fbpx
langitselatan
Beranda » Lagi – Lagi Bulan Super!

Lagi – Lagi Bulan Super!

Supermoon! Bulan tampak lebih besar dari biasanya. Itu juga kalau kamu bisa mengenali perbedaannya. 

Bulan Purnama 14 November 2016 akan terjadi ~2,5 jam setelah Bulan berada di titik terdekatnya dengan Bumi. Karena berada pada jarak terdekat, wajah Bulan bagi pengamat di Bumi akan tampak sedikit lebih besar dari biasanya. Hanya 14 % lebih besar dan 30 % lebih terang dari Bulan Purnama Apogee atau Bulan Mikro (Micromoon) atau Bulan Purnama saat berada pada titik terjauh dari Bumi.

Perbandingan Bulan Super dan Bulan Mikro pada tahun 2015. Fotografer: Muhammad Rayhan
Perbandingan Bulan Super dan Bulan Mikro pada tahun 2015. Fotografer: Muhammad Rayhan

Lebih menarik lagi, ini adalah Bulan Purnama Perigee paling dekat sejak 26 Januari 1948 saat Bulan Purnama Perigee terjadi pada jarak 356.490 km. Dan Bulan Purnama dengan jarak paling dekat berikutnya baru akan terjadi 26 November 2034 ketika Bulan berada pada jarak 356.446 km.

Peristiwa langka! atau… biasa saja?

Hmm… yang jelas Bulan Super hanya Bulan Purnama biasa seperti Bulan Purnama yang terjadi setiap bulan.  Tidak ada yang istimewa dan bagi pengamat tidak akan tampak perubahan berarti juga.

Ide Bulan Super bukan dimulai dari dunia saintifik. Istilah Supermoon aka si Bulan Super justru datang dari dunia astrologi yang mencocokkan kejadian alam dengan nasib manusia. Istilah ini pertama kali diperkenalkan Richard Nolle pada tahun 1979 dalam majalah HOROSCOPE.

Menurut Richard Nolle, Bulan Super merupakan Bulan Purnama ataupun Bulan Baru yang terjadi saat Bulan sedang atau akan berada (dalam rentang 90%) pada jarak terdekatnya dari Bumi (perigee). Dengan kata lain, Matahari – Bumi – Bulan sedang berada pada satu garis dengan Bulan berada pada jarak terdekat dengan Bumi. Bulan Super tidak hanya terjadi sekali dalam setahun. Setidaknya ada 4-6 Bulan Super yang terjadi dalam satu tahun.

Istilah supermoon atau Bulan Super pertama kali muncul kembali dan dikenal publik pada bulan Maret 2011, jelang Bulan Purnama perigee 19 Maret 2011 yang diklaim sebagai Bulan Purnama dengan jarak terdekat dalam 18 tahun. Isu yang disebarkan kala itu terkait dengan bencana yang terjadi akibat Bulan Super. Tentunya isu itu hanya Hoax atau berita tipuan belaka.

Sejak saat itu, kehebohan Bulan Super terus berlanjut, dan istilah Bulan Super jadi istilah umum yang digunakan publik untuk berburu Bulan Purnama ketika Bulan akan atau sedang atau baru saja mencapai titik terdekat dengan Bumi. Iming-imingnya, Bulan Purnama akan tampak lebih besar dari biasanya, atau tepatnya ukurannya 14% lebih besar dan 30% lebih terang dari Bulan Purnama saat berada di titik terjauh.

Pertanyaannya, bagaimana mengenali perbedaan itu?

Untuk fotografer yang selalu memotret Bulan Purnama, mereka bisa membandingkan hasil fotonya berdampingan untuk mengetahui perbedaannya. Hasilnya memang sangat menarik untuk bisa melihat perbedaan ukuran piringan Bulan ketika berada pada jarak terdekat ataupun terjauh dari Bumi.

Bagi pengamat biasa, Bulan Purnama Perigee akan sama seperti Bulan Purnama lain yang terjadi setiap bulan. Terang dan indah untuk diamati baik dengan mata tanpa alat atau bahkan dengan teleskop maupun binokuler. Bulan tidak akan tampak luar biasa besar di langit malam. Tapi, jangan salah kaprah dengan ilusi yang muncul saat Bulan berada di ufuk dan tampak lebih besar.

Baca juga:  Hujan Meteor Orionid 2010

Bulan Purnama Perigee

orbit-bulan
Orbit Bulan. Kredit: langitselatan

Bulan purnama terjadi setiap bulan dalam rentang 29,5 hari ketika Bulan kembali pada posisi yang sama setelah mengelilingi Bumi. Setiap 27,3 hari, Bulan akan kembali pada posisi terdekatnya dengan Bumi dalam orbitnya yang lonjong atau elips. Orbit Bulan yang lonjong ini menyebabkan Bulan bisa berada lebih dekat atau lebih jauh dari Bumi saat mengelilingi Bumi.

Ada kalanya Bulan berada pada jarak terdekat dengan Bumi yang disebut perigee, dan dilain waktu Bulan justru berada pada jarak terjauh atau apogee. Akan tetapi, ketika Bulan berada pada jarak terdekat atau terjauh dari Bumi, ia tidak selalu berada pada jarak yang tepat sama. Ada variasi jarak perigee maupun apogee yang dilalui Bulan sepanjang tahun. Untuk jarak perigee, Bulan bisa berada antara 356.400 sampai dengan 370.400 km dari Bumi.

Jika jarak Bulan dalam satu tahun diurutkan, maka kita bisa mengetahui kapan Bulan berada paling dekat dengan Bumi. Dan ketika Bulan mengalami fase purnama saat perigee, maka inilah yang disebut Bulan Purnama Perigee dan Bulan akan tampak lebih besar.

Tapi seberapa besar?

Bulan. Fotografer: Wicak Soegijoko
Bulan. Fotografer: Wicak Soegijoko

Pada tanggal 14 November 2016, Bulan Purnama akan berada pada jarak terdekat dari Bumi yakni 356.520 km. Atau mendekat 27.900 km dari jarak rata-rata Bumi – Bulan (384.400 km). Artinya Bulan hanya akan tampak 7,2% lebih besar dibanding rata-rata. Atau, jika dibandingkan dengan Bulan saat berada pada jarak terjauh dari Bumi, piringan Bulan akan tampak 14% lebih besar. Perbedaan 7,2% dan 14% tidak akan dapat dikenali tanpa ada perbandingan.

Bulan Purnama 14 November juga dikatakan langka karena jarak terdekat Bulan Purnama Perigee terjadi 68 tahun sebelumnya pada jarak 356.490 km atau 0,008% lebih besar dari Bulan Purnama Perigee 14 November 2016. Dan di bulan November 2034, Bulan Purnama Perigee akan terjadi pada jarak 356,446 km atau 0,2% lebih besar dari Bulan Purnama 14 November 2016. Bahkan jika dibandingkan dengan Bulan Purnama Perigee tahun 2015 pun perbedaannya hanya 0,1%.

Tidak akan tampak hanya dengan melihat tanpa ada perbandingan yang berdampingan. Di sinilah guna foto yang diambil saat Bulan Purnama Apogee aka Bulan Mikro dan saat Bulan Purnama Perigee atau Bulan Super.

Bulan Purnama 16 Oktober 2016 juga terjadi saat Bulan hampir berada pada jarak terdekatnya dengan Bumi. Perbedaannya hanya 0,55% lebih kecil dari Bulan Purnama Perigee 14 November 2016.

Pada tanggal 14 Desember 2016, Bulan Purnama juga akan terjadi selang satu hari setelah Bulan berada pada titik terdekat dan sayangnya, Bulan justru jadi “polusi cahaya” untuk hujan meteor Geminid. Perbedaannya sekitar 0,82% lebih kecil dari yang akan kita lihat beberapa hari lagi.

Baca juga:  Dan Beruang Merah Pun Gagal ke Bulan

Perbedaan besar piringan Bulan yang dilihat dari Bumi pada bulan Oktober, November dan Desember 2016 tidak sampai 1 %.

Jadi apa bedanya? Tidak ada.

Meskipun demikian, Bulan Purnama tetap menarik untuk diamati. Pengamatan juga bisa dilakukan setiap bulan saat terjadi purnama. Jangan khawatir, tidak akan ada yang berubah jadi serigala kok.

Dengan mata tanpa alat, pengamat bisa mengenali pola gelap terang pada permukaan Bulan. Pola gelap merupakan area kawah hasil tabrakan di Bulan. Jika pengamatan dilakukan dnegan teleskop ataupun binokular, pengamat bisa mengamati permukaan Bulan dengan lebih detil dan bisa melihat kawah-kawahnya dengan lebih jelas.

Pasang Surut Kala Purnama

Gaya gravitasi antara Bumi – Bulan jelas memiliki pengaruh yang sedikit berbeda ketika Bulan berada lebih dekat atau lebih jauh dari Bumi. Makin dekat, tentunya gaya tarik akan lebih kuat. Semakin jauh, gravitasi juga akan melemah. Efek dari interaksi gravitasi antara Bumi – Bulan bisa dilihat pada terjadinya pasang surut di Bumi saat Bulan Baru dan Bulan Purnama.

Ketika Bulan berada pada titik terjauh, gaya gravitasi lebih kecil dan pasang surut di Bumi akan mencapai level paling rendah. Tapi, saat Bulan di perigee, gaya tarik akan lebih kuat sehingga efek yang ditimbulkan pada pasang surut juga lebih besar. Tapi, perbedaan pasang surut yang diberikan hanya beberapa centimeter dan tidak akan menimbulkan efek bencana apapun.

Kapan & Dimana?

Masih penasaran? Kamu bisa mengamati Bulan Purnama Perigee pada tanggal 14 November 2016 sejak Bulan terbit pada pukul 17:39 WIB di ufuk Timur.  Meskipun Bulan Purnama sangat terang di langit malam, kamu bisa menikmati juga kehadiran Merkurius, Venus dan Saturnus setelah Matahari terbenam pada pukul 17:47 WIB. Ketiga planet bisa dinikmati di ufuk Barat karena ketiganya sudah bersiap-siap untuk terbenam. Bulan Purnama Perigee bisa dinikmati kehadirannya sepanjang malam sampai terbenam pukul 05:52 WIB sesaat sebelum Matahari terbit. Pengamatan bisa dilakukan dari halaman rumah masing-masing. Akan tetapi, jika ingin menemukan lokasi yang bebas cahaya lampu kota, area pedesaan, pantai dan gunung bisa jadi alternatif.

Jika kamu ingin tahu perbedaan penampakan piringan Bulan Purnama saat berada di titik perigee dan apogee, potret Bulan Purnama Perigee tanggal 14 November 2016 dan Bulan Purnama Apogee 9 Juni 2017 kemudian bandingkan! Tapi yang harus diingat, yang berubah itu hanya penampakan piringan Bulan yang dilihat pengamat dari Bumi. Karena Bulan tidak pernah berubah jadi besar atau kecil.

Bulan Super? Cuma Purnama biasa kok….

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini