya yang berbeda. Karena itu, pendekatan untuk memperkenalkan astronomi juga bisa berbeda-beda.

Di sesi ini, kami memaparkan perjalanan langitselatan selama 10 tahun. Apa saja yang sudah dilakukan sebagai media online dan dampak yang sudah diberikan, juga kami evaluasi untuk dipaparkan. Tujuannya bukan sekedar bercerita tentang apa yang sudah dilakukan. Lewat paparan ini, kami memperoleh masukan, kritikan maupun cerita pengalaman negara lain yang sudah berkiprah di bidang yang sama.

Selain paparan tentang 10 tahun langitselatan, kami juga ikut menginisiasi dan memimpin pelatihan komunikasi sains untuk mahasiswa yang jadi peserta APRIM. Target utamanya adalah mahasiswa S3, agar mereka bisa mengkomunikasikan hasil risetnya masing-masing. Dalam workshop How to Communicate Your Research, peserta diajak untuk belajar melakukan komunikasi efektif lewat press rilis, sosial media, mikrovideo, dialog singkat (elevator speech), dan Infografik.

Pelatihan dimulai dengan penjelasan dari langitselatan tentang pentingnya komunikasi sains untuk masyarakat dan bagaimana melakukannya. Setelah itu peserta diajak untuk mengkomunikasikan satu topik yang sudah dipilih lewat metode dan media yang diberikan.

Baca juga:  Dr. Pedro Russo: Polusi Satelit & Perubahan Iklim di Noktah Biru Pucat

Hari terakhir APRIM, International Astronomical Union (IAU) Office for Public Outreach (OAO), menyelenggarakan sesi khusus pelatihan komunikasi sains untuk para edukator dan komunikator yang hadir di APRIM. Workshop ini diisi oleh paparan dari para komunikator yang sudah berpengalaman. Selain astronom komunikator, kajian juga diberikan oleh Editor media sains dan seorang Produser film sains dokumenter.

Untuk workshop IAU OAO, langitselatan diundang sebagai pembicara tamu yang memaparkan materi pemanfaatan Media Baru dan Sosial media untuk memperkenalkan astronomi. Sebagai contoh, kami memaparkan alur kerja langitselatan dalam memanfaatkan media baru dan media sosial untuk memperkenalkan astronomi. Dan tentu saja, dampak yang dihasilkan. Tanpa evaluasi yang baik, kita tidak akan pernah tahu hasil dari semua usaha yang sudah dilakukan.

Dalam pertemuan ini, IAU OAO juga mengadakan pertemuan dengan National Contact untuk IAU OAO dari setiap negara. Dari Indonesia, diwakili oleh langitselatan. Dalam pertemuan ini, kami membahas tantangan yang dihadapi setiap negara dan perkembangan komunitas astronomi di asia pasifik. Dan tentu saja, apa yang bisa dilakukan untuk menyambut perayaan 100 tahun IAU.

Tak ada pertemuan yang tak berakhir. APRIM 2017 pun diakhiri dan APRIM berikutnya akan dilaksanakan di Perth, Australia pada tahun 2020.

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

1 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini

  • Mantaaap LS bisa wakilin indonesia ini mah pertemuan kelas dewa ehehe. Pantesan gak ada artikel baru sebulan ini. Saya juga kepengen ikutan pertemuan atau seminar astronomi semacam ini, ya yang di indonesia dulu kaya langit selatan bikin acara seminar di sekolah atau kampus. Kapan tuh mimin LS ngadain lagi? Ehehe