fbpx
langitselatan
Beranda » Asteroid Toutatis Melintas di Dekat Bumi

Asteroid Toutatis Melintas di Dekat Bumi

Pada Rabu 12 Desember 2012 pukul 13:40 WIB mendatang, sebuah bongkahan batu raksasa sebesar dua kali Gunung Merapi dengan wujud mirip kentang bakal melayang di antariksa dekat Bumi dengan jarak hanya 6,95 juta kilometer atau setara dengan 18 kali jarak Bumi-Bulan, suatu jarak yang sangat dekat dalam skala astronomis. Inilah asteroid Toutatis. Pada saat perlintasan dekatnya, asteroid itu akan nampak sebagai bintik cahaya redup dengan magnitudo semu +8 hingga +10 sehingga butuh alat bantu optik (teleskop/binokuler) untuk mengamatinya. Dan pada saat perlintasan-dekat tersebut hanya permukaan Bumi yang sedang diliputi malam saja, yakni seluruh benua Amerika, Samudera Pasifik dan (sebagian) Samudera Atlantik.

Gambar 1.
Tiga citra asteroid Toutatis berdasarkan rekonstruksi gelombang radar dari teleskop radio Goldstone (AS) pada 4-7 Desember 2012 (dari kiri ke kanan). Gambaran yang berbeda-beda disebabkan oleh rotasi nan ganjil dari asteroid ini.
Sumber: NASA, 2012.

Di Indonesia, meski Toutatis sudah terbit di kaki langit timur sejak pukul 13:00 WIB, Toutatis baru akan nampak di langit setelah Matahari terbenam hingga Toutatis terbenam di kaki langit barat jelang pukul 02:00 WIB. Selama itu Toutatis akan nampak sebagai bintik cahaya yang dengan latar belakang bintang-bintang di perbatasan rasi Cetus dan Pisces. Guna mengidentifikasinya, jika kita melihat langit barat pada pukul 22:00 WIB, carilah posisi rasi Taurus yang ditandai dengan terangnya planet Jupiter di sana (untuk saat ini). Terhitung dari posisi rasi Taurus, rasi Aquarius bertempat di sisi kiri bawahnya dengan jarak sudut sekitar 40 derajat, atau setara bentangan dua kepalan tangan (dengan jempol dan kelingking terentang sementara jemari lainnya tertutup).

Asteroid yang (Pernah) Hilang

Asteroid Toutatis merupakan asteroid yang tak sengaja ditemukan  trio Maury, Mulholland dan Pollas lewat bidikan teleskop Schmidt 90 cm di Observatorium de la Cote d’ Azur (Perancis) pada awal Januari 1989 kala mengamati satelit-satelit redup dari planet Jupiter. Analisis data memperlihatkan asteroid ini, yang dikodekan sebagai 1989 AC, ternyata identik dengan asteroid 1934 CT yang pernah diamati pada 10 Februari 1934 namun setelah itu tak pernah dijumpai lagi sehingga sempat dikategorikan sebagai asteroid yang hilang. Rupanya butuh waktu lebih dari setengah abad untuk menemukan kembali si asteroid hilang ini. Belakangan asteroid ini dinamakan asteroid Toutatis, merujuk pada mitologi bangsa Celtic.

Asteroid Toutatis mengedari Matahari dalam sebentuk orbit lonjong dengan perihelion 140,2 juta km (lebih dekat ke Matahari dibanding Bumi), aphelion 616,5 juta km (lebih jauh ke Matahari dibandingkan Mars), kemiringan bidang orbit 0,5 derajat dengan periode orbital 4,02 tahun. Dengan demikian Toutatis termasuk ke dalam kelompok asteroid Apollo atau Alinda, karena beredar di antara orbit Venus dan Jupiter. Istimewanya, Toutatis mengalami resonansi orbital dengan Bumi dan Jupiter sekaligus. Dengan Jupiter, Toutatis mengalami resonansi 1:3 sehingga setiap kali Jupiter tepat mengelilingi Matahari sekali putaran, maka Toutatis tepat pula mengelilingi Matahari tiga putaran. Sementara dengan Bumi, Toutatis mengalami resonansi 4 : 1. Salah satu konsekuensi resonansi orbital ini adalah Toutatis bakal melintas-dekat Bumi setiap 4 tahun sekali dan kita di Bumi akan menyaksikan peristiwa tersebut setiap kali posisi Toutatis berdekatan dengan planet Jupiter.

Baca juga:  Anjangsana Tengah Malam Asteroid 2012 DA14
Gambar 2.
Simulasi posisi asteroid Toutatis (tanda panah) di antara rasi-rasi bintang pada 12 Desember 2012 pukul 22:00 WIB di langit barat Indonesia. Planet Jupiter ada di sebelah kanan atas.
Sumber : Sudibyo, 2012 dengan Starry Night.

Profil orbit Toutatis memperlihatkan asteroid ini bakal aman-aman saja setiap kali melintas-dekat Bumi hingga tahun 2500 mendatang, setelah itu kita tak tahu apa yang bakal terjadi. Meski tetap aman dalam jangka waktu cukup lama untuk peradaban manusia, namun potensi merusak dari tumbukan Toutatis membuatnya tetap dimonitor setiap kali mengalami perlintasan-dekat. Bukan apa-apa. Selain untuk menggali data, pengamatan ini juga berguna untuk menyusun strategi dalam mengantisipasi potensi tumbukan asteroid sekelas Toutatis. Memang ada strategi memecah/meremukkan asteroid di langit seperti digambarkan “Armageddon“, namun skenario itu hanya indah (dan dramatis) bagi layar perak. Dalam kenyataannya, manusia sebenarnya masih berkutat di titik-nol terhadap potensi bahaya tumbukan asteroid. Ada banyak usulan telah digagas, namun belum ada satupun yang dipandang layak, apalagi diuji langsung. Kekurangan data tentang karakteristik asteroid merupakan masalah serius yang menghalangi pengembangan strategi defleksi asteroid pengancam Bumi.

Muh. Ma'rufin Sudibyo

Orang biasa saja yang suka menatap bintang dan terus berusaha mencoba menjadi komunikator sains. Saat ini aktif di Badan Hisab dan Rukyat Nasional Kementerian Agama Republik Indonesia. Juga aktif berkecimpung dalam Lembaga Falakiyah dan ketua tim ahli Badan Hisab dan Rukyat Daerah (BHRD) Kebumen, Jawa Tengah. Aktif pula di Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Ilmu Falak Rukyatul Hilal Indonesia (LP2IF RHI), klub astronomi Jogja Astro Club dan konsorsium International Crescent Observations Project (ICOP). Juga sedang menjalankan tugas sebagai Badan Pengelola Geopark Nasional Karangsambung-Karangbolong dan Komite Tanggap Bencana Alam Kebumen.

3 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini