fbpx
langitselatan
Beranda » Tak Ada Cincin di Rhea

Tak Ada Cincin di Rhea

Masih ingat cerita cincin di Tata Surya? Di antara benda-benda di Tata Surya yang memiliki cincin, selain planet gas ada sebuah satelit di Saturnus yang menurut Cassini juga memiliki cincin. Namanya Rhea. Cincin itu dilihat Cassini dalam penjelajahannya saat terbang lintas di Rhea bulan November 2005.

Sejak laporan tersebut diberikan di tahun 2008,  kini ada sebuah perubahan yang aneh pada struktur simetris pada lingkungan partikel bermuatan di sekeliling Rhea. Satelit kedua terbesar di Saturnus. Tapi, kebalikan dari laporan yang diberikan tahun 2008 lalu, kali ini para ilmuwan melihat yang ada di sekeliling Rhea bukanlah sebuah sistem cincin.

Cincin di Rhea

Rhea, salah satu satelit Saturnus. Kredit : New Scientist
Rhea, salah satu satelit Saturnus. Kredit : New Scientist

Dengan menggunakan pesawat ruang angkasa Cassini, tim astronom dari Cornell yang dipimpin Matthew Tiscareno mencari cincin tipis, cincin lebar dan luas serta materi lainnya mulai dari debu sampai batu karang raksasa yang diperkirakan mengorbit Rhea seluas 1500 km.

Tapi hasilnya sangat bertolak belakang dari apa yang dilaporkan sebelumnya. Di tahun 2008 dikatakan hasil terbang lintas Cassini menunjukkan keberadaan cincin tipis pada piringan awan debu yang cukup lebar di sekeliling Rhea. Keberadaan cincin ini disimpulkan keberadaannya dari elektron yang terdeteksi di sekeliling satelit tersebut.

Jika hipotesa itu benar seperti yang dilaporkan, tentunya Rhea memang menjadi satelit pertama yang memiliki cincin.

Pengujian Ulang
Untuk bisa meyakini sebuah hipotesa dan hasil pengamatan, tentu dibutuhkan pengujian lanjutan. Ini juga yang dilakukan tim astronom dari Cornell. Pengujian dilakukan dengan menempatkan Cassini untuk melihat Rhea dari posisi yang berada di tepi cincin sehingga sejumlah besar materi akan dapat terlihat dari sudut pandang tersebut.

Dari 65 citra yang diambil di sepanjang tahun 2008 dan 2009, sebagian citra diambil sudut fase besar (yg mengarah sisi gelap bulan) untuk mendeteksi partikel seukuran mikron yg mendifraksi arah cahaya kedepan dan sisanya diambil dari fase sudut kecil (sisi terang bulan) untuk dapat melihat obyek yang lebih besar yang dapat menyerap dan memantulkan cahaya kembali ke Matahari.

Ternyata, untuk bisa menemukan obyek yang besar jauh lebih sulit, karena cahaya yang dipantulkan kembali dari obyek seperti ini akan sangat redup dibanding cahaya yang dipantulkan dari benda-benda di sekitar Rhea. Untuk itu para peneliti menggunakan deretan pengambilan citra dalam eksposur pendek untuk bisa menampilkan keberadaan obyek-obyek redup jika ada. Namun ternyata tetap tak ditemukan apapun di sana.

Para peneliti kemudian menggunakan data partikel bermuata dari laporan tahun 2008, dan meninjau kembali perhitungan yang dilakukan sebelumnya tentang ukuran dan kelimpahan partikel cincin. Ini perlu karena jelas ada keanehan yang tidak dapat dijelaskan ketika pengujian ulang dilakukan materi-materi itu tidak ditemukan.

Baca juga:  Apa itu Pandora?

Tim ini menyatakan, dengan sejumlah debu yang muncul dan sudah diperhitungkan ukuran dll di pengamatan sebelumnya, jika memang mereka ada tentu pada pengamatan ulang mereka akan tetap terlihat.

Nah dengan menghilangnya cincin di Rhea ini, sebuah misteri baru muncul terhadap data yang diambil Cassini saat terbang lintas di Rhea tahun 2005 dan hasilnya muncul dalam laporan pengamatan 2008. Apa kemungkinannya?

Tampaknya ada efek elektromagnetik yang kuat dan tidak dapat dijelaskan yang terjadi di sekitar Rhea. Tapi yang jelas hal tersebut bukan disebabkan oleh materi padat yang mengorbit satelit Saturnus tersebut. Dan ini artinya, tidak ada cincin di Rhea.

Sumber : Cornell University

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

6 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini

  • Mbak Ivie….
    Dulu sekitar 8 atau 9 tahun yang lalu, di sebuah stasiun televisi swasta pernah diputar sebuah film dokumenter yang-kalau ga salah judulnya “CONSPHYRACY THEORY : BENARKAH KITA PERNAH MENGINJAKKAN KAKI DI BULAN?”.
    Dalam film dokumenter tersebut diceritakan tentang beberapa kejanggalan KEBERHASILAN APOLO 11 MENDARAT DI BULAN.Diantaranya kejanggalan yang masih saya ingat adalah :
    1. Bendera Amerika yang berkibar (meskipun pelan). Padahal di Bulan-kata si narator film-tidak ada angin.
    2. Tulisan “NASA” pada pesawat pendarat mestinya tak terlihat karena membelakangi sumber cahaya, ini malah terlihat jelas
    3. Di salah satu foto, terlihat ada bayangan yang arahnya berbeda. Kata si narator film, di Bulan sumber cahaya cuma satu, yaitu matahari, jadi arah bayangan harus sama, tapi disini arah bayangan berbeda.Karena arah bayangan berbeda, maka ada lebih dari satu sumber cahaya, kesimpulannya foto bukan diambil di Bulan, tapi di STUDIO.
    4. Dikaitkan dengan Perang Dingin antara Amerika Serikat dengan Uni Sovyet (sekarang udah almarhum).Sovyet lebih dulu meluncurkan SPUTNIK, sementara AS waktu itu “belum ngapa-ngapain”.Untuk meng-counter hebohnya berita peluncuran SPUTNIK, maka dibuatlah sebuah REKAYASA BESAR : MISI APPOLO 11 MENDARAT DI BULAN.
    5. Bantahan dari segi iptek juga dibahas, cuma saya yang awam banget ga ngerti.Film dokumenter ini sangat meyakinkan, sampai saya juga jadi ikut ikutan bertanya : BENARKAH KITA SUDAH MENGINJAKKAN KAKI DI BULAN ?.

    Tolong jelaskan ke saya Mbak, mana yang benar……

  • Hmmm…saya mau nanya dong.Mengapa orbit lintasan pluto memotong orbit neptunus ? Apa yang menyebabkan ini terjadi ?