fbpx
langitselatan
Beranda » Mengintip Jerawat di Wajah Matahari

Mengintip Jerawat di Wajah Matahari

“Kak, itu yang hitam-hitam itu apa? Kak apakah itu jerawat Matahari? Atau itu apa? Itu beneran Matahari? Bukan gambar kan? Matahari warnanya jingga ya kak? wah kok mirip bola pingpong.”

pengamatan di SD Gagas Ceria
pengamatan di SD Gagas Ceria

Itulah celoteh riang para siswa kelas 6 SD Gagas Ceria yang bergiliran melihat Matahari pagi tgl 22 Oktober 2014 lewat teleskop di halaman sekolah sebagai bagian dari kelas Astronomi hari itu. Wajah sang Surya yang dihiasi jerawat rupanya menarik perhatian para siswa. Berbagai pertanyaan pun terlontar. Paling umum mengapa Matahari punya jerawat… dan apa namanya.

Jerawat itu bernama bintik matahari. Noda hitam yang muncul di permukaan Matahari yang terjadi karena aktivitas magnetik Matahari. Bintik Matahari terjadi di area fotoster dan meninggalkan jejak noda gelap karena area bintik Matahari memiliki temperatur yang lebih dingin dibanding area di sekelilingnya.

Bintik Matahari inilah yang dilihat oleh para siswa pagi itu. Bintik Matahari yang diamati merupakan bintik AR2192 yang ukurannya hampir sama dengan ukuran planet terbesar di Tata Surya yakni planet Jupiter. Bintik Matahari AR2192 tampak menghiasi wajah Matahari sejak sepekan lalu, kala dimana AR2192 masih berada di sisi yang tidak berhadapan dengan Bumi. Tapi sejak 18 Oktober 2014, bintik Matahari AR2192 sudah dapat dinikmati kehadirannya oleh penduduk Bumi.

Bintik Matahari yang dilihat para siswa SD Gaga Ceria tanggal 22 Oktober 2014. Kredit: Avivah Yamani
Bintik Matahari yang dilihat para siswa SD Gaga Ceria tanggal 22 Oktober 2014. Kredit: Avivah Yamani

Kehadiran bintik matahari AR2192 memang menandai peningkatan aktivitas Matahari yang terjadi selama sepekan. Tercatat, bintik Matahari AR2192 sudah melepaskan 27 flare kelas C, 8 flare kelas M dan 2 flare kelas X. Dan erupsi terbesar terjadi tanggal 22 Oktober saat terjadi flare kelas X1.6.

Karzaman Ahmad
Bintik Matahari yang dipotret Karzaman Ahmad dari ANGKASA< Malaysia. Kredit: Karzaman Ahmad

Ajaibnya eh sayangnya, tidak satupun ledakan tersebut yang melepaskan materi dari korona yang cukup signifikan ke Bumi. Dan efek dari perjumpaan Bumi dengan partikel-partikel bermuatan yang dilepaskan sejauh ini hanya ionisasi pada lapisan teratas atmosfer Bumi yang menyebabkan terputusnya komunikasi radio HF. Peristiwa pemadaman singkat ini sepertinya hanya diketahui oleh operator radio amatir, penerbang dan pelaut. Penduduk lainnya di Bumi mungkin tenang-tenang saja karena memang tak ada yang perlu dikuatirkan. Bahkan, aktivitas Matahari tidak punya hubungan dengan peningkatan suhu di Bumi seperti pertanyaan dan dugaan yang muncul di masyarakat.

Diprediksi, dalam beberapa hari ke depan, efek dari erupsi di Matahari akan mengalami peningkatan saat partikel-partikel bermuatan kembali berinteraksi dengan Bumi.  AR2192 juga merupakan medan magnetik “beta-gamma-delta” yang tidak stabil dan merupakan pelabuhan bagi energi untuk ledakan maha dasyat.  Prakiraan dari NOAA memberi 95% kemungkinan kehadiran flare kelas M dan 55% flare kelas X dalam 24 jam berikutnya.

Dengan ukuran bintik matahari AR2192 yang hampir sebesar Jupiter yakni 125000 km, jelas membuat bintik ini mudah dilihat dengan teleskop kecil. Anda pun bisa mengamatinya dengan menggunaan teleskop yang dilengkapi filter Matahari.

Baca juga:  Mengamati Bintang di Siang Hari

Berikut merupakan foto-foto Matahari dengan bintik matahari AR2192 yang dipotret tanggal 23 Oktober dengan menggunakan teleskop Meade ETX80, filter ND 5 dan iphone.

Kalau kamu ingin melakukan pengamatan sendiri, silahkan menyimak cara mengamati Matahari bersama langitselatan di:

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini