fbpx
langitselatan
Beranda » Gerhana Matahari Total dan Cara Mengabadikannya Bag. 5

Gerhana Matahari Total dan Cara Mengabadikannya Bag. 5

TAHAP-TAHAP PEMOTRETAN GERHANA MATAHARI TOTAL

Tidak lama lagi kita akan segera menyambut fenomena Gerhana Matahari total pada tanggal 9 Maret 2016. Fenomena astronomis ini sangat dinantikan terutama bagi para pecinta astronomi karena termasuk fenomena yang sangat langka. Untuk skala bumi saja, fenomena ini hanya terjadi paling cepat setiap 18 bulan sekali. Untuk wilayah Indonesia sekalipun, peristiwa ini terakhir kali terjadi pada 28 tahun yang lalu, dan setelah edisi tahun 2016 ini, baru akan berulang kembali 7 tahun yang akan datang. Jika dipersempit skalanya pada titik lokasi yang sama, fenomena ini bahkan baru akan berulang rata-rata setiap 400 tahun sekali!

Tidak hanya langka, Gerhana Matahari total juga merupakan salah satu fenomena astronomi paling indah nan mempesona serta akan menghadirkan rasa takjub bagi yang memandangnya. Melihatnya dengan mata kepala akan menjadi pengalaman yang sangat mengesankan, namun jika kita bisa mengabadikannya dalam sebuah foto, tentu akan menjadi buah kenang-kenangan yang sangat menyenangkan.  Lalu bagaimana cara mengabadikannya? Lakukan persiapan dan pelajari tentang panjang fokus dan bagaimana menentukan sudut pandang serta eksposur yang baik terlebih dahulu.

Fase Pertama, Gerhana Parsial
Gerhana Matahari diawali dengan kontak pertama saat piringan bulan pertama kali menyentuh piringan matahari. Pada fase ini, filter matahari wajib terpasang di depan lensa atau teleskop untuk mengurangi intesitas cahayanya agar dapat terfoto dengan baik dengan kamera yang kita gunakan. Selama fase ini, pengaturan rana, ISO dan diafragma cenderung sama dan tidak berubah. Hal itu disebabkan karena intensitas cahaya matahari tetap sama besarnya meskipun matahari perlahan mengecil seiring dengan Bulan yang menutupi perlahan-lahan. Fase parsial ini biasanya terjadi selama kurang lebih satu jam karena pergerakan bulan ke arah timur relatif terhadap matahari memiliki jarak 13.5 derajat busur per hari. Jika dibagi 24 jam, jarak tempuh 13,5 derajat ini akan menghasilkan sudut 0.56 derajat per jamnya, yang kurang lebih sama besarnya dengan ukuran piringan matahari dan bulan di kubah langit.

Kolase fase parsial Gerhana Matahari. Sumber: http://www.iomastronomy.org/
Kolase fase parsial Gerhana Matahari. Sumber: http://www.iomastronomy.org/

Fase Menjelang Total
Setelah satu jam piringan Bulan merayap menutupi piringan matahari, tibalah saatnya untuk menghadapi waktu-waktu kritis yang dapat menampilkan fenomena-fenomena menakjubkan yang terjadi hanya dalam beberapa detik saja. Dalam 60 detik sebelum fase total, bulan merayap dengan laju yang dipercepat. Terangnya langit siang hari perlahan mulai memudar, terutama pada arah datang bayangan bulan yang berjalan pada kecepatan 1600 km per jam. Dalam 10 detik sebelum fase total, matahari sabit sudah mulai dapat dilihat sekilas secara hati-hati tanpa menggunakan filter, secara bersamaan dengan Korona yang perlahan mulai menampakkan diri. Pada saat inilah kita melepas filter matahari pada lensa atau teleskop. Kemudian, sabit dari piringan matahari dengan cepat mengecil dan menyatu bersama hingga akhirnya menampilkan Efek Cincin Permata (Diamond Ring Effect), sebuah kondisi dimana sebagian kecil piringan matahari masih belum tertutupi dan cahayanya yang terang memberikan kilauan efek seperti batu permata yang di lingkari oleh cahaya korona yang membentuk cincin.

Untuk memotret fenomena ini, kita harus mengatur kecepatan rana menjadi yang paling cepat karena filter matahari sudah dilepas sementara cahaya matahari masih sangat terang benderang. Ambillah foto dengan beberapa kecepatan rana yang berbeda untuk mendapatkan foto dengan eksposur yang paling tepat atau gunakan mode Bracketing pada kamera DSLR untuk mendapatkan variasi eksposur dalam waktu yang sangat singkat. Fenomena Efek Cincin Permata hanya berlangsung dalam beberapa detik saja, seiring dengan semakin kecilnya cahaya pembentuk permata, sebelum akhirnya cahayanya terpecah menjadi beberapa titik cahaya terpisah berjajar yang membentuk efek Manik-manik Bailey (Bailey’s Beads). Efek Manik-manik Bailey ini tercipta dari sisa-sisa sinar matahari yang terpecah oleh gunung-gunung yang ada di permukaan bulan dan menyisakan titik-titik cahaya terpisah yang memancar dari lembah-lembah dalam di bulan. Dan seiring dengan hilangnya titik cahaya terakhir dari Manik-manik Bailey, dimulailah fase Total Gerhana Matahari.

Para fotografer yang pernah memotret Gerhana Matahari Total mengatakan bahwa pada fase ini sangatlah sulit tetap bersikap tenang dengan segala deretan fenomena menakjubkan yang ada. Tekanan terasa sangat berat di tengah emosi dan antusiasme yang membuncah. Namun apapun yang terjadi, sang fotografer harus terus dapat mengambil foto rentetan tahap-tahap gerhana dalam ketepatan waktu yang tinggi dan presisi, karena tidak ada ada sekalipun momen pengulangan.

Baca juga:  Fenomena Langit Bulan Juli 2019

Fase Total dan Korona Matahari
Saat totalitas dimulai, suasana sekitar akan diselimuti oleh cahaya senja yang menakutkan. Meskipun tidak segelap malam hari, proses penggelapan cahaya berlangsung dangat cepat, drastis dan mengejutkan. Kecerlangan cahaya saat itu menyerupai kecerlangan langit setengah jam setelah matahari terbenam. Planet dan bintang-bintang terang dapat terlihat dan seluruh cakrawala terlihat memiliki warna seperti saat matahari terbit atau tenggelam. Korona Matahari sekarang dapat terlihat secara sangat spektakuler dan menakjubkan. Pada detik-detik awal mulainya fase total, cahaya merah terang biasanya terlihat jelas di sepanjang pinggir piringan Bulan/Matahari. Inilah Kromosfer, sebuah lapisan atmosfer Matahari setebal 1600 km yang terdiri dari gas hidrogen panas dan terletak tepat di atas fotosfer. Terkadang pula terdapat lidah-lidah api Matahari berwarna merah terang yang muncul di sekitar tepi pinggiran piringan bulan.

Saat ini semua terjadi, perasaan gembira, bahagia, takjub, khawatir, takut, terpesona dan semua emosi membuncah menjadi satu. Pada kondisi yang lebih menggetarkan hati dan kaki ini, tugas untuk memotret bahkan lebih berat lagi. Kita memang cukup dapat memotret fase total dan korona matahari dengan satu pilihan eksposur yang mewakili satu radius korona tertentu. Namun hasil yang didapat tidak akan bisa sebagus dan sespektakuler seperti saat kita melihatnya langsung dengan mata. Hal ini disebabkan karena Korona memiliki rentang kecerlangan yang sangat panjang, dimana Korona Matahari bagian dalam setara dengan terangnya Bulan purnama sementara Korona Matahari bagian luar 1000 kali lebih redup dari itu. Itulah sebabnya, tidak seperti mata, kamera tidak bisa menangkap seluruh rentang kecerlangan tersebut dalam satu pilihan eksposur. Lalu apa jalan keluarnya? Multiple Exposure.

Multiple Exposure. 9 foto Korona dengan berbagai macam eksposur.
Multiple Exposure. 9 foto Korona dengan berbagai macam eksposur. Kredit: Fred Espenak

Dari pengaturan ISO dan Diafragma yang sudah ditentukan sejak awal pemotretan, mulailah dari pilihan eksposur yang tinggi, seperti 1/1000. Ambillah foto satu kali, lalu turunkan kecepatan rana satu stop menjadi 1/500, lalu ambil foto lagi, kemudian turunkan satu stop lagi menjadi 1/250, ambil foto lagi, lalu ulangi langkah ini seterusnya hingga maksimal nilai kecepatan rana selambat 1 detik. Jika anda menggunakan mounting teleskop equatorial yang dilengkapi dengan motor drive dan dapat mengikuti gerak matahari, maka teruskan mengambil gambar hingga maksimal 8 detik eksposur. Urutan pengambilan gambar dari eksposur 1/1000 hingga 8 detik seharusnya membutuhkan waktu kurang lebih 1 menit. Jika anda mengamati Gerhana Matahari Total dari lokasi yang total durasi waktu totalnya lebih dari 2 menit, ulangi urutan pengambilan gambar tadi, dimulai dari eksposur yang paling lambat.

Jika sudah selesai dan masih ada sisa waktu gerhana fase total, gunakanlah waktu itu untuk menikmatinya dengan mata kepala secara langsung dan rasakan sensasinya detik demi detik hingga menjelang berakhirnya fase total. Seluruh rangkaian foto dengan berbagai macam eksposur tersebut nantinya akan diolah secara digital untuk dapat mengeluarkan seluruh detail pada setiap radius matahari dan menghasilkan sebuah foto gerhana fase total dengan korona yang sama indahnya seperti yang dilihat oleh mata biasa.

Baca juga:  Astara Ganesha: Rangkaian Perayaan World Space Week di ITB

Setelah Fase Total
Setelah berakhirnya fase total, rasa tegang, senang, khawatir, bahagia dan seluruh rasa lainnya telah mencapai klimaksnya. Namun jangan lupa bahwa fase setelah total akan kembali menampilkan Diamond Ring Effect dan Baily’s Beads pada kontak berikutnya. Hal ini menjadi semacam kesempatan kedua, jika kita merasa kurang puas pada hasil di kesempatan pertama. Lebih dari itu, tidaklah merugikan apa-apa jika kita kembali mengulang urutan pemotretan seperti pada kesempatan yang pertama. Data pada kesempatan kedua ini akan tetap sangat berharga dan sayang untuk dilewatkan, termasuk pada seluruh urutan fase Parsial hingga gerhana benar-benar berakhir. Setelah seluruh rangkaian pemotretan berakhir, sebisa dan secepat mungkin langsung Backup semua hasil foto tersebut di lebih dari 2 tempat. Hilangkan resiko kehilangan data foto yang amat sangat berharga dan simpan semua backup tersebut di tempat yang aman.

Penutup
Satu kata yang akan sangat membantu dalam menyukseskan pendokumentasian gerhana adalah, Latihan. Edukasikan diri anda sebanyak-banyaknya dengan segala informasi tentang cara bagaimana memotret Gerhana Matahari Total. Lalu latih diri anda sebanyak-banyaknya, simulasikan sesering mungkin. Familiarkan diri anda dengan segala instrumen yang akan anda gunakan. Jangan pernah melakukan uji coba pada saat hari Gerhana, karena Bulan dan Matahari tidak akan menunggu anda dalam menampilkan pesona gerhananya, dan mereka juga tidak akan mengulang fenomenanya andaikan anda merusak semua rencana matang yang harusnya sempurna.

Pesan terakhir yang diadaptasikan dari kutipan puluhan fotografer yang telah merasakan asam garam gerhana adalah sesibuk apapun anda dalam memotret dan memaksimalkan kerja kamera anda, sisakanlah waktu untuk melihat dan menikmati gerhana, langsung dengan mata kepala. Impresi yang dirasakan saat anda melihat langsung sebuah fenomena yang menakjubkan tidak akan sebanding dengan jutaan hasil foto dan video sekalipun. Jika anda berhasil mendapatkan impresi yang tepat dan emosi yang akurat saat menikmati sebuah Gerhana Matahari Total, maka itu akan menjadi sebuah candu, yang akan membuat anda mengejar kemanapun bayangan bulan pergi.

Sebagai penutup, saya lampirkan foto Gerhana Matahari Cincin, Gerhana Matahari Sebagian dan Transit Venus yang pernah saya potret di tahun 2009, 2010 dan 2012. Selamat mengejar Gerhana Matahari Total 9 Maret 2016.

 

[divider_line]

Pertama kali disampaikan pada Workshop Astronomi Amatir Himpunan Astronomi Amatir Jakarta, 13 Februari 2016.

Avatar photo

M. Rayhan

Seorang astronom amatir tulen yang cinta mati dengan Astrofotografi dan membelenggu pendidikan resminya dengan rantai Filsafat. Sejak satu dekade terakhir aktif di Himpunan Astronomi Amatir Jakarta dan menjabat sebagai Ketua sejak 2011. Pada tahun yang sama memulai karir vokalnya dengan menjadi pendongeng bintang-bintang di Planetarium Jakarta sebagai staf penceramah pertunjukan. Sejak 2007 membangun klub astronomi ‘Astrokids!’ untuk anak-anak di sekolah High/Scope Indonesia, Bintaro. Selama tiga tahun terakhir juga menjadi fotografer amatir dengan job foto sana-sini. Kegiatan di waktu luang adalah mengunduh film dan mengoleksinya untuk di tonton di hari tua.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini