fbpx
langitselatan
Beranda » Planet Karbon, Jejak Potensi Kehidupan di Alam Semesta Dini

Planet Karbon, Jejak Potensi Kehidupan di Alam Semesta Dini

Seperti apa kehidupan ketika pertama kali muncul di alam semesta? Apakah seperti kehidupan di Bumi yang berbasis karbon? Dan kapan serta bagaimana kehidupan dimulai di alam semesta? Pertanyaan-pertanyaan ini masih terus dicari jawaban.

Yang dimiliki para ilmuwan saat ini adalah cerita kehidupan di Bumi dan potongan-potongan cerita dari alam semesta yang coba dirangkai untuk diperoleh jawabannya. Apa yang kita ketahui saat ini?

planet karbon
Ilustrasi planet karbon di alam semesta dini. Kredit: Christine Pulliam (CfA). Foto Matahari: NASA/SDO

Planet Karbon, Potensi kehidupan di alam semesta dini

Bumi, tempat tinggal kita, disusun oleh batuan silikat, inti besi dengan lapisan tipis air dan tentunya kehidupan. Tapi seperti apa kehidupan pertama kali terbentuk masih menyisakan tanda tanya. Bahkan bisa jadi awal mula kehidupan itu justru sangat berbeda dari kehidupan yang kita kenal. Untuk menemukan dan merangkai potongan-potongan bukti yang disediakan alam semesta, para peneliti harus terus mengungkap misteri yang tersimpan di alam semesta. Salah satu hasil penelitian para astronom dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics memberi petunjuk kalau planet laik huni yang pertama kali terbentuk justru sangat berbeda dari Bumi yang kita kenal saat ini.  Planet tersebut diperkirakan terbentuk ketika alam semesta masih sangat muda dan merupakan planet karbon yang di dalamnya disusun oleh grafit, karbida dan berlian.

Lantas dimana planet ini bisa ditemukan? Menurut para astronom, planet karbon yang harusnya sudah sangat tua ini bisa ditemukan pada bintang tua yang juga sangat spesial atau langka.

Bintang ini digolongkan sebagai bagian dari bintang karbon yang miskin logam atau diberi inisial CEMP (carbon-enhanced metal-poor stars). Lebih tepatnya bintang-bintang ini memiliki kelimpahan karbon yang luar biasa tinggi tapi miskin elemen berat dalam hal ini kelimpahan zat besi sangat rendah. Bahkan, kandungan zat besinya hanya satu per seratus ribu besi dari besi yang ada di Matahari.

Bintang yang miskin elemen berat. Artinya bintang-bintang tersebut terbentuk ketika ruang antar bintang dipenuhi oleh elemen berat. Dan itu hanya terjadi ketika alam semesta masih sangat muda atau baru terbentuk. Dan bintang-bintang tersebut adalah bintang generasi awal di alam semesta yang masih didominasi oleh hidrogen dan helium.  Di alam semesta purba atau alam semesta yang masih snagat muda, senyawa kimia seperti karbon dan oksigen masih sangat sedikit untuk bisa menjadi penopang kehidupan seperti yang kita kenal.

Keberadaan bintang-bintang CEMP merupakan kunci penting untuk memahami nukleosintesis bintang generasi pertama di alam semesta. Tak hanya itu, keberadaan bintang-bintang CEMP juga bisa membantu kita memahami evolusi tumbuh kembang kehidupan di alam semesta.

Setelah bintang-bintang pertama meledak sebagai supernova, alam semesta mulai diisi oleh elemen berat yang kemudian menjadi benih bagi pembentukan bintang generasi kedua. Pada bintang generasi kedua inilah planet yang berpotensi laik huni mulai terbentuk. Bahkan bintang dengan kandungan karbon yang masih sangat sedikit dibanding yang ada di Tata Surya pun bisa memiliki planet.

Potensi kehidupan pada planet di alam semesta dini merupakan komponen penting bagi para astronom untuk mengetahui bagaimana kehidupan dimulai di alam semesta. Tak hanya itu. Potensi kehadiran kehidupan berbasis karbon bisa menjadi kunci penting untuk mengetahui bagaimana kehidupan di Bumi dimulai. Dan pencarian itu dimungkinkan lewat bintang-bintang CEMP yang bisa kita golongkan sebagai fosil dari alam semesta muda.

Bintang-bintang CEMP memang hanya memiliki sangat sedikit besi dan elemen berat lainnya jika dibandingkan dengan Matahari. Akan tetapi, bintang-bintang CEMP memiliki lebih banyak elemen karbon yang bisa mempengaruhi terbentuknya planet ketika butiran-butiran debu karbon ini menggumpal dan bergabung membentuk sebuah planet aspal yang hitam.

Mengenali planet karbon dari jauh tidaklah mudah, karena planet karbon akan sulit dibedakan dari planet serupa Bumi yang ada di alam semesta. Massa dan ukuran planet-planet tersebut akan sangat mirip.  Untuk membedakannya, para astronom harus melakukan analisa atmosfer dari planet-planet tersebut. Yang harus dicari tntu saja keberadaan karbon karena pada planet seperti ini, gas seperti karbon dan metana akan menjadi selubungnya.  Dan untuk menemukannya, tentu saja dengan metode transit.

Tapi… kita tidak akan pernah bisa mengetahui seperti apa potensi kehidupan di planet kuno ini sebelum mereka benar – benar ditemukan.

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini