fbpx
langitselatan
Beranda » Transit Merkurius 9 Mei 2016

Transit Merkurius 9 Mei 2016

Tanggal 9 Mei 2016, sebagian penduduk Bumi akan menyaksikan salah satu peristiwa yang jarang terjadi. Melintasnya planet Merkurius di depan wajah Sang Surya.

Transit Merkurius.

Transit Merkurius 7 Mei 2003 yang dipotret SOHO. Kredit: SOHO/NASA
Transit Merkurius 7 Mei 2003 yang dipotret SOHO. Kredit: SOHO/NASA

Peristiwa ketika Merkurius melintasi piringan Matahari, mirip dengan peristiwa gerhana Matahari oleh Bulan sehingga sebagian atau seluruh cahaya Matahari jadi terhalang. Untuk gerhana Matahari oleh Bulan, Matahari – Bulan – Bumi akan mengalami kesejajaran dengan Bulan berada di antara Matahari dan Bumi. Peristiwa serupa juga terjadi saat transit Merkurius. Matahari, Merkurius dan Bumi  mengalami kesejajaran dengan Merkurius berada di antara Bumi dan Matahari. Akibatnya Merkurius akan menghalangi sebagian cahaya Matahari untuk sampai di Bumi.

Meskipun ukuran Merkurius sedikit lebih besar dari Bulan, namun jaraknya yang jauh dari Bumi menyebabkan penduduk Bumi hanya akan melihat Merkurius seperti noktah kecil yang melintasi Matahari selama kurang lebih 7,5 jam. Bahkan jika dibanding transit Venus, planet Merkurius hanya akan tampak 1/5 dari Venus saat melintas Matahari. Sangat kecil!

Sama seperti transit Venus, transit Merkurius juga cukup langka. Dalam seratus tahun kita hanya bisa menikmati 13 kali transit. Masih lebih sering dibanding transit Venus yang hanya 2 kali dalam interval 8 tahun setiap 100 tahun. Trnasit Merkurius sebelum 9 Mei 2016 terjadi pada 8 November  2006 dan  transit berikutnya akan terjadi 11 November 2019.

Meskipun Merkurius mengorbit Matahari setiap 88 hari, tidak setiap saat kita bisa melihat transit Merkurius. Orbit Merkurius terhadap Bumi 7º menyebabkan Merkurius tidak selalu sejajar dengan Bumi saat melintasi Matahari. Ada kalanya Merkurius berada di atas atau di bawah bidang orbit Bumi. Transit hanya terjadi saat Merkurius berada di titik simpul atau perpotongan antara orbit Bumi dan orbit Merkurius atau ketika Merkurius berada sejajar dengan Bumi dan Matahari.

Perpotongan orbit Bumi dan Merkurius. Kredit: langitselatan
Perpotongan orbit Bumi dan Merkurius. Kredit: langitselatan

Siklus Transit Merkurius
Transit Merkurius pada umumnya terjadi pada kisaran tanggal 8 Mei dan 10 November saat planet tersebut melintasi titik simpul perpotongan bidang ekliptika dan orbitnya setiap tahun. Jika Merkurius berada pada titik simpul dan mengalami kesejajaran dengan Bumi, maka terjadilah transit. Kita juga bisa memprediksi kapan transit Merkurius terjadi. Transit di bulan Mei hanya terjadi setiap 13 atau 33 tahun sekali. Sedangkan transit merkurius di bulan November bisa terjadi setiap 7, 13 atau 33 tahun sekali.

Saat transit Merkurius terjadi di bulan Mei, planet terdekat dengan Matahari ini sedang berada di titik aphelion atau titik terjauhnya dari Matahari. Pada saat itu, piringan planet Merkurius akan memiliki diameter sudut 12 detik busur.  Transit bulan Mei terjadi saat Merkurius sedang berada di titik turun atau bergerak dari utara ke selatan di orbitnya.

Sedangkan pada saat transit terjadi di bulan November, Merkurius sedang berada di perihelion, atau titik terdekat dengan Matahari dan menanjak dari selatan ke utara. Saat transit bulan November, diameter sudut piringan merkurius akan tampak sedikit lebih kecil dibanding transit bulan Mei yakni 10 detik busur.

Frekuensi terjadinya transit Merkurius di bulan Mei hanya setengah dari transit di bulan November. Gerak orbit Merkurius yang lambat saat di aphelion menyebabkan planet ini tidak tepat berada di titik simpul pada saat ia seharusnya sejajar dengan Bumi. Akibatnya tidak terjadi transit.  Tapi, di bulan November, saat Merkurius berada di perihelion, planet terkecil di Tata Surya ini bergerak lebih cepat sehingga bisa mencapai titik simpul lebih cepat.

Baca juga:  Mengapa Tidak Ada Bumi Super di Tata Surya?

Sejarah Pengamatan Transit Merkurius
Yang pertama kali memprediksi transit Merkurius dan Venus adalah astronom Jerman, Johannes Kepler. Perhitungan yang ia buat berdasarkan pengamatan Tycho Brahe berhasil memprediksi transit Merkurius 7 November 1631 dan transit Venus 6 Desember 1631. Akan tetapi, Kepler tidak pernah melihat transit kedua planet tersebut dan juga ketepatan hasil perhitungannya karena ia meninggal setahun sebelum transit kedua planet berlangsung.

Transit Merkurius di tahun 1631 berhasil diamati oleh 2 astronom Eropa, diantaranya ilmuwan yang juga pendeta dari Perancis, Pierre Gessendi.  Selain melakukan pengamatan di Paris, Pierre Gessendi juga melakukan perhitungan untuk memperoleh ukuran Merkurius. Hasilnya ia memperoleh ukuran diameter sudut Merkurius sekitar 20 detik busur. Catatan pengamatan ini ia terbitkan dalam 2 surat untuk Wilhelm Shickhard.

Transit Merkurius 7 November 1677, memiliki arti penting bagi Edmund Halley. Setelah astronom Inggris tersebut mengamati transit Merkurius dari pulau St. Helena di Atlantik Selatan, ia kemudian membangun ide untuk mengukur jarak Bumi – Matahari dengan memanfaatkan transit Merkurius dan Venus.  Ide ini kemudian dipublikasikan tahun 1716 untuk digunakan pada transit Venus 1761 dan 1769 serta transit Merkurius. Ide ini kemudian diaplikasikan saat transit Venus tahun 1761 saat para astronom berupaya untuk melakukan pengamatan transit Venus, salah satunya di Hindia Belanda.

Salah satu catatan pengamatan transit Venus dan Merkurius tahun 1769 datang dari Batavia. Pengamatan dilakukan oleh Pastor Johan Mohr dari Observatorium Gang Torong, sebuah observatorium pribadi yang ia bangun untuk pengamatan transit Venus di tahun 1769. Selain transit Venus, Mohr juga mengamati transit Merkurius.

Hasil pengamatan transit kedua planet ini diserahkan Mohr pada Kapten James Cook yang singgah di Batavia untuk dibawa ke Eropa.  Catatan ini kemudian dikirim James Cook ke Royal Societies dan dipublikasikan dalam tulisan dalam tulisan Transitus Veneris & Mercurii in Eorum Exitu e Disco Solis, 4to Mensis Junii & 10mo Novembris, 1769 di Philosphical Transactions pada 1 Januari 1771.

Untuk transit Merkurius 9 November 1769, Kapten James Cook melakukan pengamatan bersama astronom Inggris, Charles Green, dari Te Whanganui-o-Hei atau Teluk Merkurius di Semenanjung Coromandel, Selandia Baru.

Perhitungan jarak Bumi – Matahari memang berhasil diperoleh lewat pengamatan Transit Venus tahun 1761. Hasilnya jarak Matahari – Bumi yang juga dikenal sebagai Satuan Astronomi atau Astronomical Unit / AU sekitar 152887680 km (atau cukup dekat dengan perhitungan saat ini149,597,870.691 km).

Pencarian planet di bintang lain lewat metode transit. Kredit: langitselatan
Pencarian planet di bintang lain lewat metode transit. Kredit: langitselatan

Apa Pentingnya Transit Merkurius di masa kini?
Saat ini, kita sudah bisa menentukan jarak Matahari – Bumi dengan radar. Perhitungan jarak dengan meamfaatkan transit Merkurius maupun Venus masih bisa dilakukan. Selain itu, peristiwa transit Merkurius masih penting bagi para astronom.

Saat Merkurius melintasi Matahari, para astronom bisa mempelajari komposisi dan densitas atau kerapatan exosfer atau atmosfer super tipis yang melingkupi Merkurius. Caranya, saat Merkurius melintasi Matahari, sodium yang ada di exosfer akan menyerap dan memancarkan kembali warna kuning-oranye dari Matahari. Yang dilakukan para astronom adalah mengukur absorpsi atau serapan yang terjadi untuk memperoleh kerapatan gas yang ada di exosfer Merkurius.

Baca juga:  Teleskop ExTrA: Pemburu Planet Seukuran Bumi dari Langit Selatan

Selain itu, transit Merkurius juga penting untuk melacak perubahan optis yang terjadi selama transit. Hal ini penting karena salah satu metode yang digunakan oleh astronom untuk mencari planet baru adalah metode transit. Peristiwa saat sebuah planet melintas di depan bintang akan menghasilkan peredupan sesaat dari cahaya bintang. Dari peredupan inilah kita bisa mengetahui keberadaan sebuah planet di bintang lain. Transit Merkurius memiliki prinsip yang sama dengan pencarian planet di bintang lain.

Transit Merkurius 9 Mei 2016

Peta transit Merkurius dari berbagai belahan dunia. Kredit: Fred Espenak.

Peristiwa melintasnya planet Merkurius di depan piringan Matahari pada tanggal 9 Mei akan berlangsung selama 7,5 jam dan dapat dinikmati oleh sebagian besar masyarakat dunia kecuali, Indonesia, Filipina, Australia, Selandia Baru dan sebagian kecil negara di Asia Timur.  Ini terjadi karena saat transit dimulai, Matahari sudah beranjak ke peraduannya atau dengan kata lain sudah terbenam. Beberapa daerah di Sumatera “seharusnya” masih bisa melihat transit Merkurius saat dimulai pada pukul 18:12 WIB. Di antaranya Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, dan Riau. Akan tetapi, waktu kontak 1 saat Merkurius mulai menyentuh piringan Matahari sampai kontak 2 saat seluruh piringan Merkurius masuk dalam piringan Matahari, Sang Surya sudah berada sangat rendah di horison karena sudah menjelang waktu terbenam. Akibatnya agak sulit untuk bisa diamati. Akan tetapi, untuk pengamat yang tertarik mengamati Peristiwa transit Merkurius, bisa mengamati dari area yang terbuka di ufuk barat.

Pengamat di sebagian besar Asia, Afrika, Timur Tengah, dan Eropa Timur akan menikmati transit hanya sampai Matahari terbenam. Pengamat di bagian barat Amerika Utara, transit Merkurius sudah berlangsung saat Matahari terbit. Seluruh peristiwa transit Merkurius akan dapat dinikmati oleh pengamat di bagian timur Amerika Utara dan Eropa Barat juga sebagian besar negara di Amerika Selatan.

Transit Merkurius mulai dari Kontak pertama (K1) sampai kontak keempat (K4) saat merkurius meninggalkan Matahari. Kredit: langitselatan
Transit Merkurius mulai dari Kontak pertama (K1) sampai kontak keempat (K4) saat merkurius meninggalkan Matahari. Kredit: langitselatan

Waktu tahapan transit Merkurius:

Waktu Indonesia bagian barat
Kontak pertama (ingress, exterior): 18:12:19 WIB
Kontak kedua (ingress, interior): 18:15:31 WIB
Maksimum: 23:57:26 WIB
Kontak ketiga (egress, interior): 01:39 WIB
Kontak keempat (egress, exterior): 01:42:26 WIB

Waktu Indonesia bagian tengah
Kontak pertama (ingress, exterior): 19:12:19 WITA
Kontak kedua (ingress, interior): 19:15:31 WITA
Maksimum: 00:57:26 WITA
Kontak ketiga (egress, interior): 02:39 WITA
Kontak keempat (egress, exterior): 02:42:26 WITA

Waktu Indonesia bagian timur
Kontak pertama (ingress, exterior): 20:12:19 WIT
Kontak kedua (ingress, interior): 20:15:31 WIT
Maksimum: 01:57:26 WIT
Kontak ketiga (egress, interior): 03:39 WIT
Kontak keempat (egress, exterior): 03:42:26 WIT

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini