fbpx
langitselatan
Beranda » Kota Hantu di Angkasa

Kota Hantu di Angkasa

Galaksi itu laksana kota bintang di alam semesta. Namun, astronom baru-baru ini menemukan 12 galaksi yang mirip kota hantu lantaran nyaris tidak ada bintang di sana!

Galaksi gelap berhasil ditemukan untuk pertama kalinya. Kredit : ESO

Galaksi-galaksi kecil ini disebut ‘galaksi gelap’ disebabkan oleh tidak adanya cahaya bintang yang membuatnya terang. Astronom telah menduga keberadaan galaksi gelap karena galaksi semacam itu berperan penting dalam teori bagaimana galaksi tumbuh dan berkembang sepanjang sejarah alam semesta. Tetapi, belum pernah ditemukan galaksi gelap sebelumnya.

Letak galaksi-galaksi gelap sangat jauh. Galaksi-galaksi ini diduga merupakan “bahan dasar” yang membantu penciptaan galaksi berisi bintang-bintang besar yang kita lihat di masa sekarang, misalnya saja Galaksi Bima Sakti kita. Kita masih bisa melihat “bahan dasar” ini meskipun sudah digunakan untuk membantu menyusun galaksi besar. Hal ini bisa terjadi karena saat kita melihat alam semesta yang jauh, kita melihat masa lalu! (Bagaimana astronom bisa melihat masa lampau bisa dibaca di sini.)

Bagaimana astronom bisa menemukan galaksi yang gelap? (Bayangkan kalian sedang mencari lilin di sebuah ruangan yang gelap padahal lilin sudah padam. Akan tidak mudah menemukannya.) “Terangi saja,” jelas Simon Lilly, salah seorang astronom di balik penemuan baru ini. Itu sebabnya para astronom mencari galaksi gelap di sekitar galaksi-galaksi yang terang benderang atau yang biasa disebut ‘quasar’, yang juga terletak sangat jauh. “Cahaya dari quasar akan menerangi galaksi gelap,”kata Simon.

Fakta menarik: Galaksi-galaksi gelap ini mungkin lebih kecil dari galaksi yang kita lihat di masa sekarang, tapi tetap saja mereka mengandung gas semilyar kali lebih banyak dari gas yang ada di Matahari.

Sumber: Universe Awareness Space Scoop

Baca juga:  Andaikan Bumi Tak Lagi Berputar
Avatar photo

Ratna Satyaningsih

menyelesaikan pendidikan sarjana dan magister astronomi di Departemen Astronomi Institut Teknologi Bandung. Ia bergabung dengan sub Kelompok Keahlian Tata Surya dan menekuni bidang extrasolar planet khususnya mengenai habitable zone (zona layak-huni). Ia juga menaruh minat pada observasi transiting extrasolar planet.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini