fbpx
langitselatan
Beranda » Manuver New Horizons Menuju Obyek 2014 MU69

Manuver New Horizons Menuju Obyek 2014 MU69

Saat ini New Horizons sedang bergerak menuju tujuan terakhirnya. Mengunjungi 2014 MU69, sebuah obyek kecil dalam keluarga Sabuk Kuiper.

Lintasan New Horizons menuju 2014 MU69. Kredit: NASA
Lintasan New Horizons menuju 2014 MU69. Kredit: NASA

Untuk itu, Wahana New Horizons harus menyesuaikan jalurnya agar bisa tiba di 2014 MU69 yang jaraknya sekitar 1 miliar km dari Pluto. Empat kali manuver pun direncanakan untuk New Horizons yang dilaksanakan pada tanggal 22 Oktober, 25 Oktober, 28 Oktober dan 4 November.

Keempat manuver tersebut bertujuan untuk mengubah jalur New horizons sekitar 57 meter / detik dan membawa New Horizons pada jalur yang benar untuk bertemu 2014 MU69 pada tanggal 1 Januari 2019. Manuver pertama pada tanggal 22 Oktober sukses dilaksanakan. Manuver dilakukan selama 16 menit dan mengubah lintasan New Horizons sekitar 10 meter / detik.

Manuver kedua pada tanggal 25 Oktober juga sukses dilakukan dan menghabiskan waktu 25 menit. Dan pada tanggal 28 Oktober, New Horizons berhasil menyelesaikan manuver ke-3 yang menghabiskan waktu 30 menit. Manuver ke-4 akan dilaksanakan tanggal 4 November dan membawa New Horizons pada jalur yang benar menuju obyek es di sabuk kuiper.

Saat ini, New Horizons bergerak dengan kecepatan 52000 km per jam dan berada pada jarak 127 juta km dari Pluto atau 2,17 miliar km dari Bumi. New Horizons masih harus menempuh 1,45 miliar km lagi untuk bisa bertemu 2014 MU69.

Meskipun berada sangat jauh dari Bumi dan sedang sibuk mempersiapkan diri menuju 2014 MU69, New Horizons tetap mengirimkan foto-foto dari pertemuan pertama dan terakhirnya dengan Pluto. Foto-foto yang dikirimkan tersebut merupakan foto satelit Pluto, Kerberos. Tak hanya itu, data yang sudah diterima juga masih terus dan tak akan berhenti membawa decak kagum bagi para penghuni Bumi. Setidaknya itulah yang diperoleh para ilmuwan dari foto-foto Charon yang dikirim New Horizons.

Foto keluarga satelit PLuto: Kredit: NASA/Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory/Southwest Research Institute
Foto keluarga satelit PLuto: Kredit: NASA/Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory/Southwest Research Institute
Karberos. Kredit: NASA/Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory/Southwest Research Institute
Kerberos. Kredit: NASA/Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory/Southwest Research Institute

Sebelum pertemuan New Horizons dan Pluto, Teleskop Hubble sudah memotret Kerberos dan hasilnya Kerberos diduga berukuran besar dan masif. Diduga, ia tampak redup karena permukaannya dilapisi materi gelap. Ternyata, hasil pemotretan New Horizons berkata lain.

Satelit Pluto tersebut lebih kecil dari yang diduga sebelumnya dan permukaannya juga terang dan memiliki daya pantul yang sangat tinggi. Artinya, permukaan Kerberos dilapisi air es yang jernih. Tak hanya itu, dalam foto yang dikirim New Horizons, Kerberos tampak memiliki dua lobus. Yang besar berukuran 8 km dan yang kecil berukuran 5 km. Dari kehadiran kedua lobus tersebut, bisa diduga kalau Kerberos merupakan gabungan dari dua obyek kecil yang bergabung.

Kawah Termuda di Charon
Ada perbedaan pada dua kawah Charon, yakni kawah Organa dan Skywalker yang memiliki ukuran hampir sama yakni diameter 5 km.

Baca juga:  Makemake, Planet Katai Tanpa Atmosfer

Ketika mempelajari foto-foto Charon yang diambil dalam cahaya inframerah, para astronom melihat adanya perbedaan di area Kawah Organa. Serapan cahaya inframerah di kawah Organa dan daerah sekitar yang mengandung materi yang terlontar dari kawah Organa terjadi pada panjang gelombang 2,2 mikron. Kondisi ini memberi indikasi kalau kawah Organa memiliki kandungan amonia beku yang tinggi.

Di sisi lain, spektrum inframerah pada kawah Skywalker dan sekitarnya, memiliki kemiripan dengan area permukaan dan kawah Charon lainnya, yang didominasi air es.

Kawah di Charon: Kredit: NASA/Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory/Southwest Research Institute
Kawah di Charon: Kredit: NASA/Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory/Southwest Research Institute

Keberadaan amonia di Charon sudah diketahui sejak tahun 2000. Akan tetapi konsentrasinya tidak seperti yang ditemukan di kawah Organa. Mengapa kedua kawah yang serupa dalam hal ukuran dan bentuk serta berada dekat satu sama lainnya memiliki komposisi yang berbeda?

Ada beberapa dugaan dan teori yang dikemukakan. Dugaan pertama, kawah Organa merupakan kawah termuda. Atau bisa juga tabrakan yang menyebabkan terbentuknya kawah, menabrak es yang kaya amonia di bawah permukaan. Atau amonia itu memang dibawa oleh obyek yang menabrak permukaan Charon dan membentuk kawah Organa.

Penemuan amonia ini sangat penting karena kehadiran amonia yang terkonsentrasi akan menjadi penangkal beku yang sangat hebat di sebuah dunia es. Jika amonia tersebut berasal dari Charon, maka para geolog bisa memperoleh benang merah pembentukan permukaan Charon lewat cryovolcanism, atau erupsi magma air-amonia yang dingin.

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini