fbpx
langitselatan
Beranda » Ketika Wajah Matahari Tidak Berbintik

Ketika Wajah Matahari Tidak Berbintik

Wajah Matahari sedang mulus!

Tidak ada jerawat … artinya tidak ada bintik hitam yang muncul di wajah Matahari. Setidaknya itu yang terjadi selama beberapa hari di bulan November 2016. Di awal Desember, ada 3 jerawat yang diketahui menghiasi wajah sang Surya.

Matahari tanggal 10 November 2016. Kredit: Avivah Yamani / langitselatan
Matahari tanggal 10 November 2016. Kredit: Avivah Yamani / langitselatan

Bintik Matahari merupakan area di permukaan Matahari yang suhunya lebih dingin dibanding area di sekelilingnya. Bintik Matahari muncul pada area yang memiliki aktivitas magnetik sangat tinggi. Interaksi magnetik yang terjadi menyebabkan terlepasnya sejumlah besar energi lewat ledakan Matahari dan badai besar yang dikenal sebagai lontaran massa korona yang terjadi di bintik matahari.

Aktivitas Matahari diukur dari jumlah bintik yang ada di permukaan Matahari. Tidak ada bintik, artinya Matahari sedang tidak punya aktivitas. Dan tampaknya memang demikian. Wajah Matahari yang hampir tanpa noda hitam di bulan November 2016 menandai aktivitas terendah Matahari sejak tahun 2011.

Terakhir kali Matahari berada pada aktivitas terendahnya terjadi pada tahun 2009 yang ditandai oleh absennya bintik Matahari selama 260 hari dan dilanjutkan dengan 51 hari tanpa bintik Matahari di tahun 2010. Di sepanjang tahun 2016, Matahari sudah melalui 25 hari masa tenang. Bandingkan dengan tahun 2015 yang tidak seharipun Matahari lepas dari bintik hitam di wajahnya.

Siklus Matahari yang ke-23 dan ke-24. Kredit: Soleninfo/solar
Siklus Matahari yang ke-23 dan ke-24. Kredit: Soleninfo/solar

Saat ini Matahari baru menjalani setengah dari siklus 11 tahunnya yang dimulai 4 Januari 2008. Di awal siklus Matahari ke-24, aktivitas Matahari tercatat sangat minim sampai awal tahun 2010. Lima tahun berikutnya merupakan masa dimana Matahari cukup aktif melepaskan semburannya dan bagi pengamat di Bumi, kita bisa melihat kehadiran bintik Matahari yang senantiasa hadir di piringan sang Surya. Puncak kegiatan Matahari terjadi di tahun 2009 dengan 99 bintik Matahari dan tahun 2014 dengan 101 bintik Matahari.

Kondisi Matahari yang cukup tenang sepertinya menjadi pengantar untuk memasuki Siklus Minimum Matahari yang akan terjadi pada tahun 2021. Tapi, itu pun terlalu dini.

Bulan Juni 2016, Matahari juga melewati masa tenang dan hanya 20 bintik Matahari yang teramati. Tren ini masih berlanjut di bulan Juli, tapi di bulan Agustus, wajah Matahari setidaknya dihiasi oleh 50 bintik Matahari. Meskipun di bulan Oktober tidak banyak bintik Matahari yang bisa diamati, di bulan November. Matahari justru jadi lebih tenang dan hanya memperlihatkan 21 bintik Matahari.

Sebelum Matahari tenang selama beberapa hari di bulan November, ada badai geomagnetik yang terjadi di akhir bulan Oktober. Seperti biasa, ketika ada badai geomagnetik maka penduduk di lintang tinggi bisa menikmati kehadiran tirai cahaya berwarna warni. Di penghujung November 2016, badai geomagnetik kembali terjadi setelah terjadi flare kelas G1 di Matahari.

Mengawali bulan Desember, Matahari akhirnya memecah kebisuan dengan kehadiran 3 bintik dari area aktif 2612, 2614, dan 2615. Area aktif 2615 merupakan bintik Matahari yang dihasilkan oleh flare atau ledakan kelas M1. Akibatnya, terjadi gangguan siaran radio di Australia.

Baca juga:  Mengapa Bulan / Matahari tampak lebih besar di cakrawala?

Saat ini kita memang belum memasuki siklus Matahari ke-25. Akan tetapi diduga kalau Matahari akan memiliki aktivitas yang lebih rendah dibanding sekarang dan bisa jadi, aktivitas minimum Matahari yang panjang dapat membawa kita pada zaman es mini seperti yang terjadi sebelumnya. Tapi, itu hanya terjadi jika siklus minimum Matahari terjadi dalam jangka waktu yang cukup panjang seperti saat Sporer Minimum saat Matahari mengalami siklus minimum selama 90 tahun ataupun Maunder minimum selama 70 tahun.

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini