fbpx
langitselatan
Beranda » Klasifikasi Flare Matahari

Klasifikasi Flare Matahari

Satu minggu terakhir ini, masyarakat Indonesia disuguhi banyak berita tentang tsunami matahari, flare atau ledakan Matahari dan bahkan sempat dibuat khawatir tentang lontaran materi korona yang dikabarkan dalam berbagai media akan menghantam Bumi.

flare matahari. kredit : eso

Memang benar dalam satu minggu ini terjadi 2 kali ledakan di Matahari. Yang pertama di tanggal 1 Agustus terjadi flare Matahari kelas C dan yang kedua pada tanggal 7 Agustus terjadi flare kelas M. Flare kedua memang lebih besar dari yang pertama. Namun tetap saja tidak memiliki ancaman signifikan bagi Bumi.

Lantas apa itu flare Matahari ? Yuk kita bahas sejenak fenomena yang satu ini.

Sekilas tentang Flare Matahari
Secara singkat flare Matahari adalah ledakan dasyat di Matahari akibat terbukanya salah satu kumparan medan magnet di permukaan Matahari. Setelah ledakan, hanya dalam hitungan beberapa menit terjadilah pemanasan materi sampai beberapa juta derajat yang kemudian melepaskan partikel berenergi tinggi dan radiasi elektromagnet pada panjang gelombang sinar-x dan sinar gamma.

Ledakan yang terjadi di Matahari tersebut diklasifikasikan dalam beberapa kelas berdasarkan kecerlangannya pada panjang gelombang sinar-x antara 1 – 8 Angstroms. Setidaknya ada 3 klasifikasi utama dalam flare Matahari yakni :

  1. Flare kelas X, merupakan klasifikasi untuk ledakan yang paling besar dan dasyat yang terjadi di Matahari. Ledakan kelas ini bisa menyebabkan terjadinya gangguan pada jaringan listrik karena transformator dalam jaringan listrik akan mengalami kelebihan muatan, gangguan telekomunikasi (merusak satelit, menyebabkan black-out frekuensi HF radio, dll), navigasi, menyebabkan korosi pada jaringan pipa bawah tanah dan terjadinya badai radiasi yang panjang di lapisan teratas atmosfer.
  2. Flare kelas-M, merupakan ledakan kelas menengah yang kekuatannya 1/10 dari energi fluks flare kelas X. Biasanya flare di kelas ini hanya meyebabkan terjadinya pemadaman (blackout) singkat pada frekuensi radio khususnya untuk area kutub dan badai radiasi yang minor.
  3. Flare kelas-C, jika dibandingkan dengan kelas M dan X, kelas C jelas merupakan flare yang terhitung berskala kecil dan hampir tidak memiliki akibat pada Bumi. Kekuatannya 1/10 energi fluks flare kelas M.
Kelas
 Puncak (W/m2)antara 1 dan 8 Angstroms
B I< 10-6
C 10-6 < = I < 10-5
M 10-5< = I < 10-4
X I> = 10-4

Yang pasti, fenomena badai geomagnetik setelah terjadinya flare Matahari sebagai akibat interaksi medan magnetik Bumi dan materi bermuatan yang terlepas dari Matahari menyajikan keindahan tirai cahaya warna warni yang dikenal sebagai aurora di area kutub dan area lintang tinggi.

Flare Matahari dan CME
CME merupakan pelepasan material dari korona yang teramati sebagai letupan yang menyembur dari permukaan Matahari. CME merupakan gelembung gas raksasa yang berisi partikel bermuatan dan terisi garis-garis medan magnetik yang terlontar dari Matahari. CME bisa membawa muatan sampai dengan 10 juta ton plasma. Walaupun sebagian CME diawali dengan terjadinya flare, namun tidak semua CME pasti disertai flare.

Baca juga:  Mengapa Bintang Bisa Berumur Milyaran Tahun?

CME ini kemudian bergerak menjauhi Matahari dengan kecepatan jutaan mil per jam, dan bisa mencapai Bumi dalam waktu 1-2 hari. Sedangkan radiasi elektromagnetik energi tingginya, akan mencapai Bumi dalam waktu hanya sekitar 8 menit.

Saat CME mencapai Bumi, ia akan berinteraksi dengan medan magnet di Bumi dan berpotensi untuk menimbulkan badai geomagnetik. Pada kejadian tersebut, aliran partikel Matahari akan mengalir turun sesuai dengan garis-garis medan magnetik Bumi ke kutub-kutub Bumi dan bertabrakan dengan atom nitrogen dan oksigen di atmosfer.

Pada kondisi badai geomagnetik yang besar dan dasyat, akibat yang ditimbulkan di Bumi bisa berupa pemadaman listrik dan kerusakan satelit komunikasi. Partikel energetik yang dibawa oleh CME bisa merusak peralatan elektronik astronot ataupun penumpang pesawat.

Di sisi lain, flare Matahari juga memiliki dampak langsung pada ionosfer dan komunikasi radio di Bumi dan ia juga melepaskan partikel bermuatan ke angkasa.

Nah, untuk dapat menentukan cuaca antariksa, dibutuhkan pemahaman menyeluruh terhadap efek aktivitas Matahari pada Bumi.

Lebih lengkap tentang Badai Matahari bisa dibaca di artikel : Badai matahari

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

2 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini

  • Membaca tulisan tentang flare matahari saya jadi tertarik nih mo nulis tentang flare juga, karna TA saya dulu tentang flare matahari, hehe, boleh gak mba Ivie?