fbpx
langitselatan
Beranda » Obituari Djoni N. Dawanas (1949 – 2009) : Bintang Masif Itu Pun Tutup Usia

Obituari Djoni N. Dawanas (1949 – 2009) : Bintang Masif Itu Pun Tutup Usia

Bagi mahasiswa-mahasiswa astronomi, kata “Astrofisika” akan diasosiasikan dengan dua orang: Profesor Winardi Soetantyo dan Profesor Djoni N. Dawanas. Pak Winardi (alm.) adalah penulis buku teks “Astrofisika: Mengenal Bintang” yang dikenal sebagai “buku sakti” atau “buku suci” para mahasiswa astronomi—karena isinya yang menyeluruh dan penjelasannya yang singkat namun jelas dan padat—dan Pak Djoni (demikian kami memanggilnya) adalah dosen yang selama bertahun-tahun telah mengajar mata kuliah Astrofisika.

Dr. Djoni N. Dawanas. Kredit : AS ITB
Dr. Djoni N. Dawanas. Kredit : AS ITB

Bagi mahasiswa baru astronomi, kuliah Pak Djoni merupakan kuliah penting yang menanamkan dasar-dasar pemahaman astrofisika yang akan sangat berguna dalam kuliah-kuliah selanjutnya. Kenangan akan kelas astrofisika dasar yang diberikan Pak Djoni tentunya akan terus ada dalam benak setiap mahasiswanya. Cerita demi cerita tentang cara penentuan jarak bintang sampai evolusi bintang seakan membawa mahasiswa masuk dalam dunia baru… dunia yang tak tersentuh secara fisik. Dunia yang membawa kesadaran bahwa para astronom bekerja dalam laboratorium maharaksasa dengan objek yang hanya bisa diamati tanpa bisa disentuh.

Ketika kelas Astrofisika mulai membahas mengenai peran angin bintang dalam evolusi sebuah bintang, Pak Djoni—pria kelahiran Sukabumi 9 Maret 1949, hampir pasti akan membandingkan bintang dengan seseorang yang sedang mengikuti program diet: “Orang gendut seperti saya ini harus diet kalau mau sehat dan panjang umur,” mendengar candaan ini biasanya kami akan tertawa karena Pak Djoni memang badannya besar. Ia lalu akan melanjutkan, “Nah, bintang yang massanya tinggi juga punya program diet untuk memperpanjang usianya, ia akan membubuskan sebagian kecil massanya dalam wujud angin bintang.”

63845main_image_feature_207_jw4
Foto yang diambil oleh Teleskop Antariksa Hubble ini menampilkan pengaruh angin bintang terhadap lingkungan di sekitarnya. Angin bintang yang berhembus dengan hebatnya dari sebuah bintang masif akan bertabrakan dengan materi-materi di sekitarnya sehingga akan terbentuk semacam “gelembung

Selanjutnya dimulailah pendidikan kami mengenai angin bintang dan bagaimana perannya dalam evolusi sebuah bintang. Inilah subjek yang digemari beliau dan sudah menjadi salah satu tema penelitiannya selama bertahun-tahun.

Pada sesi-sesi kuliah beliau sebelumnya kami telah dibuat sadar bahwa nasib sebuah bintang sebenarnya sudah digariskan kurang-lebih semenjak lahir, dan faktor yang paling menentukan adalah berapa massa bintang tersebut ketika ia lahir. Dalam hal ini “lahir”nya sebuah bintang dapat dianggap sebagai saat ketika bintang tersebut mulai memiliki inti yang menghasilkan reaksi nuklir pembakaran atom Hidrogen.

Bintang dapat tetap stabil selama jutaan hingga milyaran tahun adalah karena adanya kesetimbangan antara dua gaya. Yang pertama adalah gaya gravitasi yang menarik seluruh massa bintang ke arah pusat bintang, dan yang kedua adalah tekanan radiasi yang mendorong materi dan energi hasil reaksi nuklir mengalir ke luar bintang. Semakin besar massa sebuah bintang, semakin besar gaya tarik gravitasi yang mengancam keruntuhan. Untuk menghasilkan tekanan radiasi yang dapat menjadi penyeimbang maka sebuah bintang masif harus membakar semakin banyak massa di dalam tubuhnya. Ini akan memperpendek usia bintang masif tersebut. Kita dapat menghitung secara kasar bahwa usia sebuah bintang yang massanya 60 kali massa Matahari kita “hanya” akan hidup selama 3 Juta tahun, sementara Matahari kita dapat hidup selama 10 Milyar tahun, dan bintang yang massanya hanya 1/10 kali massa Matahari kita dapat hidup begitu lama selama 1 Trilyun tahun.

Baca juga:  Kiprah Indonesia di IOAA ke-9

Dengan demikian bintang juga mengalami perubahan seiring dengan waktu, akan tetapi perubahan ini begitu lambat apabila dibandingkan dengan umur manusia. Namun bintang masif berubah relatif lebih cepat dibandingkan bintang seperti Matahari kita. Apabila Matahari kita relatif stabil selama beberapa Milyar tahun, sebuah bintang masif hanya dapat stabil selama beberapa Juta tahun. Bagaimana kemudian angin bintang dapat memperpanjang usia sebuah bintang? Lagi-lagi hal ini bergantung pada massa bintang yang sedang dibicarakan dan tahap evolusinya sudah sampai mana.

Selain memancarkan radiasi dalam wujud photon, bintang juga memancarkan partikel. Pancaran partikel inilah yang disebut angin bintang. Dua hal penting yang perlu diamati dari angin bintang berapa jumlah massa yang dihembuskan relatif terhadap total massa bintang (ini disebut juga dengan laju kehilangan massa, dan jumlahnya diukur relatif terhadap massa Matahari kita), dan juga berapa kecepatan angin tersebut. Pengamatan menunjukkan bahwa berbagai-bagai jenis bintang memancarkan berbagai-bagai jenis angin bintang pula.

Setiap tahunnya bintang seperti Matahari kita menghembuskan angin bintang hanya sejumlah seperseratus Trilyun bagian dari total massa Matahari, dengan kecepatan angin sekitar 300 km per detik. Karena bintang seperti Matahari kita ini dapat hidup selama 10 Milyar tahun, kita dapat hitung bahwa jumlah massa yang dihembuskan angin bintang seumur hidupnya hanya ~0.01% persen saja dari total massa. Ini bukan jumlah yang signifikan dan kita dapat menyimpulkan bahwa angin bintang tidak berperan penting dalam evolusi bintang seperti Matahari.

Untuk menekankan hal ini Pak Djoni akan menyimpulkan, “Bintang seperti Matahari kita itu termasuk bintang bermassa kecil, sudah kurus jadi tidak perlu diet lagi.” Mahasiswa yang berbadan kurus biasanya akan ditunjuk beliau, “kamu sudah tidak perlu diet lagi kan? Saya nih yang perlu diet.”

Wolf Rayet star
Bintang tipe Wolf-Rayet adalah tipe bintang masif dan panas dengan angin bintang berkecepatan tinggi. Setiap tahun sebuah Bintang Wolf-Rayet dapat menghembuskan angin bintang sebesar seperseluruh ribu bagian massa Matahari dan memperkaya ruang antar bintang dengan materi baru yang di kemudian hari menjadi bahan mentah pembentuk bintang generasi kedua

Inilah yang menarik apabila kita meninjau sebuah kasus ekstrim yaitu pada bintang masif yang luar biasa terang dan panas. Dalam setahun bintang ini dapat menghembuskan angin sebanyak seperseratus ribu bagian massa Matahari dan kecepatannya pun luar biasa tinggi yaitu sekitar 2000 km per detik. Walaupun bintang masif hanya hidup beberapa puluh juta tahun namun waktu yang singkat itu cukup untuk membuang massa sejumlah beberapa kali massa Matahari kita. Ini kira-kira ~10% dari massa total bintang tersebut dan ini adalah jumlah yang cukup signifikan. Dengan membuang sekitar sepuluh persen massa total selama hidupnya yang singkat itulah sebuah bintang masif dapat memperpanjang usianya dan memperlambat hal yang tak terhindarkan yaitu saat ketika bintang tersebut pada akhirnya akan runtuh dan membentuk lubang hitam.

Begitulah Pak Djoni menerangkan program diet bintang masif, dan yang tak kalah menarik adalah bagaimana Pak Djoni mengakhiri kuliahnya dengan bertanya kepada mahasiswa-mahasiswanya, “lantas angin bintang ini pergi ke mana? Selama puluhan juta tahun ada materi total sebanyak massa Matahari kita dihembuskan, terus jadi apa materi ini?” Seorang mahasiswa yang sudah membaca kisah hidup bintang-bintang masif akan tahu jawaban atas pertanyaan Pak Djoni, namun pertanyaan Pak Djoni biasanya dijawab dengan sunyi.

Baca juga:  Koleksi Permata Kosmik Charles Messier

Pak Djoni kemudian memperkenalkan kami pada sebuah narasi besar tentang siklus kehidupan bintang di alam semesta, sebuah narasi yang detail-detailnya akan kami pelajari dalam fase-fase berikutnya dalam karier kami sebagai astronom. Narasi ini masih dibangun bahkan hingga sekarang. “Angin bintang itu membawa elemen-elemen berat yang dihasilkan di inti bintang. Elemen-elemen ini akan memperkaya komposisi materi antar bintang.”

“Di kemudian hari bintang masif tersebut akan meledak dan menghempaskan lebih banyak lagi elemen-elemen berat. Materi antar bintang yang telah diperkaya ini nantinya dapat menggumpal membentuk bintang generasi berikutnya. Pada bintang generasi baru ini terkandung elemen-elemen berat yang tercipta di dalam inti bintang generasi sebelumnya.”

Kuliah kemudian berakhir. Pak Djoni lalu merokok dan kembali ke kantornya dan melanjutkan penelitiannya. Selain meneliti angin bintang beliau juga meneliti sebuah bintang tipe khusus yang dinamakan Bintang Be (atau disebut juga Bintang B-emisi). Mahasiswa yang mengerjakan skripsi di bawah bimbingan Pak Djoni hampir pasti akan ditawari mengerjakan topik yang terkait dengan Bintang Be, sampai-sampai ada kelakar “to Be or not to Be” yang mengacu pada bintang Be. Di kalangan para perokok Pak Djoni dikenal secara berkelakar sebagai anggota Dewan Suro—Suka Rokok—dengan posisi sebagai Ahli Hisap Utama. Beliau menamatkan program doktoralnya di Universitas Montpellier II – USTL pada tahun 1981. Pada tahun 2008 beliau diajukan untuk menjadi Guru Besar Astronomi dan berhak menyandang gelar Profesor.

Kini kuliah-kuliah Pak Djoni tinggal kenangan. Pada tanggal 30 November 2009 Pak Djoni menghembuskan nafas terakhirnya karena gagal ginjal, beberapa bulan sebelum beliau dikukuhkan sebagai Guru Besar Astronomi.

Sebuah bintang masif yang telah menghembuskan angin bintang seumur hidupnya kini telah tiada, namun bintang-bintang generasi kedua telah diperkaya oleh keberadaannya.

______________
PS: Para penulis mengharapkan pembaca yang mengenal Pak Djoni secara pribadi agar bersedia menulis kesan pribadinya terhadap mendiang di kolom komentar.

Avatar photo

Tri L. Astraatmadja

Astronom, bekerja sebagai peneliti postdoktoral di Space Telescope Science Institute (STScI), di kota Baltimore, Maryland, Amerika Serikat.

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

21 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini

  • kalau tidak salah..astrof adalah satu dari segelintir mata kuliah di astro dimana sy dapet nilai bagus 🙂
    pasti karena faktor pengajarnya ..
    meskipun napas saya hampir selalu tercekik ketika beliau merokok di kelas, beliau sangat membius saya untuk menikmati atmosfer astronomi secara keseluruhan..
    rest in peace, Sir..

  • oh, ya, analog evolusi bintang yang itu…. kangen momen-momen milih undian siapa yang akan presentasi

    beliau juga mengajarkan teknik presentasi yang baik.

  • Pak Djoni yang saya kenal adalah dosen yang selalu gembira, tidak pernah terlihat marah, ketika memberi kuliah suasana selalu santai dan penyampaian materi sangat jelas. Di luar kelas, beliau adalah dosen yang gemar berbagi kisah lucu.
    Sekitar dua bulan lalu saya bertemu dengannya di Prodi Astronomi. Kami berbincang lama mengenai Majalah Astronomi. Banyak masukan disampaikan kepada saya. Sungguh saya sangat gembira mendapat perhatian demikian dari dosen yang mengajar saya lebih dari 20 tahun lalu, dan yang sudah belasan tahun tidak berjumpa.
    Selamat jalan Pak.

    isan

  • ngomong2 pentol korek jadi inget dulu pernah dapat pentol, presentasi deh. padahal sekelompok ada yang lebih ahli. ya sudahlah akhirnya maju juga dengan sedikit pemahaman, karena kurang kontribusi bikin makalahnya :p maklum masih awam. Sampai akhirnya presentasi selesai trus dengan berat hati bilang ” ada pertanyaan?” . Si gondrong a.k.a wawan tanya yang agak spesifik.

    gondrong : ” ….. habla habla hula wala hula wala?”
    presenter: ???? ” blablabla … kami tidak membahas sampai situ”
    gondrong : ” ….. hula wala hula wala blablabla.”

    wah, semangat juga gondrong ini… Akhirnya Pak Djoni menengahi dengan sedikit membela presenter dan mengarahkan agar tidak kemana2. kira2 seperti ini…

    Pak Djoni : ” … Kan udah di bilang kalau tidak dibahas sampai situ.” ….trus lanjut ke pertanyaan lain

    waahhhh terima kasih Pak. terima kasih juga telah mengajarkan teknik presentasi dan materi slide yang atraktif.

  • Pengalaman saya tugas akhir dengan beliau, pak Djoni dosen yang sangat pengertian dan selalu memberikan target yang realistis untuk dicapai. Pembawaannya yang santai tetapi taktis dan berdedikasi tidak mudah saya lupakan. Selamat jalan pak Djoni, kami merasa kehilangan, tetapi kami bersyukur telah menjadi jauh lebih masif dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan, berkat bimbingan dan pengabdian Bapak. Terimakasih untuk Tri dan Vivi, tulisan obituarinya sangat mengesankan..:)

  • Ayah yang luar biasa, pendiam, tapi penuh solusi. tidak ingin mempersulit orang lain. pendiam tapi penuh canda. Ayah yang luar biasa, salah satu anugerah terindah Allah SWT yang diberikan kepada kita. Ayahanda semoga engkau mendapat Kemudahan dari ALLAH SWT. Kecup hangat dan doa dari Kami. Ayahanda Tercinta.

  • Pak Djoni,
    as I said in my FB status,
    I owe you much for my graduation,
    without ever giving back to you in return

    Pak Djoni,
    to be honest to you,
    when I wrote this,
    the word seem choked in my throat,
    the tears blurring my eyes,
    cause I knew deep in my heart
    I will not become what I am today,
    without your wisdom and guidance.

    Pak Djoni,
    you are a very wise student councellor
    I am very lucky to had you as my councellor
    I remember my study days,
    when I was a lost and missing student,
    never show up in classes,
    only come to campus when there exams
    ( I remember, once I attend Wave Theory exams,
    I ask the person next to me before we start,
    “Who’s that guy ?”
    He said in confusion,
    “Where have you been? Well, that’s Mr Tjia May On, our lecturer !” )

    Those times,
    were my confusion period,
    I do not know what to choose,
    questions overwhelm my mind
    Should I keep on pursue my extra activities ?
    Why should I pursue my study which I perceived has no future ?
    while the Drop Out deadline keep ticking louder.
    I was in my nadir of my study

    Pak Djoni,
    I knew,
    at that time,
    you have every right to scold or lecture me about study,
    but you didn’t,
    When we knocked at your office,
    at our annual perwalian
    I embraced myself, prepare for your blast,
    but it never happened,
    instead, you offered me options and help,
    You said,
    “I have study your study record,
    before it too late,
    If you willing, I’ll will help you,
    I will help you transfered
    to Industrial Engineering at Unpas,
    where I also lectured”

    What ?!

    Pak Djoni,
    I have prepared myself for our meeting,
    I have anticipated few scenarios,
    I have listed some of reasonable defenses and excuses,
    but I never expected that one coming from you

    Pak Djoni,
    your kind offer struck me like a meteor,
    crack open my stubborness,
    clear out my blocked vision.
    I knew then,
    I have come to point of no return,
    I have to choose,
    I have to decide which path I should follow

    Pak Djoni,
    maybe you do not remember,
    but finally, I replied that I will try to finish my study at Astronomy,
    I have to finished what I have started
    I have to responsible for what I choosed earlier.

    And there it go,
    since then, its a turning point
    I straighten things up and finally graduated

    Pak Djoni,
    I also had never say thank you
    for your effort and guidance
    when I made my Final Assignment

    Pak Djoni,
    I felt very honoured,
    because the last time we met on this earth
    you still remember my Final Assignment
    you said that my “Brown Dwarfs”
    remain the only final assignment about it.
    I felt honoured that after 14 years,
    you still remember my “Brown Dwarfs”

    Pak Djoni,
    farewell
    and thank you for everythings
    I only wish you were proud of what I have become

    Faithfully yours,
    Erwin Muniruzaman – 22 88 303

    PS.
    thanks for the Langit Selatan, Tri and Avivah
    for making this nice and well said obituary
    and give me media to show my last respect to Pak Djoni.

    this note also posted in my FB dan MP

  • almarhum adalah seorang dosen bisa membuat saya berusaha untuk memberikan yang terbaik saat membuat tugas evolusi bintang di mata kuliah astrofisika (I atau II ya, lupa). dan sepertinya beliau terkesan saat itu dan saya bangga atas hasil tersebut. tentunya tidak lepas dari peran beliau yang begitu bersemangat dalam mengajar.

    terima kasih atas segala ilmu yang engkau sampaikan pak, semoga kami-kami bisa segera melanjutkan peranmu dalam mengembangkan ilmu astronomi di indonesia.

  • Pak Djoni merupakan dosen sekaligus ayah bagi kita semua anak-anak pelatnas astronomi tahun ini. Kepergiannya sangat tiba-tiba walaupun kami sudah sempat mendengar kabar bahwa beliau sakit.

    Biasanya beliau ngajarin kita astrof 1 dan 2 namun untuk berikutnya, mungkin feel-nya bakalan ilang, tersimpan dalam kenangan selama 2 tahun.
    We miss you so much…
    rest in peace, sir…

  • Pak Djoni yang saya kenal adalah salah satu Dosen Astronomi sesudah alm Pak Winardi yang paling bagus mengajarnya. Bagi saya Pak Djoni yang berhasil mengajarkan dengan baik mata kuliah Astronomi Bola (Spherical Astronomi. Sampai hari ini saya masih bisa menurunkan rumus – rumus segtiga bola plus sistm koordinatnya.

    Semoga amal ibadahya memperoleh pahala yang mengalir sampai akhir jaman.

  • Saya teringat saat semasa Perkuliahan di Teknik Informatika, Unpas Bandung. Saya ingat beliau pernah melampar penghapus ke muka saya. Selamat jalan Prof. Semoga Allah SWT Memberikan yang terbaik.